Sekolah di Madrasah swasta yang selama ini identik dengan keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi Zema Juliana Aulan. Santri yang tcrcatat sekolah di Madrasah Aliyah (MA) Ad Dinul Qayim, Kapek, Gunungsari, Lombok Barat ini mampu menyingkirkan ratusan siswa dari sekolah-sekolah favorit dalam seleksi pertukaran pelajar. Jika lolos pada pertukaran ke Amerika kelak, maka Zema bisa menjadi duta Indonesia. Menunjukkan pada pelajar di Amerika, bahwa pendidikan Islam di Indonesia sangat toleran dan moderat.
Giri Menang-SISWI Madrasah Aliyah (MA) Ad Dinul Qayim, Zema Juliana Aulan tinggal selangkah lagi bisa lolos dalam pertukaran pelajar, Youth Exchange and Study (YES). Santriwati asal Kapek Gunungsari Lombok Barat baru saja pulang dari Jakarta Selatan mengikuti seieksi progam beasiswa penuh yang diberikan oleh Amerika ini.
“Saya mengikuti seleksi tahap ketiga di Jakarta selama tiga hari. Seleksi dilakukan di Kebayoran Jakarta Selatan dilaksanakan mulai dari 15-17 November,” kata santri yang biasa disapa Zema ini.
Youth Exchange and Study (YES) merupakan program beasiswa penuh yang diberikan oleh negara yang dipimpin Barack Obama kepada siswa SMA atau sederajat. Dengan tujuan menjembatani pemahaman dan saling pengertian antara masyarakat negara-negara dengan populasi muslim yang signifikan dengan masyarakat Amerika Serikat.
Program ini dilaksanakan sejak tahun 2003, dan telah mengirim lebih dari 700 siswa Indonesia. Program YES memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Selain itu peserta program YES diharapkan dapat menjadi duta bangsa, dengan menjembatani masyarakat Amerika Serikat untuk lebih mengenal tentang Indonesia berikut kehidupan dan kebudayaannya.
Zema sangat bangga mengikuti seleksi tingkat nasional yang dilakukan baru-baru ini. Karena, dari sekolah swasta hanya dirinya yang lolos sampai ke Jakarta. Selain itu, dia juga sangat bangga lantaran dirinya merupakan satu-satunya siswa yang berasal dari pondok pesantren (ponpes) “Sekarang semua sekolah tidak ada bedanya, semua anak bisa mengikuti sekleksi. Apalagi RSBI sekarang sudah tidak ada yang membuat semua sekolah statusnya sama,” ujar siswi kelas XI.
Mengikuti tes hingga ke Jakarta ini tidak mudah. Dia harus bersaing dengan ratusan siswa lainnya dari Inonesia bagian timur. Saat seleksi pertama di Kota Mataram, pesertanya 200 orang. Saat itu,yang akan diambil 100 orang untuk mengikuti tes selanjutnya. Pada seleksi pertama, dia lolos ‘ dan mengikuti seleksi kedua. Seleksi kedua berlangsung ketat, para peserta yang dinyatakan lolos 50 orang . Seleksi yang dilaksanakan Zema berjalan lancar. Dia masuk 50 besar dalam seleksi kedua.
Kendati demikian, Zema tetap membangun keyakinan. Setelah ikut seleksi, dia berhasil masuk 8 besar mengalahkan SMA perwakilan siswa SMA favorit se-NTB.
“Waktu itu banyak perwakilan SMA favorit yang gugur pada seleksi ini,” ujarnya.
Sebelum berangkat ke Jakarta mengikuti seleksi terakhir, terlebih dahulu, dia harus mengikuti seleksi lagi di NTB. Siswa perwakilan Indonesia Timur yang akan diambil pada seleksi di Jakarta hanya empat orang. Untuk itu, mau tidak mau dia harus bisa menyikirkan empat siswa lainnya untuk bisa berangkat ke Jakarta. “Pada saat itu kami kembali raih tiket untuk bisa mengikuti seleksi di Jakarta,” ucapnya dengan bangga.
Seleksi dilaksanakan di Jakarta beda dengan di daerah. Di Jakarta soal yang disediakan cukup banyak. Seleksi nasional ini dibagi menjadi tiga bagian. Yakni seleksi pengetahuan, wawancara dan dinamika keterampilan. Pada saat tes bagian pengetahuan, soalnya kurang lebih 110 butir.
“Benar atau tidaknya jawaban saya kurang tahu,” papamya.
Saat ini, dia berharap bisa lolos pada seleksi pertukaran pelajar. Di Amerika nanti, dia akan membawa nama ponpes. Kata dia, siswi di ponpes bukan hanya bisa menekuni ilmu agama. Tetapi, siswa bisa memperdalam semua ilmu apa yang diajarkan dengan banyaknya porsi jam pembelajaran diberikan jika dibandingkan sekolah lainnya.
Sumber: Lombok Post, Kamis 21 Nopember 2013