Uniknya Kreasi Cemilan KWT Karya Wanita

Mulai dari Keripik Bayam Sampai Stik Kangkung (1)

KANGKUNG: Tanaman kangkung yang dibudidayakan di pekarangan rumah mulai diolah menjadi produk cemiian berupa stik.
Meski baik bagi kesehatan, seba¬gian orang mungkin tidak doyan mengkonsumsi sayu mayur. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Wanita di Dusun Dasan Belo, Oesa Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar untuk berkrerasi. Mereka mengolah makanan kaya vitamin tersebut menjadi cemilan gurih yang Iezat.

GIRIMENANG
SIANG yang terik, Hartini masih saja sibuk beraktifitas. Ketua KWT Karya Wanita tersebut menyusuri pekarangan rumahnya yang tampak hijau oleh aneka tanaman. Mulai dari buah-buahan, apotik hidup, hingga sayur mayur. Perempuan berjilbab itu memang sudah dikenal akan kepiawaiannya menggarap halaman rumah menjadi lahan produktif untuk bercocok tanam.

Berkat keuletannya tersebut, Hartini pun sukses menghantarkan KWT Karya Wanita sukses memboyong juara pertama lomba Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) tahun ini. Kesuksesan tersebut, rupanya tak lantas membuat Hartini dan anggotanya puas diri. Mereka terus berkreasi untuk membuat sesuatu yang baru.

Sebagaimana yang terlihat siang itu, membawa sebuah baskom putih berukuran sedang, Hartini memasuki area tanaman kangkung yang berada di pojok halaman rumahnya. Perlahan, ia memotong memotong beberapa batang kangkung yang tumbuh subur dan tampak segar tersebut. Setelah dirasa cukup, hasil panen kangkung itu lantas dibawa ke dapur untuk diolah.

Di dapur, beberapa anggota KWT Karya Wanita lainnya sudah menunggu. Kangkung tersebut segera dibersihkan untuk selanjutnya dapat diolah. Berbeda dari biasanya, Hartini dan kawan-kawan tidak mengolah kangkung dengan direbus atau ditumis. Sayuran kaya vitamin tersebut mereka sulap menjadi cemiian khas berupa stik.

“Kangkung-kangkung ini untuk diolah menjadi stik. Jadi, bisa dimakan sebagai cemilan,” kata Hartini. Mulanya, kangkung diblender, kemudian dicampur dengan terigu dan telur. Setelah ditambahi bumbu khusus, adonan kangkung itu pun dimasukan ke dalam cetakan stik. Menurut Hartini, stik kang¬kung ini sangat potensial untuk dijadikan cemilan khas Lombok yang notabene me¬mang sudah dikenal akan hasil kangkung berkualitas baik.

Tidak hanya stik kangkung. Hartini dan anggota KWT Karya Wanita lainnya terus berkreasi membuat cemilan dengan jenis sayur mayur lainnya. Salah satunya adalah membuat peyek bayam. Menurut Hartini, proses pembuatan peyek bayam sebenamya tidak terlalu berbeda dengan peyek pada umumnya.

Ide awal mereka berkreasi membuat ce¬milan dari sayur karena dorongan untuk memproduksi cemiian khas yang sehat. Apalagi, banyak orang yang kesulitan mengkonsumsi sayur mayur, khususnya anak-anak. Padahal, sayur tentunya memiliki banyak manfaat positif bagi tubuh. Dengan diolah menjadi cemilan berupa stik dan peyek, menurut Hartini, bayam dan kangkung terasa lebih nikmat dan lebih digemari semua orang.

“Ini kan nilai gizinya tinggi. Jadi cocok buat cemilan keluarga. Apalagi, kita juga tidak kesulitan untuk bahan baku karena banyak tumbuh di pekarangan rumah,” pungkasnya. FURQAN (bersambung)
Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 30 September 2014

 

Menuju Desa Tematik

Kades Diminta Beri Masukan

GIRI MENANG-Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) masih dengan rencananya untuk mengklasifikasikan setiap desa atau membentuk desa tematik. Untuk segera merealisasikannya, Bupati Lobar H Zaini Arony pun mendorong seluruh kepala desa (kades) agar aktif memberi masukan terkait potensi ataupun keunggulan dari daerahnya.

