Gili Nanggu, Wisata Bulan Madu Halal

F-Nanggu-1GIRI MENANG – Tak kalah dengan Gili Trawangan, Gili Nanggu Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong semakin berbenah. Pulau kecil dan sunyi ini kini juga dipersiapkan sebagai destinasi bulan madu (honeymoon) halal yang sangat romantis.

Wayan, Front Staff Gili Nanggu Resort mengatakan, ini merupakan ide langsung dari manajemen resort. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap pengembangan wisata di Lombok Barat.

“Ini inisiatif manajemen,” ungkapnya

Beragam fasilitas telah disiapkan untuk mendukung rencana tersebut. Nanggu Resort menyediakan penginapan sekaligus juga tempat peribadatan. Sebanyak  delapan buah cottage dipersiapkan bagi pasangan yang ingin berbulan madu.

“Kisaran harga per cottage hanya Rp 500 ribu untuk high season, sedangkan low season sebesar Rp 400 ribu,” paparnya.

Sementara untuk makanan, wisatawan tak perlu khawatir. Gili Nanggu Resort menyediakan restoran dengan makanan yang dijamin halal 100 persen.

Ia mengaku Gili Nanggu memang cocok sebagai destinasi bulan madu. Pulau kecil ini menawarkan suasana ketenangan dan keromantisan kepada setiap pengunjung.

Di Pantai Gili Nanggu, pasangan pengantin dapat menikmati kicauan-kicauan burung di sekitar pepohonan yang asri. Di bibir pantainya, pengunjung dapat merasakan sejuk udara pantai dan ombak-ombak tenang menyapu kaki-kaki. Selain itu, Gili Nanggu menawarkan air laut yang sangat jernih, dimana ikan-ikan berwarna-warni terlihat jelas.

“Sangat mengasyikkan bagi mereka yang tak suka keramaian,” pungkas Wayan. (fer/r4)

Kepala DKP Bantah Berikan Rekomendasi Instalasi Kabel Bawah Laut di Gili Gede

F-Kepala-DKP

Ir. H. Subandi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan             Kab. Lombok Barat

GIRI MENANG – Sejumlah masyarakat melaporkan adanya instalasi kabel bawah laut di sebuah villa milik warga negara asing, di Gili Gede, Desa Sekotong Barat.

Kabel itu kabarnya dipasang karena pihak investor mendapat izin dari pemerintah. Dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Lobar.

Namun, saat dikonfirmasi kebenaran izin itu, Kepala DKP Lobar, Subandi membantahnya. Ia mengaku tidak pernah memberikan rekomendasi instalasi tersebut.

“Mungkin pada saat kepala DKP sebelumnya. Yang jelas saya tidak pernah memberikan rekomendasi,” tegasnya.

Dikatakan, berdasarkan penelusurannya, telah terjadi kesepakatan antara investor dengan masyarakat sebelumnya. Pihak investor telah memohon ijin pada masyarakat untuk melakukan pemasangan kabel bawah laut.

Namun, masyarakat sekitar akan memberikan rekomendasi jika dibelikan mesin genset. Pihak investor pun mengabulkan permintaan tersebut, sehingga akhirnya masyarakat memberikan rekomendasi.

Subandi mengatakan, hal ini menjadi tanggung jawab pihak PLN. Sebab ini berhubungan dengan tegangan listrik. PLN lebih tahu mengenai prosedur pemasangan kabel tersebut.

“Toh juga belum ada kabar kalau ada warga yang tersengat aliran listrik,” kata Subandi, enteng.

Terpisah, Kepala Dishubkominfo Lobar Ahmad Saikhu, berjanji akan menelusuri perizinan pemasangan kabel terkait. Terutama dampaknya pada arus pelayaran laut.

Ia menjelaskan, jika itu masuk dalam arus pelayaran laut, maka seharusnya ada rekomendasi dari Dishubkominfo. Ia pun akan melakukan koordinasi lintas sektor.

“Tapi kami perlu mengecek posisi kabel itu dulu. Apakah membahayakan atau tidak,” tandasnya. (fer/r6)

Sumber: http://www.lombokpost.net/2016/08/14/kepala-dkp-bantah-berikan-rekomendasi-instalasi-kabel-bawah-laut-di-gili-gede/

Bupati Fauzan “Adu Pukul” dengan Asisten II Setda NTB

Kemeriahan Menyambut HUT RI di Tingkat Kecamatan

F-BOKS-11

SAMBUT HUT RI: Sejumlah siswa bersiap mengikuti lomba gerak jalan tepat waktu tingkat SD se Kecamatan Gunung Sari untuk menyambut HUT RI ke 71 di Kantor Camat Gunung Sari, Rabu (10/8) lalu.

BERBAGAI kegiatan digelar selama bulan Agustus untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI. Kegiatan ini sebagai bentu nasionalisme, kecintaan dan tentunya syukur atas kemerdekaan negara Indonesia.

