Perayaan hari raya Idul Fitri sudah kita lewati. Namun tidak begitu dengan masyarakat NTB, khususnya Lombok. Enam hari setelah perayaan Idul Fitri mereka masih memiliki satu kegiatan selebrasi unik dan sarat makna yakni Lebaran Topat. Seperti apa perayaan dan kemeriahannya di Lombok Barat?
PUJO NUGROHO, GIRI MENANG
SEBAGAIpulau dengan mayoritas umat muslim terbanyak, hampir seluruh masyarakat merayakan Lebaran Topat. Tradisi Lebaran Topat ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Perayaan Lebaran Topat dilakukan enam hari setelah lebaran.
Pada hari yang ditunggu-tunggu tersebut setelah melakukan puasa Syawal selama enam hari, kemarin, ribuan masyarakat tumpah ruah menuju beberapa objek wisata terutama daerah pantai di wilayah Lobar. Seperti di Pantai Cemare, Lembar.
Sejak pagi, jalanan yang menuju kawasan wisata terlihat padat. Berbagai jenis kendaraan seperti sepeda motor, mobil pribadi, mobil pikap bahkan truk digunakan masyarakat bersama keluarganya untuk menuju tempat wisata dan menghabiskan waktu bersama keluarga pada momen tersebut.
Beberapa tempat wisata yang wajib dibanjiri pengunjung adalah pantai. Seperti pantauan koran ini di Pantai Cemare. Ribuan masyarakat baik tua maupun muda memadati pantai tersebut sejak pagi. Berbekal tikar dan rantang berisi makanan mereka datang ke pantai untuk menghabiskan waktu bersantai bersama sanak keluarga.
Masyarakat terlihat mengantri membayar karcis seharga Rp 1000 yang ditetapkan panitia acara untuk bisa masuk ke dalam lokasi Pantai Cemare.
Beberapa keluarga yang ditemui memilih menghabiskan waktu dengan cara bermain bersama anak-anak dan keluarga serta menyantap makanan khas berupa ketupat dan opor ayam di pinggir pantai.
Salah satu warga yang ditemui di Pantai Cemare, Mahdi mengatakan, dirinya datang bersama seluruh keluarga besarnya ingin menikmati kemeriahan dan keceriaan suasana perayaan Lebaran Topat bersama warga lainnya.
”Tadi pagi berangkat kesini naik mobil pikap,” ujar ayah tiga anak ini. Setiap tahun, Mahdi bersama keluarga selalu merayakan Lebaran Topat namun dengan lokasi berbeda. ’’Tahun lalu di Senggigi, sekarang kita mau mencoba disini (Pantai Cemare,red),” katanya.
Hal senada juga disampaikan Murtiah, perempuan 46 tahun ini. Setiap tahun, dia tidak mau ketinggalan untuk mengikuti kemeriahan perayaan Lebaran Topat. ’Kami pasti ikut merayakannya bersama keluarga. Disini kita bisa bersantai dan berkumpul bersama keluarga,” tutur perempuan berjilbab ini.
Kemeriahan dan keceriaan perayaan Lebaran Topat tidak hanya dinikmati masyarakat. Beberapa pedagang dadakan yang menggelar lapak dagangannya di sekitar pantai juga ikut meraup rezeki di tengah perayaan tradisi tersebut. Mulai dari pedagang mainan anak, baju, makanan dan minuman bahkan ayangan terlihat menjajakan barang dagangannya kepada pengunjung yang datang.
Sahnan, pedagang baju dan topi ini mengatakan, memang sengaja menggelar lapaknya di Pantai Cemare hanya pada saat perayaan Lebaran Topat saja. Dirinya yang sehari-hari berjualan di Pasar Kediri ini tidak mau ketinggalan meraup untung di momen yang digelar setahun sekali ini. ’’Mumpung ramai Mas,” kata pria berkacamata ini.
Sahnan mengungkapkan dirinya bisa meraih untung lebih dari biasanya yang dia dapatkan jika berjualan di pasar setiap harinya. Rencananya dia akan berjualan di lokasi tersebut hingga tiga hari kedepan. ’’Biasanya tiga hari Mas, tapi nanti kita lihat kondisi kalau sudah sepi ya balik lagi ke pasar,” pungkasnya. (*) Sumber: Harian Lombok Post, Selasa 5 Agustus 2014