Ida Sulyaningsih, SE

Srikandi Pejuang Irigasi

Apa modal yang harus disiapkan orang dalam berinovasi? Salah satu modal itu adalah optimis, percaya diri. Jangan katakan ‘tidak bisa’ sebelum mencoba. Jangan pernah berkata ‘tidak ada waktu’ sebelum kehilangan waktu. Intinya, semua orang punya hak untuk berkarya, punya waktu 24 jam sehari.

Bagi Ida Sulyaningsih, berjuang mengelola irigasi sudah mantap untuk bersikap. Rasa optimis dan percaya diri adalah sebuah tameng, sebuah perisai yang dirasa mujarab untuk meraih keberhasilan. Srikandi Pengamat Pengairan kecamatan Kediri ini seperti tak pernah kehilangan kendali. Bersama teman-teman sejawat, baik penjaga pintu air, pekasih maupun pengguna air, seperti air dengan riaknya, selalu bersatu, menjaga dan mengelolanya.

Ida Melihat kemajuan-kemajuan positif itu, Dinas PU Lobar berinisiatif untuk mengikuti lomba Petugas Operasi dan Pelaksana (OP) Irigasi Teladan tingkat Provinsi NTB tahun 2016. Dari 10 pengamat pengairan kabupaten/kota se NTB, Pengamat pengairan kecamatan Kediri dinilai layak sebagai wakil Lobar untuk berkompetisi. Pada saat tim melakukan penilaian, seperti gayung bersambut, tak ada aral berarti, kabupaten Lobar berhasil meraih juara. “Sekalipun tidak ikut lomba, namun laporan-laporan penting harus dikerjakan rutin, visi misi harus berjalan,” tutur sang pejuang. Dia mengakui, dalam lomba OP ini, satu-satunya peserta wanita adalah peserta dari Lobar, Ida Sulyaningsih.

Bagi Dinas PU Lobar sendiri, keikutsertaan menjadi peserta dalam even yang sama tidaklah terasa asing. Dari 8 kali gelaran, separohnya, Lobar ikut sebagai peserta. Dari 3 UPTD pengamat pengairan yang ada, Pengamat pengairan Gunungsari, Narmada dan Kediri rata-rata pernah sukses sejak tahun 2013-2015. Tahun 2016 ini, kembali petugas OP diwakili oleh UPTD kecamatan Kediri sukses sebagai peringkat II tingkat nasional dengan indikator penilaian 40 persen.

Pada penilaian dengan indikator 60 persen sudah dilakukan. Tim dari Kemen PU yang dikomandoi Ir.Sukrasno melakukan penilaian di UPTD Pengamat pengairan Kediri. Tim yang berkekuatan 7 orang melakukan penilaian dengan sangat cermat, teliti, dan obyektif terhadap indikator administrasi dan lapangan. Indikator dengan bobot 60 persen ini diharapkan mampu didominasi UPTD Pengairan Kediri. Dalam kata arahannya, Ketua tim penilai ini berujar; lomba ini semata-mata tidak mencari siapa kalah dan siapa menang, tapi utamanya adalah silaturahmi. Utusan dari NTB dipertemukan dengan seluruh pengamat pengairan seluruh Indonesia. Namun dia mengakui, ada pengamat yang memiliki kriteria sangat baik mengalahkan pengamat yang kinerjanya kurang. “Di Banjarmasin lalu, seluruh peserta masing-masing daerah mempresentasekan tupoksinya untuk indikator 40 persen,” papar Sukrasno seraya menyebut Lombok Barat (NTB) yang diwakili Ida sukses sebagaiperaih kedua setelah Jateng.

Yang menjadi fokus perhatian tim terhadap Ida adalah, wanita kelahiran 13 Juni 1977 ini mampu menyalip provinsi Jatim dan Jabar, padahal sejak zaman dulu kedua provinsi ini irigasinya terkenal cukup hebat. Namun tak dipungkiri, sejak penilaian dimulai, petugas OP yang diwakili Ida Sulyaningsih selalu dibina, karena tim menilai wanita dan staf-stafnya sangat berjasa dalam menjaga dan memelihara air dari sumber hingga ke hulu. “Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Ibu Ida yang telah berjuang menelusuri tebing, lembah untuk kebutuhan irigasi ini,” salut Sukrasno.

Pada kesempatan ini, tim memohon ijin untuk melakukan penilaian administrasi dan lapangan. Setelah selesai melakukan penilaian, Tim berjanji akan kembali memberikan informasi kepada 53 peserta seluruh Indonesia.