Di Kecamatan Sekotong kegiatan diawali dengan aksi pungut sampah di Desa Sekotong Barat Senin (8/8) lalu. Rutenya dimulai dari Batu Kijuk dan berakhir di Dermaga Tawun Desa Sekotong Barat.

Aksi pungut sampah ini cukup meriah karena diikuti oleh hampir semua instansi. Mulai dari pegawai kecamatan, Koramil, Polsek, Guru, Siswa SD/SMP, Karang Taruna serta lembaga kemasyarakatan se-Kecamatan Sekotong.

Menurut Camat Sekotong L Ahmad Satriadi, selain kegiatan ini,  nantinya ada berbagai macam lomba untuk masyarakat umum dan pelajar dan pementasan wayang anak. Sementara untuk acara puncak, akan dilakukan penanamanan ribuan pohon mangrove.

“Menurut jadwal kira-kira akan dilaksanakan tanggal 21 Agustus 2016 dan rencananya start dari Lapangan Empol Desa Cendi Manik sampai finish di depan Kantor Camat Sekotong,” jelasnya.

Di Kecamatan Gunung Sari mengawali kegiatan dengan lomba gerak jalan tepat waktu yang diikuti oleh pelajar sekolah yang ada di wilayah Gunung Sari, Rabu (10/8) lalu.

Halaman Kantor Camat Gunung Sari  terlihat ramai oleh warga yang berkumpul. Mereka terlihat cukup antusias, begitu juga dengan peserta lomba.

Camat Gunung Sari mengatakan, kegiatan ini untuk membangkitkan semangat masyarakat untuk menyambut Hari Kemerdekaan RI. Ia ingin agar euforia ini dirasakan oleh semua masyarakat, sekaligus mempererat kebersamaan.

Selain itu, kegiatan ini melatih sportifitas siswa dalam berlomba. Sebab itu, Rusni mengimbau kepada semua peserta lomba untuk menjaga dan memperhatikan petunjuk perlombaan.

“Banyak hal positif yang bisa didapatkan,” pungkasnya.

Sementara di Kecamatan Narmada, semarak menyambut HUT RI dimulai dengan pertandingan Paresean. Dalam atraksi budaya tersebut dipertemukan para pepadu dari berbagai penjuru Pulau Lombok.

Kegiatan ini dimulai sejak Rabu (10/8) lalu hingga Sabtu (20/8) mendatang di Narmada. Pembukaan berlangsung meriah.

Atraksi ini semakin meriah dengan ambil bagiannya sejumlah pejabat. Bupati Lobar H Fauzan Khalid bahkan ikut turun langsung menantang Asisten II Pemprov NTB L Gita Ariadi. Memang dalam eksebisi tersebut, mereka tidak bertarung layaknya para pepadu berpengalaman. Namun atraksi ini tidak ayal mengundang antusiasme warga yang menonton.

Bupati mengatakan, ia menyambut baik pagelaran presean tersebut. Selain untuk memeriahkan HUT RI kegiatan ini juga melestarikan warisan seni budaya leluhur.

“Ini perlu dilestarikan dan terus digelar,” ujarnya

Pertandingan antara para pepadu se Pulau Lombok dipastikan akan selalu di banjiri para pecinta peresean. (FERIAL AYU, Giri Menang*/r4)

Sumber: http://www.lombokpost.net/2016/08/13/bupati-fauzan-adu-pukul-asisten-ii-setda-ntb/

Sukses Yani Budidayakan Gaharu Di Lahan Kering

 

Yani Petani Gaharu (2)Obsesi Nur Akhmad Yani bertahun-tahun untuk menemukan species tanaman bernilai ekonomis tinggi berupa tanaman gaharu di lahan kering berujung pada upaya mendongkrak pendapatan petani kini berbuah manis. Seakan lepas dari rasa haus berkepanjangan Yani begitu biasa ia akrab disapa, dianggap telah   menjadi pahlawan tanpa pamrih di tempat tinggalnya Desa Bukit Tinggi dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Kerja keras dan dedikasi sosok Yani akhirnya diganjar penghargaan bergensi sebagai Fellow Ashoka. PSPSDM, lembaga yang didirikannya, dinilai sebagai 15 mitra terbaik GEF-SGP di Indonesia. Ia dianggap memiliki kiprah besar dalam pemberdayaan masyarakat di lahan kering.

Sistem pengelolaan lahan kering berupa teras miring yang diciptakan Yani di desa binaannnya, awalnya telah dikembangkan oleh pegiat LSM pada era tahun 1980-an seperti Konsorsium Masyarakat Dataran Tinggi Nusa Tenggara (KMDTNT) di wilayah NTT, NTB, Bali dan Timor Leste, serta CARE Internasional di NTB.

