Taman Kota Giri Menang, Taman Bermain Sekaligus Rekreasi

Taman kota Giri Menang-Gerung. (1)Taman kota Giri Menang, Gerung, Lombok Barat merupakan taman bermain sekaligus taman rekreasi baru bagi warga masyarakat yang tinggal di ibukota kabupaten Lombok Barat dan bahkan bagi warga Lombok Barat bagian tengah dan selatan. Taman kota ini juga merupakan suatu tuntutan sekaligus kebutuhan edukasi, olahraga, olah seni dan olah rasa bagi masyarakat kota yang baru tumbuh dan menggeliat untuk maju, beradaptasi dan berkembang.

Pembangunan taman kota ini juga dihajatkan sebagai salah satu dari kebutuhan jiwa, spiritual bahkan emosional. Alasannya, manusia tak saja ingin sehat secara fhisik jasmani tapi juga sehat secara mental spiritual, bahkan emosional. Taman kota Gerung dihajatkan bahwa dalam fungsi tata ruang yang merupakan satu upya membangun keseimbangan ekologis sekaligus ekosistem.

Pertimbangan lainnya, apa bila nanti ke depannya taman ini sudah rindang dengan pepohonan , habitat lain juga bisa hidup disini seperti burung, tanaman lain, maka Insya Allah dikiri kanan kita tentu akan terjadi keseimbangan alam.

Taman kota ini juga disiapkan sajian kuliner merupakan daya dukung yang mesti ada dari sebuah taman kota, apalagi kota Gerung semakin tumbuh dan berkembang dengan makin tumbuhnya sejumlah perumahan selain BTN Pemda Lobar yang sudah ada. Dan atau sebagai tempat belanja bagi para karyawan/karyawati Pemkab. Lobar yang membutuhkan makanan. Sajian makanan kuliner ini nantiya menyiapkan menu khas Sasak

Taman kota ini terbagi dalam empat sisi pintu gerbang. Di setiap pintu gerbang dibuatkan relief atau ukiran yang mencerminkan kultur seni dan budaya Sasak tempoe doelo. Seperti relif kesenian gendang belek lengkap dengan para sekahenya yang benar sekaligus penjelasannya. Taman ini dibangun sebagai sebuah tuntutan terhadap perkembangan dan pertumbuhan kota baru yang lebih mencerminkan refresentatif dan lebih modernis dan metropolis.

Taman ini sebenarnya sebagai sarana hiburan dan pembelaran masyarakat Lobar. Disain taman merupakan reviu disain dari disain sebelumnya yang fungsional. Dalam reviue desain ini memang ada penambahan-penambahan pasiltas umum sifatnya seperti kolam, arena bermain dan sarana bermain. Dan diisepanjang taman kota itu terdapat 400 meter luas panjang putaran dibangunkan sarana olahraga.

Taman Kota Giri Menang ini juga memenuhi aspek-aspek budaya dimana terdapat empiteiter sebagai tempat anak-anak muda guna meluapkan kreasi seni dan potensi lainnya. Empiteiter ini dilengkapi dengan berbagai pasilitas termasuk soundnya sehingga para pelajar, pemuda bisa berkreasi disini.

Taman kota Giri Menang, Gerung ini dibangun di atas lahan seluas seluas 1,4 ha, dengan total anggaran senilai Rp. Rp. 3, 9 milyar lebih. Bangunan dilengkapi pos jaga, toilet, empiteatre dengan daya tampung 300 orang penonton, lapangan Voly, basket mini, kuliner, kolam air mancur, permainan anak-anak dan area parkir. Pembangunan taman kota ini juga dimaksudkan untuk memperindah ibukota kabupaten Lombok Barat gjuna mewujudkan kabupaten Lombok Barat yang Asri, Bersih dan Terang

Jurnalis Warga Oleh: WARDI.