Di tempat yang sama, bupati Lobar, H.Fauzan Khalid berjanji, jika saja Lombok Barat mulus masuk peringkat satu, pihak pemda akan memberikan penghargaan kepada Ida Sulyaningsih, Pengamat pengairan kecamatan Kediri ini. ”Insya Allah, mudah-mudahan,” kata bupati dihadapan tim penilai, sekda M.Taufiq, Plt Kepala Dinas PU Lobar, Made Arthadana camat Kediri serta seluruh penjaga pintuair, pekasih serta sejumlah petani pengguna air.

Bahkan dengan tegas bupati menyatakan optimis, Lobar sebagai juara. Bupati beralasan, karena lomba serupa, tahun 2013 Lobar masuk sampai tingkat provinsi. Tahun berikutnya tahun 2014, sampai ditingkat nasional sebagai jura harapan. Tahun 2015 juga tingkat nasional sebagai juara harapan juga. Dan juara  harapan itu naik peringkat menjadi menjadi dua tahun 2016 kategori 40 persen. “Penilaian sekarang ini, lebih-lebih Pengamat pengairannya adalah seorang perempuan,” tegas bupati seraya berkelakar, jika saja tim tidak berpihak pada seorang ibu, maka dikuatirkan terjadi kualat, karena doa seorang ibu sangatlah berkah.

Lanjut bupati, faktanya sebagai pemenang sudah terbukti. Dari tingkat provinsi sampai nasional sudah jelas. Tinggal diberikan semangat dan dorongan doa dan tekad semua untuk ke depan menjadi lebih baik lagi. Namun bupati tidak ingin, juara bisa diraih, namun ke depan semua tidur, ke depan tidak menjadi maju. “Lebih baik juara sekarang dan ke depan menjadi lebih maju,” harap bupati yang disambut aplaus meriah.

Terpisah, kepada Perspektif Ida Sulyaningsih memaparkan, data-data yang dilombakan ini merupakan data-data yang rutin dilakukan. Data-data ini menyangkut data operasi dan pemeliharaan. Kalaupun tidak mengikuti lomba, namun data-data ini secara kontinyu dibuat sebagai agenda rutin. Data-data yang dilombakan ini harus mencerminkan Permen PU No.12 tahun 2015. Semua panduan dan acuannya sudah termaktub dalam permen ini. Bagi Ida sendiri, meskipun satu-satunya di NTB sebagai pesertta wanita, dirinya tak pernah merasa rendah diri. Apalagi persiapan kelengkapannya sudah benar-benar matang. Data yang kurang lengkap telah diperbaharui, termasuk juga item-item yang disyaratkan dalam lomba. Canggihnya lagi, data-data yang tadinya manual, sekarang sudah ditransfer menjadi data elektronik. “Kami telah membuat data sistim online,” jelas Ida termasuk mematangkan data-data di lapangan. Semua kelengkapan sudah dipresentaseklan, sedikitpun tidak melenceng keluar dari substansi penilaian.

Sebagai peserta lomba petugas OP irigasi tingkat nasional ini, merupakan sebuah anugerah Illahi. Rasa optimis dan percaya diri, bahwa meskipun NTB bergabung dalam wilayah Indonesia Barat (kelompok I) merupakan kelompok yang pernah mengikuti dan memenangkan lomba. Sebagai peserta.

Ida tetap optimis, apalagi dukungan pemerintah setempat, serta keluarga besar Dinas PU telah turut memberikan dorongan moral. Terlebih lagi, peserta wanita se Indonesia hanya tiga orang, masing-masing NTB, NTT dan Sulawesi. Namun kedua Srikandi pengamat pengairan dari NTT dan Sulawesi masuk dalam peserta tidak mapan (kelompok II). Beruntung, peserta dari NTB (Ida Sulyaningsih) masuk kategori peserta mapan, peserta yang pernah mengikutilomba dan mendapatkan juara. “Saya sendiri masuk dalam kelompok Indonesia Barat karena NTB dinilai pernah menjuarai lomba yang sama,” tegas Ida. Dia juga mengakui, dirinya bersaing dengan peserta yang sudah masuk kategori mapan. Kendati begitu, Ida tak pernah melepas rasa optimis dan percaya dirinya. “Ya, harus percaya diri dan optimis aja,” paparnya mengakhiri percakapan dengan Perspektif.

Jurnalis Warga Oleh:  Suhaimi – Gerung