Hanya saja yang menjadikan kiprah Yani dinilai member cirri tersendiri yakni dia berhasil melakukan uji coba budidaya tanaman gaharu pada lahan kering. Sebagaimana diketahui pengembangan gaharu di desanya biasanya hidup hidup optimal di lahan lembab, namun berkat eksperimen Yani bisa dibudidayakan dengan baik pada lahan kering.

Hal yang lazim terjadi bagi para petani, tanaman utama yang dikembangkan pada program lahan kering adalah jenis tanaman kayu dan buah-buahan, namun ironisnya tak mampu memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan petani lahan kering. “Penemuan bibit gubal gaharu oleh Dr Parman (almarhum) dari Unram telah menginspirasi saya untuk melakukan uji coba agar tanaman gaharu dapat dibudidayakan di lahan kering,” terang Yani membuka pembicaraan.

Uji coba keberhasilan Yani pada lahan kering dua warganya yang disulap menjadi hijau dan subur, telah membuka aura masyarakat sekitar mulai tertarik mengadopsi inovasi ini pada lahan mereka. Pada tahun 1999, jumlah petani di Desa Mekarsari yang mengadopsi inovasi ini berkembang menjadi 40 keluarga tani. Pengembangan program ini mendapat dukungan dana hibah dari GEF-SGP/UNDP.

Kecuali Desa Penimbung dan tiga desa di sekitarnya di Lombok Barat, Yani juga telah mengimplementasikan program pertanian lahan kering model ini ke Desa Selaparang di Lombok Timur, Desa Mbajo dan Desa Dodi Dungga di Bima dan Desa Malaka di Kabupaten Lombok Utara.

Saat ini, petani binaan Yani di Desa Mekar Sari telah dapat menikmati hasil panen tanaman semusim dengan lebih baik, termasuk tanaman gaharu dan tanaman kayu lainnya. Satu pohon gaharu umur 5 – 6 tahun bisa menghasilkan 1 – 3 kilogram (kg) gubal gaharu. Harga 1 kg gaharu dapat mencapai Rp 1 juta hingga 9 juta di lapangan, tergantung kualitas gubalnya.

Selain itu Yani menambahkan, salah satu anggota kelompok tani yang mengelola lahan seluas 1 hektare dapat membeli sepeda motor cash dari memelihara 3 ekor sapinya. Pakan ternak tidak perlu dicari ke hutan atau tempat lain seperti sebelumnya.  Tetapi cukup dari daun gamal yang ada di kebunnya.

Kapasitas kelembagaan dan individu kelompok tani yang dibina Yani juga meningkat. Ketua kelompok dan kelompok taninya telah menjadi pemrakrasa berdirinya SDN 4 Mekarsari.  Nyoman Suyasa, anggota kelompok lainnya, telah berhasil memfasilitasi pembangunan sarana air bersih dan pembukaan jalan baru di desanya.

Ujicoba tanaman gaharu di lahan kering di Desa Mekarsari dan Bukit Tinggi telah menjadi laboratorium training lapangan. Telah banyak kunjungan yang dilakukan oleh petani, kelompok tani maupun ormas lain dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Timor Leste untuk belajar bersama dengan petani setempat.

Pendampingan program yang diberikan kepada masyarakat saat ini tidak lagi terbatas pada bidang pertanian, tetapi juga bidang kesehatan, air bersih dan pendidikan. Jumlah desa dampingan yang telah mendapat sentuhan program PSPSDM sebanyak 129 desa, 121 desa diantaranya tersebar di NTB.

Jurnalis Warga: WARDI

Gili Kedis, Sepotong Surga Di Lombok Barat

gili kedisAnugrah Ilahi yang melimpah ruah dengan suguhan alam yang indah mempesona di Pulau Lombok khususnya di Lombok Barat memang diakui tiada banding tiada sanding dengan daerah lainnya. Begitu kaya akan beragam potensi alam yang menakjubkan sejatinya menjadi saksi bisu pemberian Tuhan yang layak  disyukuri.  Jika Pulau Bali terkenal lebih dahulu dengan potensi alam pantainya karena promosinya lebih awal, namun jangan terlena, jika suatu saat nanti Pulau Lombok akan mampu  menandingi Bali. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke negeri belahan surga dari deretan Sunda Kecil di wilayah Nusa Tenggara ini.

Bentangan pantai pasir putih bak merica tiada batas nyaris tak terlewatkan kita temukan di  alam pantai maupun di Gili-Gili (pulau kecil,red) yang ada di Lombok. Yang sudah mendunia yakni gili trawangan, gili meno dan gili air merupakan kekayaan wisata yang sangat terkena di pulau Lombok. Tiga icon pariwisata ini merupakan branding yang dimunculkan untuk menarik sejuta wisatawan untuk datang ke Lombok. Namun tidak terhenti sampai di situ saja, selain tiga gili ini ternyata Lombok juga menhyimpan  gili lain yang keindahannya tidak kalah dengan tiga gili yang ada. Itulah Gili Kedis.