Tenun Songket Desa Babussalam Mulai Dilirik Pasar

Ketua TP. PKK Desa Babussalam, Yeni Pancawati memperlihatkan tenun tradisional Babussalam

Ketua TP. PKK Desa Babussalam, Yeni Pancawati memperlihatkan tenun tradisional Babussalam

Kecuali hasil kerajinan tangan berupa anyaman bambu yang dipersembahkan sejumlah perajin asal Desa Babussalam berupa kerajinan pengosak sebagai wadah menaruh makanan ataupun buah-buahan, kini ditemukan lagi hasil kerajinan lain masyarakat setempat yang cukup punya prospek menjanjikan secara ekonomi.

Kerajinan dimaksud yakni pembuatan tenun songket yang cukup variatif dengan motif tradisional Lombok yang cukup berkesan bagi siapa saja yang pernah melihat secara langsung pembuatan kain singket asli dari Desa Babussalam ini. Meski pengerrjaannya masih secara tradisional, namun hasilnya cukup berkualitas dan menjadi daya tarik konsumen yang selama ini berkesempatam mengunjungi sentra tenun kain songket ini dan menjadikannya sebagai souvenir.

Ketua TP. PKK Desa Babussalam Ny. Yeni Pancawati Zaini ditemui  di Desa babussalam, Gerung, belum lama ini membenarkan jika di desanya tengah tumbuh dan berkembang perajin tenun songket yang diusahakan secara tradisional,yang kan pengerjaanyapun tidak dilakukan saban hari. “Menenun bagi warga dilakukan sebagai pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang selepas warga terutama kaum ibu yang baru pulang bertani di sawah,” ungkap Yeni Pancawati.

Selaku Ketua TP. PKK yang manaugi segala bentuk aktivitas dan kreativitas kaum ibu di wilayahnya, Yeni berobsesi ke depannya kerajinan tenun songket di Desa Babussalam akan terus dikembangkan dan dipertahankan sebagai sebuah tradisi positif dalam mempertahankan kearifan local masyarakat itu sendiri. Bahkan pihaknya akan secara intens menghubungkannya dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mendapatkan perhatian yang lebih serius baik dari sisi permodalan terlebih dari sisi pendampingan produk.

Kecuali itu wadah organisasi PKK di desa Babussalam juga bertindak selaku tim pemasaran untuk diperkenalkan ke luar daerah. Karena itu banyak pembeli dari luar daerah yang memesan kain songket khas Desa Babussalam dalam jumlah banyak. “Kita juga berharap banyak melalui PKK dan dan DWP Kabupaten Lombok Barat bisa terjun langsung mengambil peran memajukan kain songket. Ini juga dalam upaya menarik wisatawan home industry.

Ketua PKK Desa Babussalam, Gerung, Yeni Pancawati tengah menyaksikan proses pembuatan sobgket tanun salah seorang Perajin di Desa babussalamMeski dalam jumlah produk yang masih terbatas, namun pengguna kain tenun Babussalam ini sudah banyak diperkenalkan oleh sejumlah pejabat baik yang ada di kabupaten Lombok Barat, kota Mataram bahkan di lingkungan pejabat birokrasi Pemerintah Provinsi NTB.

Salah seorang perajin setempat, Inaq Sariah mengaku nyaman menekuni tenunan ini. Kecuali hasil produknya bisa terjual ke beberapa kalangan, menenun juga dianggapnya sebagai hoby yang harus ditekuni seterusnya guna mengisi waktu luang, apalagi menenun ini dilakukannya sejak masih kanak-kanak. (wardi)

Penulis Jurnalis Warga dari Labuapi (Hernawardi)

 

Peraih Kick Andy Hero dan SheCan, Fitri Sosok Pejuang Bagi Dunia Pendidikan Anak-anak

Foto Fitri Nugrahabingrum menunjukkan penghargaan She Can dari Trans MediaKediri – Melihat sosok Fitri Nugrahaningrum yang penuh kesederhanaan, bersahaja dan cerdas, maka tak heran jika ia dianugerahi seabrek penghargaan baik lokal dan nasional.
Berkat dedikasinya terhadap dunia pendidikan anak-anak, wanita tunanetra asal Dusun Karang Bedil Desa Kediri Kecamatan Kediri ini terpilih sebagai penerima anugerah Kick Andy Hero yang tayang di Metro TV. (lebih…)