“Kades sangat diharapkan masukannya untuk mewujudkan desa tematik. Terutama sebelum palu anggaran tahun 2015 belum diketuk,” kata Zaini saat menghadiri pencanangan Desa Bagik Polak sebagai Desa Bersih, Aman, dan Terang (Bahtera), Jumat lalu.

Pemkab Lobar sendiri memang sedang serius untuk menyusun format atau tipe setiap desa. Menurut Zaini, hal tersebut dapat memaksimalkan potensi dari setiap desa di Lobar yang notabene cukup beragam. Sehingga, setiap desa nantinya dapat memiliki ikon atau ciri tersendiri yang menjadi keunggulannya dibanding wilayah lain.

Diketahui, Lobar rencananya akan membentuk delapan desa tematik dengan klasifikasi tersendiri. Diantaranya, adalah desa mandiri pangan, mandiri energi, desa wisata dan budaya, desa industri kreatif, desa santri, hingga desa koperasi. Wilayah Senggigi, Batulayar, Pusuk Lestari, Suranadi, Narmada, Sesaot, Sedau, Kuranji, Lingsar, Karang Bayan, dan beberapa desa di wilayah Sekotong, dipastikan masuk dalam klasifikasi desa wisata.

“Kita berharap, dengan desa tematik ini, pem- bangunan dan pengembangan di masing-masing desa bisa lebih cepat dan tepat sasaran,” kata Zaini.

Orang nomor satu di Lobar tersebut menambahkan, masing-masing desa kedepannya harus lebih serius dalam mengembangkan potensinya. Terlebih, mengacu pada UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kata Zaini, kewenangan oleh setiap desa akan lebih besar, khususnya terkait alokasi anggaran yang rencananya bisa mencapai miliaran rupiah pertahun dengan tambahan dana dari APBN.

“Dana yang besar itu nantinya harus bisa dimanfaatkan untuk memajukan desa, mening katkan potensi yang dimiliki. Sehingga, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” pungkas Zaeni. (uki)
Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 30 September 2014.

Karbon Baterai Lithium Mobil Listrik dari Singkong Racun

singkong

Mayoritas masyarakat di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedesaan masih memanfaatkan arang untuk pembakaran. Bahkan di era sebelum ada program gas bersubsidi, selain minyak tanah, sebagian masyarakat masih menggunakan arang untuk kebutuhan memasak. Namun di balik hitamnya arang, bisa dipakai sebagai bahan karbon untuk baterai kendaraan berbasis energi listrik.

Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Kementerian Kehutanan telah melakukan riset dan pengembangan arang sebagai karbon sphere nano porous untuk baterai lithium sekunder yang digunakan pada mobil listrik.
Riset karbon tersebut sebetulnya sudah dilakukan cukup lama. Sejak Balitbang Kehutanan berdiri di era penjajahan Belanda dan tahun lalu telah berumur 100 tahun, fokus risetnya adalah arang energi yang proses pemanasannya dengan suhu 500 derajat Celcius. Riset arang energi ini kemudian dikembangkan menjadi karbon aktif dengan suhu untuk memanaskannya 800 derajat Celcius.

Era sekarang ini merupakan eranya nano karbon. Harga nano karbonpun cukup menjanjikan. Untuk 25 gram nano karbon harganya Rp. 5 juta. Sedangkan untuk nano mesocarbon untuk berat 5 gram Rp. 7 juta.
Riset yang dikembangkan Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) telah mengarah pada mesocarbon microbeads (MCMB), yakni salah satu bahan baku unggulan untuk meningkatkan kerapatan energi baterai lithium sekunder. Bentuknya sperikal (bulat), memiliki konduktivitas dan luas permukaan tinggi.

