Mengunjungi Desa Mandiri Energi Sekotong Tengah, Puluhan Tahun Gunakan Lampu Templek, Kini Warga Bisa Nikmati Listrik

Sekotong_Semenjak ditetapkan sebagai desa mandiri energi (DME) tahun 2013 lalu, desa Sekotong Tengah  sedikit demi sedikit mulai berkembang. Berbagai perubahan dialami desa itu, khususnya beberapa dusun terpencil yang berlokasi di pegunungan menjadi titik fokus pengembangan DME. Seperti, dusun Serero, Lebah Suren, Loang Batu dan Harapan Baru.

Masyarakat yang tinggal di pegunungan ini hampir puluhan tahun hidup tak tersentuh pelayanan listik, kini mulai bisa menikmti listrik meski bersumber dari PLTS. Namun di sejumlah dusun itu, masih tersisa banyak persoalan yang belum diatasi. Seperti minimnya sarana dasar, sebut saja sarana pelayanan kesehatan, jalan dan air bersih. Seperti apa kondisi desa mandiri energi Sekotong Tengah, berikut penulis menyajikan ulasannya. Akhir pekan kemarin penulis berksempatan mengunjungi DME setempat.

Cuaca pagi itu cukup cerah. Tampak sinar mentari pagi menerpa dedaunan yang masih dibasahi embun pagi. Burung-burung berkicau silih berganti, seolah mereka saling berbicara. Begitulah suasana pagi itu, ketika penulis memulai perjalanan menuju empat dusun terpencil tersebut.

Mengendarai kendaraan roda dua khusus untuk menganrungi medan berat, penulis bersama salah seorang warga melewati jalan beraspal, sebelum tiba ditanjakan menuju dusun Lebah Suren. Sekitar 1,9 kilometer pertama, jalur menanjak ke dusun ini relative mudah karena jalannya sudah dibangun oleh dinas PU Lobar. Namun setelah itu, jalur berbatu dan berlubang menghiasai perjalanan hingga tiba di rumah Kadus Lebah Suren, Budiman.

Setiba di rumah kadus  setempat, di rumah kadus tersebut, tampak bola lampu masih menyala. Bola lampu itu terhubung dengan kabel dirangkai pada tiang besi yang berdiri kokoh. Tiang itu, menghubungkan dengan sebuah unit PLTS terpusat tak jauh dari rumah kadus tersebut. “Listrik ini kan bersumber dari PLTS terpusat yang dibangun tahun 2013 lalu, dari bantuan pusat,”kata Budiman didampingi istrinya. Bantuan PLTS terpusat yang selesai dibangun tahun 2013 itu berkapasitas 15 MW. PLTS tersebut bisa menerangi rumah 93 KK. Dari 93 KK itu terbagi di Loang Batu 26 KK sedangkan sisanya lebih banyak di Lebah Suren.  Semenjak bantuan PLTS ini turun ke dusun itu,  masyarakat sangat merasakan dampaknya. Masyarakat yang sebelumnya, menggunakan lampu templek berganti menggunakan bola lampu pijar. “Masyarakat tidak repot menyalakan lampu, tinggal teken, nyala,”katanya.

Terkait pengelolaan PLTS tersebut, pihak dusun telah membuat awik-awik. Bagi warga yang mencuri setrum tanpa sepengetahuan teknisi maka akan didenda Rp 1 juta.  Jika tidak sanggup maka akan dicabut meterannya.  Sejauh ini ada tiga warga yang melakukan pelanggaran, sehingga dicabut meterannya. Meterannya tersebut dialihkan ke warga lain yang membutuhkan. Selain itu, ditarik iuran per bulan Rp 15 ribu untuk biaya pemeliharaan dan upah mekanik. “Sampai saat ini terkumpul iuran Rp 8 juta lebih,”terangnya.

Menurutnya persoalan listrik bisa teratasi, namun masih banyak masalah lain yang harus diselesaikan. Beberapa diantaranya, ,masalah pelayanan kesehatan, jalan dan air bersih. Bencana kekeringan masih kerap kali melanda sejumlah dusun diatas pegunungan, wargapun terpaksa menempuh jarak 3-4 kilometer mengambil air. “Sekarang proyek sumur bor tengah dibangun, seperti dijanjikan pak Plt bupati saat berkunjung ke daerah kami,”imbuhnya. Setelah dari dusun Lebah Suren, kami melanjutkan perjalanan ke Dusun Loang Batu yang terletak dua kilometer. Menuju ke dusun ini sangat susah, karena kondisi jalan setapak yang rusak. Di sepanjang jalan dusun ini, terpasang tiang besi penghubung antara PLTS terpusat dengan rumah warga. Didusun ini paling banyak warga yang belum terlayani listrik PLTS.

Terhitung 26 KK yang dialiri dari PLTS terpusat Lebah Suren, masih terdapat sisa  rarusan KK yang belum terlayani. “Tahun ini akan dipasang PLTS tersebar,”tukasnya. Jumlah penduduk di dusun ini 200 KK lebih, terbagi menjadi dua yakni Loang batu sebanyak 85 KK dan Dusun Harapan baru 130 KK.

Seusai dari Dusun Loang Batu, perjalanan berlanjut ke Dusun Serero. Dua dusun ini dipisahkan oleh sungai,  jarak tempuh sekitar 3 kilometer. Dusun ini dihubungkan dua jembatan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat. setelah melewati lembah dan bukit, barulah memasuki dusun Serero. Dusun serero yang dihuni 136 KK lebih ini lebih dulu mendapatkan bantuan PLTS. Namun bantuan yang digelontorkan tahun 2006 lalu hanya tersisa sekitar 10 unit.  “Saat ini 90 persen sudah terlayani PLTS,”aku Kadus Serero Amak Ida. Di dusun ini, terpasang PLTS terpusat 15 MW, mengaliri ratusan KK. Untuk mengelola bantuan PLTS itu, pihaknya sudah membuat awik-awik sama seperti dusun Lebah Suren. Selain mendapatkan bantuan dari PLTS terpusat juga dibantu PLTS tersebar tahun ini. Terpisah, Kepala dinas Pertambangan dan Energi Budi Dharmajaya menyatakan untuk program mandiri enegeri di Sekotong Tengah fokusnya di beberapa dusun di daerah pegunungan. Dibeberapa dusun ini telah dibangun dua unit PLTS terpusat. Tahun ini pemerintah kembali memberikan bantuan PLTS tersebar sebanyak 225 unit.  “Itu dibagi untuk beberapa dusun berlokasi di atas gunung Desa Sekotong Tengah  itu,”terangnya. Saat ini tengah dibangun sumur bor di Dusun diatas pegunungan tersebut. Kedepan, perhatian pemda akan lebih besar lagi daerah setempat.

(Jurnalis Warga: oleh:  Zubaidi)

foto jaringan listrik PLTS terpasang di daerah pegunungan  di DME Sekotong Tengah

Foto jaringan listrik PLTS terpasang di daerah pegunungan

foto rumah warga didusun Lebar Suren bisa terlayani   listrik PLTS

foto rumah warga didusun Lebar Suren bisa terlayani listrik PLTS