Mulai Dilirik Wisman, Sarpres Terbatas

Pesona Gili Tanada kini mulai dilirik oleh wisatawan, terutama mancanegara. Tingkat kunjungan ke obyek wisata yang kerap dijuluki pulau-pulau perawan tersebut semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sayangnya, di masing-masing gili sendiri belum banyak tersedia sarana prasarana memadai untuk memudahkan wisatawan dalam menikmati iiburannya.

BEBERAPA tahun silam, ketiga gili Tangkong, Nanggu, dan Sudak ibaratnya pulau yang tak berpenghuni. Keindahannya tersembunyi di tengah keterbatasan akses bagi wisatawan untuk menjangkau obyek wisata di wilayah Sekotong tersebut. Namun, geliat usaha wisata di Gili Tanda kian terlihat dalam kurun waktu terakhir.

Kunjungan wisatawan mulai meningkat, baik domestik, lebih- lebih turis asing. Pada tahun 2013 lalu saja, tercatat kunjungan wisatawan mancanegara ke tiga gili tersebut menembus angka 2000 lebih. Itu pun belum termasuk kunjungan dari domestik. Terutama menjelang akhir bulan saat ini, turis asal Italia biasanya yang paling ramai berkunjung.

“Wisatawan semakin banyak yang datang liburan ke sini. Terutama bulan-bulan ini, dari Italy paling banyak,” kata Abdurrahman, penggiat wisata setempat.

Semakin banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan paket berlibur ke Gili Tanada. Eksotisme ketiga gili perawan itu pun rupanya menarik minat para wisman yangh tengah berlibur di Bali maupun di Senggigi untuk singgah. Biasanya, mereka melakukan perjalanan langsung menggunakan fast boat atau kapal cepat.

“Biasanya wisman charter fast boat dari Bali atau Senggigi langsung ke sini. Jarang yang lewat perjalanan darat dulu,” kata Abdurrahman.

Sementara, melalui jalur darat, penyebrangan ke Gili Tanada sendiri bisa dilakukan melalui Tawun, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong. Di sana dapat ditemui sejumlah boat¬man (penyedia jasa penyeberangan) menuju masing-masing gili. Untuk charter boat ke setiap gili, biayanya hanya Rp 230 ribu. Namun, untuk mengelilingi ketiga gili tersebut dalam satu waktu, biaya charter boat sebesar Rp 400 ribu. Satu boat sendiri bisa diisi sekitar delapan orang.

Sayangnya, diakui Abdurrahman, obyek wisata Gili Tanada sendiri, sampai sekarang, masih minim sarana prasarana. Pantauan koran ini, di lokasi pembelian tiket penyebrangan pun tak tersedia loket khusus yang representatif. Begitu pun juga dengan ketersediaan fasilitas umum seperti MCK yang tak banyak tersedia di masing-masing gili.

“Fasilitas masih banyak yang perlu disediakan di sini. Loket tiket, MCK umum, ruang tunggu atau shelter bagi wisatawan, hingga perbaikan akses jalan harus dilakukan,” katanya.

Dengan pembenahan sejumlah fasilitas tadi, ia pun optimis bahwa tingkat kunjungan ke tiga gili Tanada akan semakin pesat. Terutama, dapat memancing investor untuk masuk dan membantu mengembangkan usaha wisata setempat. Secara tidak langsung, perkembangan wisata Gili Tanada juga bakal menjadi harapan baru bagi masyarakat sekitar untuk mencari tambahan rezeki sehingga dapat menopang kesejahteraan mereka.

“Kalau lebih serius ditata, Gili Tanada ini kedepannya tak kalah dengan ketiga gili di Lombok Utara. Apalagi, akses Bandara Internasional Lombok (BIL) juga sudah lebih dekat dengan lokasi ini,” pungkas laki-laki yang kerap mengenakan topi tersebut. (*)
Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 17 September 2014