Menengok Potensi Kerajinan Topeng di Labuapi, Diekspor ke Beberapa Negara, Perajin Butuh Bantuan Modal dan Pasar

foto hasil kerajinan topeng labuapi(1)Desa Labuapi, Kecataman Labuapi sudah dikenal menjadi sentra pengerajin topeng dan kerajinan kayu sejak tahun 1995. Krisis moneter yang melanda negara ini pada tahun 1998 pun bahkan tidak mempengaruhi kegiatan perajin di desa ini. Bahkan, kerajinan kayu ini mencapai masa jayanya pada era krisis tersebut.  Namun belakangan setelah kejadian bom bali hingga sekarang, kerajinan ini mulai meredup.  Penyebabnya, pascabom bali tersebut pangsa pasar kerajinan ini pun ikut terkena imbas sebab sebagian besar dipasarkan ke Bali.

Selain itu, minimnya perhatian pemerintah daerah (Pemda) Lobar terhadap pembinaan para pengerajin salah satu penyebab para pengerajin banyak yang banting setir ke usaha lain. Akibatnya, kerajinan topeng di desa ini diambang mati suri karena banyak ditinggal oleh para pengerajinnya. Salah seorang perajin yang masih bertahan adalah Saheh (40), asal dusun Labuapi Desa Labuapi. Ia mengakui, memulai usaha sebagai perajin topeng sejak 17 tahun silam, persisnya tahun 1998-1999. Ketika itu, kerajinan topeng tengah naik daunnya. “Dulunya hampir 100 persen warga di kampung ini sebagai perajin, tapi sekarang jauh berkurang,”tutur Saheh ketika ditemui di rumahnya minggu kemarin.

Dulunya, kerajinan topeng menjadi salah satu sumber utama mata pencaharian masyarakat setempat. Waku itu, hampir disetiap rumah warga  ada saja membuat kerajinan topeng. Ada kelompok pembuat topeng, pengamplas, pemahat, hingga proses finisihing. Bahkan karena majunya kerajinan ini saat itu, anak SD – SMP pun ikut mencari uang melalui kerajinan ini.
Warga pun membentuk paguyuban untuk terus mempertahankan eksistensi kerajinan ini. kelompok-kelompok dibentuk secara swadaya untuk terus mengembangkan usaha ini, sebagai sektor utama di desa setempat. Dari sisi tingkat produksi kerajinan topeng waktu itu pun jauh lebih banyak, per bulan para perajin bisa memproduksi mencapai 3-5 ribu topeng per bulan karena banyak yang memesan.  Sehingga hampir setiap pekan ada saja pengerajin yang berangkat ke bali mengirim topeng.
Namun setelah tahun 2002, pascabom bali kerajinan ini mulai cenderung meredup. Kelompok yang tadinya aktif menjadi kurang aktif, sehingga banyak pengerajin yang pindah ke usaha lain. Ada yang ke bekerja di gudang, proyek dan sebagai buruh. Namun ia sendiri tetap bertahan karena ingin mempertahankan kerajinan topeng khas Labuapi. “Saya tetap bertahan,”ujarnya.

FOTO PERAJIN TOPENG DI LABUAPI TENGAH MEMAHATKemerosotan kerjainan ini saat itu,  karena pengaruh pemasaran. Karena pengaruh kejadian bom bali, pemasaran topeng ini pun terkena imbas. Sebab bebanyakan pemasaran topeng dikirim ke bali. Ditambah minimnya perhatian pemerintah daerah kerajinan ini pun semakin terpuruk. Tingkat produksi pun jauh menurun hampir 50 persen dari sebelumnya. “Pengunjung dan pemesan sepi, para perajin pun banyak yang gulung tikar,”katanya. Praktis saat ini, dari ratusan perajin yang dulunya menekuni usaha ini, sekarang hanya bisa dihitung dengan jari.