Gili Kedis sendiri berada disebelah barat desa Sekotong Tengah dusun Batu Kijuk kecamatan Sekotong, kurang lebih 1000 m. Wilayah yang kurang diperhatikan oleh pemerinth daerah ini menyimpan keindahan yang sangat eksotis, dengan pantainya yang dibalut pasir putih lebih bagus dari pantai Senggigi. Hal yang menarik dari gili satu ini adalah gelombang lautnya yang tidak ada lebih persis terlihat seperti danau. Selain itu gili ini masih bersih dan alami tidak ada sampah yang terlihat sampai menurut pengakuan salah seorang warga disana lokasi ini (gili kedis) pernah dijadikan sebagai lokasi shoting film asing..

Keindahan gili kedis ini sayang sekali tidak banyak diketahui oleh orang, bahkan sngat tidak terurus. Masyarakat sangat membutuhkan fasilitas seperti dermaga untuk dijadikan sebagai bersandarnya perahu yang digunakn sebagai alat transportasi bagi tamu yang ingin mengunjungi gili satu ini.

Jika diambil dari poto udara, bentuk Gili Kedis ini memang unik. Seperti bentuk jantung atau lambang cinta (love). Karena itu bagi siapa saja yang baru pertama ke Gili Kedis ini akan langsung takjub dan berdecak kagum tiada henti dengan keindahan pulau mungil yang berpasir putih dan lembut ini.

Gili Kedis memang mempesona untuk dipandang. Dengan ukuran mungilnya, pulau ini menjadi tampak cantik. Tak perlu waktu lama untuk menjelajahi seluruh pulau dengan ukuran lebih kecil dari lapangan bola ini. Sekitar sepuluh atau sebelas menit, seluruh pantainya akan habis kita jejaki.

Melihat makin derasnya arus kunjungan wisatawan, dimana wisatawan ingin menikmati hal-hal baru dan spesifik, setiap akhir pekan ataupun saat musim liburan tiba, Gili Kedis makin ramai pengunjung tidak saja wisatawan domestic, namun wisatawan mancanegarapun tak menyia-nyiakan kesempatan liburannya untuk menimati hamparan keindahan Gili Kedis.

Berada di pantai memang panas menyengat, namun rimbunnya pepohonan tertiup angin semilir di pantai, menjadikan pengunjung di Gili Kedis ini terasa betah untuk lebih lama dinikmati. Kecuali itu Pemerintah Daerah Lombok Barat juga membangun gazebo dan berugak kecil sebagai tempat para wisatawan melepas lelah. Kelebihan pantai ini adalah airnya yang jernih. Selain kejernihan yang mengelilingi gili ini, Gili Kedis memiliki alam bawah laut yang indah.

Keindahan terumbu karangnya masih cukup terjaga sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Di satu sisi terdapat pasir putih yang lembut dengan ombak yang relatif tenang, sedangkan di sisi lainnya teradapat bebatuan yang tergerus oleh ombak. Bagai penyuka snorkeling, bawah laut gili Kedis layak dijadwalkan dalam daftar penjelajahan.

Multiflyer effeck dari berkembangnya pariwisata di suatu daerah secara langsung memberikan nilai berganda bagi terdongkraknya ekonomi masyarakat. Masyarakat yang berdekatan tinggal dengan Gili Kedis rupanya cerdas membaca peluang  ini dengan berjualan berbagai jenis makanan, minuman, kuliner khas setempat. “Saya dan masyarakat di sini berharap agar dari waktu ke waktu Gili Kedis ini akan semakin dikenal dan ramai dikunjungi banyak orang. Karena dengan ramainya pengunjung kami bis aneka jenis makanan dan minuman yang dibutuhkan wisatawan. Dengan demikian kami bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan hidup akan menjadi lebih baik,” ungkap Rahmah(46), warga Batu Kijuk yang kesehariannya berjualan makanan dan minuman ringan di bibir pantai menuju kawasan Gili Kedis.

Kecuali itu, masyarakat nelayan juga meraup untung dari penyewaan perahu mereka yang menyeberangkan wisatawan ke Gili Kedis ini. “Hanya saya pungut Rp. 200.000 penyeberangan PP ke Gili Kedis untuk satu perahu dengan isi maksimal 10 orang,” kata Rajiman nelayan setempat.

Tips ke Gili Kedis: Berwisata ke Gili Kedis tidaklah sulit. Dari ibukota Lombok Barat di Gerung perjalanan sejauh 30 Km bisa ditempuh kea rah selatan baik dengan mengendarai sepeda motor maupun kendaraan roda empat (travel). Tidak kurang dari satu jam perjalanan sudah sampai di Gili Kedis. Menyeberang ke Gili Kedis banyak penyewaan perahu bernotor yang siap mengantar anda pulang pergi ke lokasi yang indah ini. Adapun tarifnya Rp. 200.000 PP/perahu dengan isi penumpang maksimal 10 orang.

