GIRI MENANG – Sebagian sekolah di Lombok Barat (Lobar) mengeluhkan pelaksanaan kurikulum baru 2013 yang diterapkan tahun ini. Pasalnya kelengkapan berupa buku baik untuk panduan guru dan buku ajar untuk peserta didik belum terdistribusi semuanya.

Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lobar mencatat distribusi buku tersebut baru terlaksana 19 persen untuk SD dan 56 persen untuk SMP serta SMA. Untuk menanggulangi kekurangan buku, sekolah- sekolah diberikan dalam bentuk CD dengan tujuan untuk diperbanyak. Sedangkan untuk biaya perbanyakan buku tidak ada biaya khusus dari pusat maupun dari pemda, sehingga sekolah terpaksa memakai dana bantan operasional sekolah (BOS) untuk membiayainya.

Hal ini diakui Kepala SMA 1 Labuapi, Ma’rif. Pihaknya cukup kelabakan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 karena baru separuh kelengkapan yang diterima. “Sebagian besar belum kami terima kelengkapannya,” akunya, kemarin.
Ia menyebutkan belum semua buku seperti buku wajib B, buku pedoman dan buku ajar serta buku mata pelajaran diterima. Hanya buku mapel bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika dan PPKN. Untuk kekurangannya sendiri diberikan dalam bentuk CD, akan tetapi itupun tidak semua diberikan. Karena itu, sekolah terpaksa memperbanyakan dengan menggunakan dana BOS. Menurut aturan, langkah itu diperbolehkan karena dana ini diarahkan untuk operasiolnal. “Mau tidak mau terpaksa kami pakai dana BOS,” cetusnya.

Untuk menanggulangi, sementara sekolah hanya bisa mengkopi- kan per bab agar dana BOS tidak terlalu banyak digunakan. Padahal seharusnya kelengkapan kurikulum ini diberikan semua mapel.
Ma’rif menambahkan, menurut rencana akan ditunjuk penga- was per wilayah, yakni utara mencakup Gunungsari, Batulayar, wilayah tengah Narmada, Lingsar, dan wilayah selatan termasuk Gerung, Labuapi, Kediri, Kuripan, Lembar dan Sekotong. “Setiap sekolah akan ditunjuk dua pengawas,” tukasnya.

Terpisah, Kepala Sanggar Penjamin Mutu Pendidikan Lobar, H Ahmad menyatakan, pelaksanaan Kurikulum 2013 seperti karbi- tan karena terkesan dipaksakan. Pasalnya, sarana dan prasarana buku pedoman masih belum terdistribusi semua. Namun mau tidak mau, program ini harus dilaksanakan.
‘ ’ Seharusnya pengadaan diberikan ke daerah supay a menghindari ada persoalan. Kalau seperti ini terkesan dipaksakan,” ujamya.
Terpisah, Kadis Dikbud Lobar Ispan Junaidi mengungkapkan masih kecilnya buku yang terdistribusi menjadi kendala utama dalam penerapan Kurikulum 2013. Untuk mensiasatinya, sekolah-sekolah diberikan CD kemudian diperbanyak oleh sekolah menggunakan dana BOS (bantuan operasional sekolah). ”Saya sudah kumpulkan seluruh guru se-Lobar untuk menjelaskan persoalan yang sedang dihadapi dalam penerapan kurikulum baru ini,” terangnya.

Ditambahkan, kurikulum ini menurutnya, sebenamya sangat baik, karena berkerangka pada pendidikan karakter dengan hajatnya mempersiapkan generasi menghadapi era digital tahun 2045. Namun persoalannya, mestinya kurikulum melalui uji coba dahulu sebelum diterapkan. Dari semua kesiapan itu, sarana buku yang paling berrriasalah. ’’Daerah siap membantu distribusi agar kurikulum ini bisa segera diterapkan maksimal,” tandasnya.

Pengadaan buku ini dikendalikan oleh pusat bekeija sama dengan 31 perusahaan penyedia jasa. Sehingga ada penghematan 75 persen terkait harga buku daripada dijual di pasar. “Ideny a bagus, karena dengan pemu- satan maka pencetakan buku bisa dikontrol karena selama ini buku yang diterbitkan cukup bervariasi dengan kedalaman mated berbeda-beda.
Tapi disini yang bermasalah distribusinya,”tukasnya. (Puj)

Sumber: Lombok Post: Sabtu, 30 Agustus 2014