Ia mengaku, selama belasan tahun sebagai perajin tidak pernah dibantu baik itu akses modal dan peralatan oleh pemda dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Padhal katanya, para perajin kesulitan akses modal. Ketika harus memenuhi pesanan dalam partai besar, para perajin ini kerap kali kesulitan modal untuk biaya produksi karena pemesan hanya memberikan DP 5 persen. Sehingga  banyak perajin terpaksa saling pinjamkan uang untuk menutupi sementara biaya produksi, setelah dibayar lunas oleh pemesan barulah bisa didibayar.

Para perajin juga terkendala peralatan, kebanyakan para perajin membeli peralatan secara swadaya. Bahkan, ia terpaksa menggadaikan BPKB kendaraannya untuk bisa membeli peralatan seperti kompresor, pemahat, parang dan parang. Sementara untung yang diperoleh para perajin sendiri tidak terlalu besar, dibandingkan biaya produksi jauh lebih besar. Harga jual topeng bervariasi tergantung ukuran dan kualitas, kalau kualitas topeng bagus harga jualnya Rp 55 ribu, sedangkan yang berukuran kecil Rp 40. “Itupun modalnya Rp 40 ribu, untugnnya hanya Rp 15 ribu, itu pun masih kotor belum dihitung untuk para guide,”ujarnya.

Untuk menghidupkan lagi kerajinan di desanya, ia berharap pemda melirik para perajin yang masih ada. Pemda harus memberikan akses peralatan dan permodalan untuk mengembangkan usaha kerajinan topeng yang menjadi mata pencaharian turun temurun di desa itu. Terpisah, camat Labupai, Baiq Mustika tak menampik jika kerajinan topeng memang mulai menurun. Karena itu pihanya akan berupaya menghidupkan lagi kerajinan yang smepat jarya di era tahun 1998 lalu tersebut. “Kami akan berkoordinasi dengan dinas perindag dan dinas koperasi untuk pembinaan pengerajin,”ujarnya.
Pemda katanya pasti akan mengembangkan kerajinan ini karena adanya program desa tematik, sebab Desa Labuapi bersama Desa Kuranji Dalang sendiri masuk desa wisata. Diharapkan dengan ditetapkannya sebagai desa tematik, maka usaha ini kembali bisa dikembangkan lagi. Untuk sementara, pemda dan kecamatan minimal perlu menjadi pengguna pertama hasil kerajinan topeng di desa Labuapi. Hasil kerajinan bisa dibeli untuk keburuhan ornament di kantor.

Rawan Diklaim Daerah Lain

Kerajinan topeng yang dihasilkan pengerajin di Desa Labuapi telah banyak dipasarkan ke daerah lain seperti Jakarta, Bali. Bahkan kerajinan topeng ini, merambah hingga ke luar negeri seperti Australia, Singapura, dan India. Namun sayangnya, kerajinan ini kebanyakan dikirim melalui daerah lain sebut saja Bali sehingga rawan diklaim.  Menurut Saheh (40), salah seorang perajin topeng ditemui Minggu kemarin di rumahnya di Labuapi, kebanyakan perajin di desa labuapi mengirim barang ke bali. Pangsa pasar, topeng ini lebih banyak ke Bali. “Banyak dikirim ke bali, setelah itu nanti dikirim ke daerah lain bahkan Negara lain,”akunya.

Ia sendiri tidak tahu, apakah kerjainan yang dikirim melalui Bali itu tetap atas nama produk asal Lobar. Namun, dkhawatirkan hasil kerainan itu bisa saja diatas namakan produk dari Bali. Meskipun katanya, para pemesan baik itu dari luar negeri mengetahui kualitas topeng yang dihasilkan perajin Labuapi.
Pemasaran topeng ini, tidak saja melalui Bali namun juga merambah  Jakarta. Di Jakarta, biasanya topeng ini dijajakan saat pameran. “Sering kali kerajinan kami dibawa ke Jakarta untuk ikut pameran,”imbuhnya.
Ia mengaku, selain diorder oleh pemesan dari daerah lain ia juga menerima orderan dari  Austalia, Singapura dan India. Ia memperbanyak jaringan dengan pemesan dari luar negeri, sebagai upaya mempertahankan eksistensi kerajinan topeng. Total orderan dari sejumlah Negara itu bervariasi, pemesan dari Australia senilai Rp 7 juta, dari Singapura Rp 15 juta. Sedangkan dari india, Rp 30 juta.
Ia mengaku topeng labuapi masih banyak dicari karena kualitas topeng dari Labuapi memang berbeda dengan daerah lain, ada kekhasan tersendiri dari sisi kualitas sehingga banyak diburu pemesan baik dalam dan luar negeri. Untuk mempertahankan itu, ia sendiri menjaga betul kualitas bahan baku topeng.