Jurnalis Warga Oleh: WARDI.

Taman Narmada, Taman Paling Favorit Di Lombok

Taman Narmada                 Taman Narmada di Lombok Barat  menjadi salah satu pilihan favorit bagi masyarakat di Pulau favorit bagi masyarakat di Pulau Lombok, mulai dari Lombok Timur hingga Kota Mataram, sebagai tempat berlibur dan melepas penat. Hari Sabtu dan Minggu, Taman Narmada menjadi begitu padat dengan kunjungan. Kolam renang dalam areal Taman Narmada menjadi tempat yang paling diminati pengunjung. Minat kunjungan ke Taman Narmada juga didominiasi oleh para pelajar yang ingin mengetahui sejarah Taman Narmada yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem, tahun 1727 Masehi (meski ada sebagian literatur yang mengatakan dibangun tahun 1805 Masehi).

           Taman Narmada merupakan duplikai dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, tempat yang biasa dipakai Sang Raja untuk melakukan ritual kurban. Konon, ketika usia raja makin tua, ia tak dapat lagi melakukan ritual di puncak Gunung Rinjani pada ketinggian 3.726 meter dpl, maka ia memerintahkan seluruh arsitek kerajaan untuk memindahkan nuansa Gunung Rinjani ke tengah kota yang kini bernama Narmada. Pada masa itu, Taman Narmada merupakan tempat khusus bagi raja untuk untuk memuja Dewa Siwa sekaligus sebagai tempat peristirahatan raja.
Taman Narmada ditata berbentuk gunung. Sumber mata air yang jernih mengaliri tiga kolam di bagian bawah taman ini. Salah satu dari kolam inilah yang merupakan kolam renang alami dan menjadi tempat mandi favorit pengunjung. Di bagian atas taman terdapat sebuah pura bernama Pura Kalasa. Untuk mencapainya, melewati anak tangga yang sangat banyak. Ketika menuju pura ini, nuansanya seperti tengah mendaki Rinjani.
Inilah salah satu lokasi wisata air yang paling banyak dikunjungi. Data Dinas Pariwisata Lombok Barat, kunjungan ke Taman Narmada terus meningkat setiap tahun.
Wisatawan asing biasanya lebih suka datang untuk mengetahui sejarah Taman Narmada, sedangkan wisatawan lokal menikmati keindahan dan keasriannya. Kebanyakan masyarakat yang berkunjung tidak terlalu tertarik dengan sejarahnya, melainkan menikmati kolam permandian Taman Narmada saja. Pengunjung terbanyak adalah keluarga dan anak-anak.
Kunjungan ke Taman Narmada akan sangat ramai, selain pada hari Sabtu dan Minggu, juga pada hari-hari libur sekolah, hari raya dan libur lainnya. Bulan Maret sampai Mei, biasanya sepi karena saat efektif sekolah. Demikian juga di bulan puasa, kunjungan turun. Sedangkan pada Bulan Juli sampai Agustus kunjungan akan meningkat karena libur sekolah. Termasuk juga di bulan Desember.

Saat-saat libur seperti ini kunjungan meningkat tajam, 3-4 ribu seminggu. Taman Narmada yang berada di tengah kota ini, lokasinya sangat mudah dijangkau dan relatif berbiaya murah meriah. Sekali masuk, pengunjung hanya mambayar tiket Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Biaya rekreasi yang sangat terjangkau dan lokasinya di tengah kota ini, membuat Taman Narmada menjadi tempat berwisata yang menyenangkan. Murah meriah dan sangat terjangkau.

            Pengunjung dapat menikmati kenyamanan taman ini dengan leluasa. Hanya ketika akan berenang di kolam renang alami, mesti membayar tiket masuk lagi Rp 5.000. Cukup murah. Dalam lokasi ini juga terdapat taman dan air awet muda. Inilah salah satu ciri khas Taman Narmada. Para pengunjung biasanya mencuci muka dan minum air awet muda yang dipercaya dapat membuat awet muda.
Di Taman Narmada, pengunjung tidak usah repot membawa makanan dari rumah, karena warung-warung tradisional tertata rapi di dalam areal taman. Disana dijual makanan khas Lombok, seperti pelecing dan sate bulayak. Di samping itu, di pintu keluar taman, para penjual kaos khas Lombok terutama dengan disain khas Taman Narmada juga bisa menjadi salah satu pilihan oleh-oleh selain kerajinan khas Lombok lainnya.

Jurnalis Warga: WARDI

Melihat Pesona Wisata Hutan Madani, Sedau Narmada

Lombok Barat memiliki hutan yang sangat menakjubkan. Namun sebagian besar telah terbabat habis oleh aksi illegal logging. Hutan Madani lantas diadakan, sebagai bentuk reboisasi sekaligus wisata alam.

