GIRI MENANG-Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Arony, mengingatkan seluruh jajarannya agar visi dan misi Lobar tidak hanya sebatas ucapan tanpa makna dan realisasi saja. Tapi mampu diimplementasikan dalam setiap tindakan.

Hal itu ditegaskannya ketika menghadiri acara ekspose Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2014-2019, kemarin. Kegiatan itu wajib dilakukan sesuai den­gan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2014. “ Jangan visi-misi ini hanya sebuah rangkaian kata dan kalimat,” kata bupati di hadapan para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Sebagaimana diketahui, kata dia, visi-misi pada periode lima tahun pertama (2009-2014), adalah Lobar Bangkit yang maju, mandiri dan bermartabat dilandasi nilai-nilai Patut Patuh Patju. Namun, setelah dilantik menjadi bupati untuk kedua kali bersama Fauzan Khalid, sebagai wakil bupati, visi dan misi tersebut mengalami improvisasi menjadi Lobar Bangkit yang unggul, mandiri, sejahtera dan bermartabat dilandasi nilai-nilai Patut Patuh Patju.

Untuk itulah, bupati mengingatkan agar untaian kata tersebut tidak hanya menjadi rangkaian kata pemanis bibir saja. Tapi ada aksi nyata selanjutnya. Bahkan menurutnya, visi misi menjadi tolok ukur untuk meraih yang dicita-citakan.

‘’Kita perlu menetapkan arah yang dituju selanjutnya. Periode 2009-2014 sudah dilalui, apa yang sudah dicapai periode pertama menjadi langkah awal untuk periode 2014- 2019,” ujarnya.

Selanjutnya, kata bupati yang biasa disapa Zaini, sebagai awal kepemimpinannya bersama Fauzan Khalid, maka diperlukan satu revitalisasi dan improvisasi visi-misi berikut sasaran dan strategi pencapainnya. Banyak hal yang berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Untuk itu perlu menyusun RPJMD sesuai dengan perubahan dan kebutuhan periodesasi 2014-2019. Selain itu, semua rencana pembangunan harus bisa diukur dan tidak kebanyakan hayalan.

“’Jangan berpikir kita akan bangun terlalu banyak karena akan menjadi janji dan beban politik seorang kepala daerah kepada masyarakat,” ujarnya.

Oleh sebab itu, sambung Zaini, pembangunan selanjutnya harus disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lima tahun ke depan. Pengalaman lima tahun sebelumnya hendaknya menjadi pengalaman empiris dan posteriori untuk lima tahun selanjutnya yang lebih baik.

Sepanjang perjalanan lima tahun yang lalu, semua tentu sudah tahu kondisi waktu, sumber daya manusia dan constraint-constraint yang lain. Misalnya masalah interkoneksi dan interdependensi antar satu persoalan dengan persoalan lainnya. Kemudian antar satu bagian dengan bagian lainnya yang sering ada keterkaitan dan saling ketergantungan. Jika tidak demikian maka kegagalan yang akan diraih. Bukan keberhasilan.

Untuk itu, kualitas dan kebermanfaatan, kata bupati, hen­daknya diperhatikan dan tidak hanya kuantitas fisik semata. “Kita bisa saja mendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil output-nya. Misalnya, karena jalan ditarget 170 kilometer (km) menjadi 198 km. Tetapi juga harus memperhatikan outcome-nya yaitu bermanfaat tidaknya jalan itu,” ujar bupati.

Sumber: Lombok Post, Rabu 14 Mei 2014