Beberapa waktu lampau, biasanya topeng-topeng tersebut dibuat dari kayu Pohon Mahogani. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pohon mahogani menjadi sulit dicari, bahan tersebut diganti dengan kayu pohon lainnya. Seperti Pohon Mangga, Pohon Nangka, atau Pohon Kelengkeng. Bahan-bahan untuk membuat kerajinan tersebut juga tidah hanya berasal dari Desa Labuapi saja. Misalnya kulit kerang atau cukil didatangkan dari desa penghasil cukil, yaitu Desa Lendang Re. Demikian juga dengan bahan-bahan lainnya.
Proses pembuatan topeng ini juga dilakukan secara cermat, mulai dari baku. Proses pembuatan mulai dari cukli, lalu diamplas. Begitu pula tahap penggambaran hingga pengkilatan benar-benar dilakukan secara apik, supaya topeng yang dihasilkan tidak jamuran.”Kalau jamuran dikilatin lagi, tambah biaya,”ujarnya. Karena itu tahap pengkilatan dan pengamplasan beberapa kali untuk memperoleh hasil yang bagus. Barulah tahap terakhir difinishing.

Pengirim : Zubaidi, Jurnalisme Warga

Teluk Mekaki Pantai Terpencil di Sekotong

foto pemandangan di teluk Mekaki sekotong yang banyak diminati investor namun sayang belum terealisasi2(1)Nama kawasan wisata teluk Mekaki mungkin tdak asing bagi masyarakat Lombok Barat khususnya, bahkan bagi para wisatawan baik lokal dan mancanegara. Kawasan yang belakangan menjadi perhatian karena masuk prioritas pembangunan pemerintah pusat dalam program MP3EI ini telah lama menjadi salah satu destinasi wisata di Lobar.

Namun karena pengembangannya terbengkalai, sehingga kawasan ini pun kalah tenar  dengan kawasan wisata lain seperti pantai Senggigi di utara, kawasan Mandalika di Loteng dan Pantai Ping di Lotim. Namun jika para pengunjung berkesempatan berkunjung ke kawasan ini, maka dipastikan  pengunjung akan ketagihan ingin kembali lagi karena takjub akan pemandangan alammnya masih alami dan “perawan”.

Hal ini dibuktikan oleh  penulis  ketika berkunjung ke kawasan itu beberapa waktu lalu. Kawasan Teluk Mekaki berada di Sekotong bagian Barat, persisnya di Desa Pelangan. Pantai ini terbilang terpencil, namun menyimpan pemandangan alam yang menakjubkan. Tidak salah jika pemerintah pusat dan daerah mengembangkan kawasan ini menjadi salah satu destimasi wisata andalan kedepan.

foto destinasi wisata di teluk Mekaki Desa Pelangan Kecamatan Sekotong yang belum digarap maksimalPerjalanan menuju pantai Mekaki dari Gerung (ibu kota kabupaten) berjarak sekitar 30 kilometer lebih, untuk tiba di kawasan itu dapat ditempuh sekitar dua lebih perjalanan menggunakan kendaraan. Disepanjang  perjalanan menunuju kawasan itu memasuki daerah Sekotong, para pengunjung bisa menikmati pemandangan alam pantai. Pengunjung akan disuguhkan panorama pantai-pantai nan indah, mulai dari pantai Batu kijuk, Tawun, sekotong indah, Elak-elak, gili gede hingga tiba di Pelangan.