F-BOKS-3-1TERLETAK 25 kilometer dari Kota Mataram, Hutan Madani ini terletak di Desa Sedau kawasan Gunung Jae Kecamatan Narmada.

Akses jalan menuju ke sana memang belum memadai. Namun hal ini justru menjadi tantangan yang menyenangkan.

Hutan Madani sebelumnya merupakan sebuah hutan hijau yang sangat indah. Namun perlahan keindahan ini memudar. Satu persatu pohon  hutan ini habis dibabat pembalak liar.

Kondisi hutan yang gundul sangat memprihatinkan. Pohon dibabat tanpa ditanami kembali. Hal ini menimbulkan pemanasan global yang cukup parah.

TGH Hasanain Juaini, aktivis lingkungan yang juga pimpinan Ponpes Nurul Haramain Narmada, merupakan salah satu orang yang prihatin terhadap kondisi. Ia berfikir bagaimana mengatasi hal ini. Akhirnya ia menemukan ide untuk mengembangkan hutan buatan. Sebab jika mengandalkan penanaman kembali, membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada 2013 lalu, ia akhirnya melakukan pengembangan hutan buatan ini. Ia menanam ribuan pohon baru pengganti pohon yang telah dibabat.

Tak hanya pohon, di hutan ini juga dibangun sebuah pondok pesantren. Ponpes ini merupakan cabang dari Ponpes Nurul Haramain.

Ponpes ini dijadikan sebagai tempat bagi santri yang memiliki kelemahan dalam penyerapan ilmu pengetahuan. Suasana hutan alam yang menyejukkan sangat mendukung proses konsentrasi.

“Sangat cocok bagi siapapun yang ingin mencari inspirasi,” ujarnya.

Hutan ini belakangan banyak dikunjungi wisatawan asing. Wisatawan dari Jerman, Australia, hingga Rusia pernah datang ke tempat ini. Mereka tertarik dengan konsep alam yang ditawarkan hutan Madani. Mereka bahkan ikut berpartisipasi dalam pengembangan hutan Madani.

“Beberapa berugak juga merupakan sumbangan para turis tersebut,” lanjutnya.

Hutan seluas 54 hektare tersebut kini ditanami ribuan pohon tinggi. Hutan ini sangat cocok dijadikan arena adventure bagi pengunjung yang suka berpetualang.

Hasanain mengungkapkan jika hutan Madani ini menggunakan konsep kampung Inggris di Pare. Ia bahkan akan menerapkan infrastruktur berbentuk bunker atau ruang bawah tanah.

“Sekarang dalam proses penggalian,” pungkasnya.

Meski mengadopsi konsep yang ada di Pare, namun output di Hutan Madani tak kalah berkualitas. Banyak santri yang digembleng di hutan tersebut menorehkan prestasi yang cemerlang

Hasanain melanjutkan, kedepannya ia akan membangun ponpes dengan konsep lebih modern. Selain itu, hutan Madani juga akan dijadikan sebagai pusat pelatihan.

“Jadi fungsinya nanti tak hanya jadi tempat wisata hutan,” tandasnya.(FERIAL AYU, Giri Menang*/r4)

Sumber:http://www.lombokpost.net/2016/08/08/turis-sumbang-berugak-bangun-bunker/

KWT Karya Wanita Penuhi Pangan Warga Dari Pekarangan Rumah

Ketua KWT Karya Wanita, Dusun Dasan Belo, Desa Jembatan Kembar Siti HartiniMenuju sukses, apalagi iktikat awal untuk merubah image masyarakat agar menjadi sadar dan peduli akan ketahanan pangan berikut kelestariannya membutuhkan waktu, proses dan penuh kesabaran.  Merubah perilaku masyarakat, apalagi dengan  sikap masyarakat yang masih apatis dan berpendidikan rendah, pemikirannya masih tradisonil akan menjadi lebih kontras dari apa yang diharapkan. Namun apa yang dilakukan Siti Hartini Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Wanita Tani, Dusun dasan Belo, desa Jembatan Kembar Timur, Kecamatan Gerung, kabupaten Lombok Barat  pantas diteladani.

Dengan ketekunannya ulet dan sabar tanpa mengenal cibiran tetangga sekitar, dengan pendekatan kekeluargaan dan sentuhan tangan dinginnya secara perlahan namun pasti, sikap apatis masyarakat yang tak respek terhadap pentingnya ketahanan pangan keluarga akhirnya membuahkan hasil.

Awalnya Hartini, begitu ia biasa disapa mengawalinya dengan mencoba menanam berbagai jenis tanaman sayur-mayur di pekarangan rumahnya yang luasnya tak seberapa. “Sayur-mayur itu berupa cabe merah, cabe hijau, terong, tomat, kangkung, sawi, bayam, labu, seledri, kemangi, pare, gambas, kacang panjang, mentimun, koro (komak), kecipir dan masih banyak tanaman sayur lainnya. Komiditas pangan lainpun juga ditanam anggota kelompok. Misalnya talas, uwi, ubi kayu, ubi jalar, mangga, sawo, anggur, papaya. Tanaman Obat Keluarga (Toga) juga memenuhi pekarangan rumah. Diantaranya, kunyit, lengkuas, jahe, kencur, sirih, sereh dan lainnya,” ujar Hartini ramah.