Prof. (Ris) Dr. Gustan Pari, MSi bersama timnya telah melakukan riset pembuatan karbon sphere ini dari pati singkong karet (racun). Gustan menjelaskan karbon sebagai elektroda pada baterai lithium secara komersial sangat menjanjikan. China dan Amerika Serikat merupakan penghasil baterai lithium yang cukup besar.
”Tapi material karbon yang digunakan pada perangkat penyimpan energi berasal dari grafit dan amorphous karbon. Selain memiliki stabilitas kimia yang baik, harganya juga relatif murah. Sayangnya bersumber pada minyak bumi,” kata Gustan didampingi peneliti lainnya, Saptadi Darmawan.

Gustan bersama timnya memilih pati singkong sebagai bahan pembuat karbon. Selain ramah lingkungan, bahan bakunya juga mudah didapatkan. Singkong yang dipakai adalah jenis singkong karet yang banyak racunnya dan tidak dikonsumsi manusia.
Kebetulan di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Trenggalek, Jawa Timur, terdapat lahan tumpang sari yang ditanami singkong karet sejak tahun 1950. Perkebunan singkong tersebut dikelola sebuah koperasi mocaf.
Pilihan jatuh pada tepung singkong racun atau singkong karet ini karena mampu menghasilkan sphere. “Untuk membuatnya tetap dihilangkan unsur racunnya,” imbuh Saptadi.

Bahan tapioka tersebut diolah menjadi karbon sphere melalui proses hidrotermal karbonisasi dengan suhu tinggi, untuk menciptakan pori-pori nano porous karbon. Syarat utama pembentukan karbon sphere ini harus berbentuk kelereng.
“Apabila terjadi tumbukan antar karbon yang berbentuk kelereng ini bisa menimbulkan energi tinggi. Kami telah berhasil membentuk karbon dengan ukuran seperti kelereng dan berpori-pori,” kata Gustan.

Adapun mesin hydrothermal carbonization (HTC) dengan sistem rotary (berputar) merupakan modifikasi mesin pembuat bubur kertas, hasil karya Balitbang Kehutanan. Mesin sengaja didesain bisa berputar, agar pengadukan bahan-bahan menjadi sempurna.

Mesin tersebut dipakai untuk proses konversi termokimia biomass menjadi produk padat yang dikenal dengan arang hidro (karbon sphere). Menariknya, mesin tersebut ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan gas pencemar.
Untuk memproduksi karbon sphere melalui proses hidrotermal, menggunakan bahan baku karbohidrat seperti xylosam fruktosa, selulosa murni dan pati. Bahan-bahan tersebut diproses di dalam mesin HTC selama 8 jam dengan suhu 250 derajat Celcius, kemudian dicampur dengan Kalium Hidroksida (KOH) dan dipanaskan dalam suhu 800 derajat Celcius selama satu jam. Dari situ maka terbentuk panas dan kimia yang menghasilkan karbon aktif sphere.

Saat ini riset untuk karbon sphere yang digunakan sebagai pengisi baterai lithium kendaraan berbasis listrik baru sampai pada tahap pemanasan dengan suhu 800 derajat Celcius. Bila ingin lebih lengkap dan sempurna untuk menghasilkan nano karbon, maka harus dipanaskan lagi dengan suhu 900 derajat Celcius selama satu jam.

“Setelah itu dilakukan proses sintering merupakan proses pemanasan di bawah titik leleh, dengan suhu 1300 derajat Celcius. Proses ini telah final menjadi nano karbon,” terang Saptadi.
Karbon sphere ini bisa digunakan di antaranya untuk ponsel, super kapasitor, dan baterai. Adapun analisa karbon sphere untuk luas permukaannya BET 986,2 meter persegi/g, volume pori 0,569 cc/g, dan diameter pori 2,3 nm. lnterlaksi ion lithium ke dalam material karbon merupakan faktor penting dalam meningkatkan kapasitas baterai.

Riset karbon sphere ini memiliki dampak positif baik sosial maupun ekonomi. “Aspek sosialnya akan menciptakan lapangan kerja khususnya untuk padat karya. Saat panen singkong akan membutuhkan tenaga kerja untuk memanen singkong, hingga memrosesnya sampai menjadi tepung atau pati,” kata Gustan.

