Giri Menang – Merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah, garda terdepan menghadapi ancaman dari luar, berkorban jiwa raga demi bangsa dan negara. Itulah dia sebagian tugas dan amanat yang diemban tentara Indonesia yang saat ini kembali bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Lima (5) Oktober 2012 ini, TNI genap berusia 67 tahun, suatu usia yang melampaui separuh abad. Jasa-jasa TNI dalam membela dan mempertahankan negara ini adalah fakta yang tidak boleh terlupakan sedikitpun. Dan disiplin TNI yang tegas, cerdas dan tangkas didukung dengan persenjataan yang lengkap dan modern (Alutsista) adalah harga mati sebagai deterrence sehingga kita memiliki `muka` di mata dunia dan tidak diremehkan.

Serentak seluruh Indonesia, termasuk Korem 162/Wira Bhakti di Mataram NTB, melaksanakan upacara dalam rangka HUT TNI yang ke-67. Bertindak selaku Inspektur Upacara yaitu Danrem 162/WB Kolonel Inf Zulfardi Junin dengan Komandan Upacara Kapten Inf Sofwan Nizar.

Selain para perwira, staf, tamtama dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI, hadir pula Gubernur NTB, Dr. TGB. Muh. Zainul Majdi, MA dan Forum Kordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) se-Provinsi NTB, Bupati Lombok Barat, Dr. H. Zaini Arony, M.Pd., Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, dan sejumlah undangan lainnya.

Inspektur Upacara, Kolonel Inf Zulfardi Junin dalam amanatnya membacakan amanat dari Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. Laksamana Agus Suhartono mengajak agar TNI bersama-sama manunggal dengan rakyat. Pengorbonan harta benda, keringat, air mata, tetesan darah dan nyawa dari para pendahulu TNI dikatakannya merupakan pengorbonan yang tulus ikhlas demi kepentingan seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. “Sudah seharusnya kita sampaikan rasa hormat dan penghargaan pada mereka,” pesan Laksamana Agus Suhartono.

Panglima TNI tersebut juga berpesan agar TNI bersiap-siap dengan 8 kelompok ancaman dalam konteks perkembangan lingkungan strategis nasional dan global yaitu keamanan Selat Malaka, terorisme, separatisme, pelanggaran wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, bencana alam, kegiatan-kegioatan ilegal, konflik horizontal dan kelangkaan energi.

Sehingga, dalam amanahnya, TNI harus senantiasa membangun mekanisme kerja dan hubungan antar kemasyarakatan dalam rangka menegakkan kedaulatan dan mempertahankan NKRI dengan cara meningkatkan kualitas, kemampuan dan kekuatannya. TNI dikatakannya, dalam HUT-nya yang ke- 67 2012 ini TNI menyatakan kebulatan tekad yang dituangkan dalam tema peringatannya yaitu ‘Dilandasi Profesionalisme, Semangat Juang dan Soliditas TNI Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah NKRI`.

Namun, Panglima TNI menekankan, agar kebulatan tekad tersebut tidak menjadi jargon semata tapi bisa menjadi semangat yang kuat. Dibacakan  Zulfardi Junin, pemantapan jati diri TNI merupakan keniscayaan yang tidak hanya expose value atau tata nilai yang dikumandangkan melainkan menjadi sebuah sistem dan kepercayaan sehingga penghayatan jati diri mutlak diperlukan. Terkait dengan profesionalisme TNI, Panglima TNI mengingatkan agar pofesioanlisme tersebut harus ditopang aspek moral, etika dan disiplin serta tetap perpedoman pada Sapta Marga dan sumpah prajurit.

Dalam upacara tersebut juga dilaksanakan penganugerahan tanda kehormatan Satya Lencana Kesetiaan yaitu penghargaan kepada TNI yang berjasa luar biasa menunjukkan kesetiaan kepada NKRI, bangsa dan Negara baik selama 8, 16, 24, maupun 32 tahun penuh dan terus menerus. Tiga orang anggota TNI  mendapat penghargaan itu.

Selepas upacara dilanjutkan dengan defile TNI (perarakan barisan, parade), pertunjukan beladiri TNI, mematahkan es batu, memecahkan papan, bata dan es batu, meloncati bola api, drum band Sekolah HangTuah Mataram, Tari Mendes. Saat defile, tampak TNI baik dari AL, AU maupun AD yang bersenjata maupun tidak menampilkan kegagahan mereka. (Muhammad Busyairi-Humas Lobar)