Hartini menyadari komoditas pangan tersebut di atas kesehariannya yang paling banyak dicari sebagai konsumsi rumah tangga. Dampaknya masyarakat terutama ibu rumah tangga tidak perlu kebingunan akan pemenuhan kebutuhan sayur-mayurnya. “Tak mesti harus ke pasar atau ke sawah ladang yang jauh untuk memperoleh sayur. Jadi cukup memetik saja di pekarangan rumah,” tutur ibu berpenampilan kalem ini.

Banyaknya manfaat bertanam sayur di pekarangan rumah milik Hartni, kecuali rasa malu warga lainnya yang kerap kali meminta sayur di pekarangan rumah, ternyata ide Hartini telah menginisiasi warga dusun sekitar untuk mengikuti jejak Hartini. Secara perlahan warga lainnya turut menanam tanaman sayuran yang muaranya untuk pemenuhan gizi masyarakat. Ketertarikan warga yang makin bertambah  itulah yang juga mengilhami Hartni untuk membentuk Kelompok Wanita Tani “Karya Wanita”. Awalnya hanya 25 anggota,   hingga kini KWT ini beranggotakan 45 orang yang terbentuk sejak tahun 2012. Namun register penetapannya oleh Bupati Lombok Barat tertanggal 26 Juni 2013.

Kesungguhan KWT Karya Wanita bagi pemenuhan pangan masyarakat setempat memantik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB untuk dijadikannya sebagai binaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) bahkan BPTP dibawah Kementerian Pertanian ini berhasil menyabet juara I lomba MKRPL se NTB yang diadakan lembaga tersebut di tahun 2014.

              Keberhasilan KWT Karya Tani juga mengundang Wakil Menteri Pertanian RI Dr. Rusman Heriawan pada Maret 2014 lalu yang secara khusus melakukan kunjungan dinasnya di kelompok ini. Menyusul pula KWT Karya Tani mendapat kehormatan sebagai salah satu onyek kunjungan Worl Bank – FAO Communities of Praktice (CoP) bersama rombongan dari berbagai Negara berjumlah 20 orang. Kedatangannya dimaksudkan untuk belajar dan mendapatkan informasi dan pengalaman membangun dan mengembangkan MKRPL yang nantinya akan dikembangkan di negaranya masing.

           Tanaman sayur-mayur di pekarangan kelompok KWT Karya Tanaman sayur dan komiditi pangan lainnya yang dikelola KWT Karya Tani tidak hanya dikonsumsi sebagai pemenuhan atau pelengkap nasi saja. Namun KWT Karya Wanita ini juga berpikiran cerdas. Jika saja untuk konsumsi atau secara ekonomi bisa meningkatkan pendapatan keluarga, namun pengetahuannnya hanya sebatas itu saja. Karena itu kelompok ini memproduksi berbagai makanan kecil atau camilan dengan rasa yang gurih dan mengundang selera.

Sebutlah misalnya ada stik kangkung, peyek bayam, kacang sembunyi, pudding labu dan sebagainya. “Ide kami untuk membuat makanan camilan berawal karena dorongan membuat camilan dari bahan sayur-mayur dari pekarangan rumah dan bernilai khas. Makanan olahan dari sayur memiliki nilai gizi yang tinggi. Dan jika diolah jadi camilan berupa stick dan peyek akan terasa lebih nikmat dan digemari semua orang. Demikian pula nilai ekonomisnya juga lebih tinggi,” kata Hartini.

Jurnalis Warga oleh: WARDI

Tenun Songket Desa Babussalam Mulai Dilirik Pasar

Ketua TP. PKK Desa Babussalam, Yeni Pancawati memperlihatkan tenun tradisional Babussalam

Ketua TP. PKK Desa Babussalam, Yeni Pancawati memperlihatkan tenun tradisional Babussalam

Kecuali hasil kerajinan tangan berupa anyaman bambu yang dipersembahkan sejumlah perajin asal Desa Babussalam berupa kerajinan pengosak sebagai wadah menaruh makanan ataupun buah-buahan, kini ditemukan lagi hasil kerajinan lain masyarakat setempat yang cukup punya prospek menjanjikan secara ekonomi.

Kerajinan dimaksud yakni pembuatan tenun songket yang cukup variatif dengan motif tradisional Lombok yang cukup berkesan bagi siapa saja yang pernah melihat secara langsung pembuatan kain singket asli dari Desa Babussalam ini. Meski pengerrjaannya masih secara tradisional, namun hasilnya cukup berkualitas dan menjadi daya tarik konsumen yang selama ini berkesempatam mengunjungi sentra tenun kain songket ini dan menjadikannya sebagai souvenir.