Dari segi ekonomi, selain harga jual karbon cukup tinggi, akan muncul industri-industri karbon sphere ramah lingkungan yang mampu bersaing dalam skala nasional dan internasional.

Riset pembuatan karbon sphere ini telah dimulai 2013 dan pada Agustus 2014 akan dicoba diproduksi untuk skala pabrik. “Kami akan mencoba memproduksi di Trenggalek, bekerja sama dengan koperasi mocaf di sana. Riset ini merupakan bagian dari Konsorsium Riset Pengembangan Baterai Sekunder Lithium untuk Kendaraan Ramah Lingkungan (Mobil Listrik),” imbuh Saptadi.

Ada 11 lembaga baik kementerian, perguruan tinggi, badan litbang pemerintah dan industri tergabung dalam konsorsium tersebut. Satu di antaranya Balitbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Adapun tugas untuk Balitbang Kehutanan dalam konsorsium tersebut membuat karbon sphere dari pati singkong racun untuk baterai lithium Indonesia.***

Sumber:
Buku Sumber Inspirasi Indonesia “19 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa” dalam Rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-19 Tahun 2014

Spektra Sharing Program dengan TP PKK Lobar

GIRI MENANG-Rombongan Spektra (Studi dan Pengembangan Keberdayaan Masyarakat), lembaga pengabdian masyarat dari PT Unilever, Tbk berkunjung ke sekretariat TP PKK Lombok Barat (Lobar), kemarin. Rombongan diterim langsung Ketua TP PKK Lobar Hj Nanik Zaini Arony beserta jajarannya.

Dalam kegiatan tersebut, kedua belah pihak melakukan sharing program yang telah dan akan dilaksanakan. Pihak Spektra pun berkomitmen akan datang kembali membawa program dari PT Unilever yang sesuai dengan program pemerintah daerah setempat.

Dalam sambutannya, Hj Nanik menyampaikan apresiasi atas kepedulian yang telah ditunjukkan PT Unilever melalui Spektra dengan melatih 50 guru pembina UKS tingkat SD di Lobar. Termasuk dua orang siswa yang ditunjuk sebagai dokter cilik. (lebih…)

Pengusaha Lokal Harus Kaya Inovasi

GIRI MENANG-Di tengah persaingan yang semakin tinggi, pelaku usaha di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) pun diminta agar terus melakukan invoasi.Peningkatan mutu menjadi syarat mutlak agar produk-produk lokal tetap mendapat tempat di pasaran.

‘’Sekarang, persaingan antara produk UMKM semakin tinggi. Banyak pula berdatangan produk dari luar daerah,’kata Kepala Dinas Peindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lobar H. Poniman.

Adanya unsur baru dalam suatu produk, lanjut Poniman, akan menarik daya beli masyarakat. Terlebih, saat ini, semakin banyak produk sejenis dari luar daerah yang beredaran di pasaran. Misalnya saja produk kerajinan anyaman bambu maupun gerabah yang semakin banyak diproduksi oleh perajin dari luar daerah.

Untuk itu, ia menekankan setiap pelaku UMKM di Lobar agar senantiasa menggali ilmu dan memperkaya wawasan, terutama terkait inovasi dan peningkatan mutu produk. Menurutnya, Disperindag Lobar sendiri rutin menggagas pelatihan bagi para pelaku usaha lokal tersbeut agar memiliki ide yang lebih inovatif.

“Melalui beberapa pelatihan pelaku usaha lokal itu selalu kita libatkan.Pendampingan juga terus dilakukan, kata Poniman. Terlebih, lanjutnya, Lobar sendiri memiliki banyak sentra industri rumahan.Hampir di setiap kecamatan, industri rumah tangga cukup menggeliat dan patut dikembangkan. Khususnya,imbuh Poniman, yang sedang gencar dikembangkan saat ini adalah usaha makanan olahan.la menekankan,kebangkitan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) akan memicu geliat perekonomian suatu daerah.