Selain disuguhkan pemandangan pantai, para pengunjung juga bisa menikmati wisata kuliner di sepanjang jalur pantai Batu kijuk. Di kawasan ini, dijajaki ikan bakar yang aromanya menggugah selera dan merangsang lidah ingin mencicipi. “Disini selalu ramai pengunjung, apalagi hari minggu,”kata Mahnun pengunjung yang ditemui dilokasi.

Beberapa kilometer dari Batu kijuk, pengunjung akan menemukan pelabuhan penyeberangan di Desa Tawun. Dermaga pemnyeberangan yang selesai dibangun taahun 2013 ini menjadi salah satu akses ke gili tangkong, nanggu dan sudak atau disebut Gitanada. Sayangnya pelabuhan ini  belum dilengkapi fasilitas pendukung seperti WC, dan pusat informasi bagi wisatawan.
Bentuk jalan yang berliku dan naik turun membuat anda dengan mudah bisa menyaksikan keindahan pantai-pantai Sekotong lainnya dari kejauhan selama perjalanan. Ketika menanjak menuju jalur mekaki, di sisi kiri kanan jalan daerah Rembut Petung, nuansa berbeda akan banyak ditemukan. Beberapa titik di pegunungannya yang menjadi sumber batu emas dipenuhi tenda-tenda para penambang akan dengan mudah dijumpai di pinggir jalan. Perjalanan menanjak dan berliku menambah suasana extreme perjalanan.

foto pemandangan di teluk Mekaki sekotong yang banyak diminati investor namun sayang belum terealisasi.2jpgSesampainya di puncak perbatasan, para pengunjung bisa melihat bibir pantai dengan samudera luasnya dari kejauhan. Deburan ombak yang menciptakan buih buih putih berbaur dengan kilau pasir putih pantai Mekaki. Pantai Mekaki dari sudut pandang ini akan terlihat begitu indah karena airnya yang membiru dikelilingi bukit bukit hijau. Dan sekitar ratusan meter dari bibir pantai, jalanan tanah berbatu tidak beraspal akan dilalui, namun tetap bisa dilalui dengan nyaman karena tidak bergelombang.

Di pantai Mekaki, pengunjung akan menyaksikan bibir pantai yang membentuk lengkungan bulan sabit. Pasir pantai dengan butiran putih berbiji besar , deburan ombak yang kalem dan juga kadang-kadang terlihat sangat extreme. Kombinasi warna air laut membiru ke bagian tengahnya membuat para wisatawan yang datang merasa betah untuk berlama lama ditempat ini.
Namun, seperti kelemahan objek pariwisata di Lombok lainnya, konidis jalan, akes telekomunikasi, dan air yang begitu sulit. Disamping itu, tidak ada penunjuk arah yang bisa diandalkan untuk sampai kesini. Hanya mengandalkan bertanya ke warga.

Penulis: Zubaidi, Jurnalisme Warga

Melihat Potensi Wisata Sejarah di Sekotong

Jejak Peninggalan Perang Dunia II di Pantai Barat Sekotong

foto senjata meriam diduga peninggalan jepang kondisinya memperihatinkan karena tak diperhatikan pemerintah1Sekotong, Sekitar 3,5 tahun bangsa Jepang menjajah Indonesia, sebelum dikalahkan sekutu ditandai dengan runtuhnya Hiroshima dan Nagasaki. Konon, ekspansi penjajahan bangsa Jepang pada masa itu meluas hingga ke pulau Lombok, beberapa lokasi strategis pun sempat dikuasai untuk dijadikan markas pertahanan menangkal serangan musuh.

Jejak-jejak penjajahan itupun masih ada di pesisir pantai Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong. Konon lokasi ini menjadi pertahanan terkuat Jepang pada zaman itu. Di sini terdapat beberapa peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang yang bisa ditemukan. Konon beberapa fasilitas ini dibangun masyarakat Lombok waktu itu atas perintah para penjajah. (lebih…)

1 4 5 6