Ketua TP. PKK Desa Babussalam Ny. Yeni Pancawati Zaini ditemui  di Desa babussalam, Gerung, belum lama ini membenarkan jika di desanya tengah tumbuh dan berkembang perajin tenun songket yang diusahakan secara tradisional,yang kan pengerjaanyapun tidak dilakukan saban hari. “Menenun bagi warga dilakukan sebagai pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang selepas warga terutama kaum ibu yang baru pulang bertani di sawah,” ungkap Yeni Pancawati.

Selaku Ketua TP. PKK yang manaugi segala bentuk aktivitas dan kreativitas kaum ibu di wilayahnya, Yeni berobsesi ke depannya kerajinan tenun songket di Desa Babussalam akan terus dikembangkan dan dipertahankan sebagai sebuah tradisi positif dalam mempertahankan kearifan local masyarakat itu sendiri. Bahkan pihaknya akan secara intens menghubungkannya dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mendapatkan perhatian yang lebih serius baik dari sisi permodalan terlebih dari sisi pendampingan produk.

Kecuali itu wadah organisasi PKK di desa Babussalam juga bertindak selaku tim pemasaran untuk diperkenalkan ke luar daerah. Karena itu banyak pembeli dari luar daerah yang memesan kain songket khas Desa Babussalam dalam jumlah banyak. “Kita juga berharap banyak melalui PKK dan dan DWP Kabupaten Lombok Barat bisa terjun langsung mengambil peran memajukan kain songket. Ini juga dalam upaya menarik wisatawan home industry.

Ketua PKK Desa Babussalam, Gerung, Yeni Pancawati tengah menyaksikan proses pembuatan sobgket tanun salah seorang Perajin di Desa babussalamMeski dalam jumlah produk yang masih terbatas, namun pengguna kain tenun Babussalam ini sudah banyak diperkenalkan oleh sejumlah pejabat baik yang ada di kabupaten Lombok Barat, kota Mataram bahkan di lingkungan pejabat birokrasi Pemerintah Provinsi NTB.

Salah seorang perajin setempat, Inaq Sariah mengaku nyaman menekuni tenunan ini. Kecuali hasil produknya bisa terjual ke beberapa kalangan, menenun juga dianggapnya sebagai hoby yang harus ditekuni seterusnya guna mengisi waktu luang, apalagi menenun ini dilakukannya sejak masih kanak-kanak. (wardi)

Penulis Jurnalis Warga dari Labuapi (Hernawardi)

 

Tujuh Provider Telepon Selular Telah Implementasikan NIK

JAKARTA – Kerjasama Direktorat Jendral (Ditjen) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan 7 provider seluler untuk memanfaatkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai instrumen registrasi kartu seluler mulai diimplementasikan.

Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arief Fakhrulloh mengatakan, masyarakat yang membeli kartu perdana dilakukan aktivasi dengan NIK sebagai alat registrasi. Pemanfaatan NIK dalam registrasi kartu perdana prabayar ini dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.

“Ini juga memberikan perlindungan kepada penduduk agar tidak ada lagi gangguan dari sms orang tidak dikenal yang mengancam atau sms penipuan karena secara bertahap pemilik nomor hp akan terdata seluruhnya dengan NIK tersebut,” kata Zudan, Selasa (2/8).

Dia menambahkan, upaya yang ditempuh Ditjen Dukcapil Kemendagri ini dilakukan dalam rangka pemanfaatan data kependudukann NIK dan kartu tanda penduduk elektronik (KTP el) untuk mencegah kriminal dan penegakan hukum sebagai amanat pasal 58 ayat (4) uu no 24 th 2013.

Sedangkan, bagi yang sudah punya kartu selular dan telah aktif, nanti ke depannya akan didata NIK mereka pada tahap kedua, termasuk pengguna kartu pasca bayar. Namun, untuk saat ini, kata Zudan diberlakukan terlebih dahulu untuk kartu perdana yang baru saja konsumen beli.

“Kemendagri sangat berterimakasih kepada 7 provider ini khususnya kepada indosat dan telkomsel yang secara konsisten menggunakan NIK sebagai registrasi prabayar,” ujar dia.

Adapun ketujuh provider yang sudah memanfaatkan NIK adalah, Indosat mengakses 108.160 NIK, Telkomsel (22.642 NIK), Telkomsel Indihome (1.864 NIK), XL Selular (193 NIK), Smartfren (179 NIK), Hutchinson 3 (126 NIK) dan Sampoerna Telcom (104 NIK). Totalnya 133.268 NIK.

Sumber: http://www.kemendagri.go.id/news/2016/08/02/tujuh-provider-telepon-selular-telah-implementasikan-nik

1 11 12 13 14 15 27