“Bagaimanapun, keberadaan pelaku UMKM ini sangat penting untuk mendorong geliat ekonomi Lobar,’lanjutnya. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memperluas pasar.Pemerintah kata Poniman, rutin mengikutsertakan pelaku usaha ke berbagai pameran di luar daerah. Sehingga, produk-produk mereka lebih dikenal luas. Bahkan beberapa produk lokal di Lobar pun saat ini, mulai mendapat tempat di pasar modem.
“Kita sudah koordinasi dengan pasar modern yang ada. Mereka pun sanggup menampung produk lokal kita selama kualitasnya tetap terjamin.’pungkasnya. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 22 September 2014

Mereka yang Mengharumkan Lobar di Bidang Kehutanan (1)

SDN 1 Labuan Tereng Raih Penghargaan dari Kementerian Kehutanan

Setelah berhasil keluar sebagai juara I dalam lomba bidang kehuta¬nan 2014 tingkat provinsi beberapa waktu lalu, SDN 1 Labuan Tereng bebas melenggang ke tingkat nasional. Dalam kategori kecil menanam dewasa memanen (KMDM), sekolah ini berhasil mengungguli sejumlah sekolah lainnya di NTB.

GIRI MENANG
KENDATI gerakan menanam yang digalakkan sekolahnya semata-mata bukan diprioritaskan untuk mengejar penghargaan, Kepala SDN 1 Labuan Tereng Emi Rohanah, S.Pd tetap patut berbangga. Bagaimana tidak, usahanya menghijaukan lingkungan sekitar sekolah sejak 2009 silam diganjar penghargaan dari Kementrian Kehutanan RI pertengahan Agustus lalu.

Dalam sebuah kesempatan, Emi mengungkapkan apa yang telah diraih sekolahnya tak lepas dari peran semua pihak. Pertama Ketua TP PKK Lobar Hj Nanik Zaini Arony yang pada dua 2011 telah menyumbang sejumlah bibit pohon. Ada juga badan penyuluh (bape luh), dinas kehutanan, dinas pendidikan dan kebudayaan, badan lingkungan hidup (BLH) serta Bakorluh NTB yang memiliki andil dan mendorong terciptanya sekolah hijau.

Program kepedulian terhadap pelestar- ian lingkungan mulai dikenalkan Erni ke peserta didik di bangku kelas 3 hingga kelas 6. Mula-mula siswa diajarkan cara menanam yang benar. Setiap Sabtu mereka diminta para guru untuk membawa poly bag dua buah.
Untuk menyalurkan minat siswa menanam, sekolah menyediakan lahan di area belakang seluas 2 are. Lahan ini selain ditanami buah- buahan juga sayur mayur yang diyakini memiliki manfaat dari sisi kesehatan. Namun selama lima tahun digulirkan program penana- man secara massif, lahan yang dimiliki seko¬lah pun tak dapat menampungnya sehingga lahan kosong milik masyarakat sekitar yang memang belum digarap dimanfaatkan mereka untuk ditanami.

“Alhamdulillah apa yang kami upayakan se¬lama ini membuahkan prestasi membanggakan. Ini berkat kerja sama semua pihak,” ujamya.

Gerakan penghijauan yang dilakukan seko¬lah ini bukan asal tanam saja. Namun mereka juga memikirkan keberlangsungan usia tum- buhan tersebut. Karena itu, sekolah memiliki seorang pendamping penyuluh pertanian. Salah satu guru di sekolah ini juga merupakan kader konservasi tingkat nasional.

“Jadi bukan asal tanam saja. Para siswa juga diajarkan cara bercocok tanam yang benar sehingga rata-rata pohon yang ditanam tidak mati,” tandas Erni.

Prestasi yang telah diukir sekolah tidak lantas membuat mereka berbesar hati dan berhenti melakukan penghijauan di lingkungan sekitar. Justru ini menjadi amunisi bagi keluarga besar SDN 1 Labuan Tereng berbuat lebih banyak lagi untuk lingkungan. (bersambung) BAIQ FARIDA

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 22 September 2014

Relokasi Warga Duduk Temui Jalan Buntu

_DSC0280Kasus Pengungsian Warga Duduk

GIRI MENANG-Warga Duduk, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar sepertinya akan lebih lama lagi tinggal di pengungsian. Pasalnya, upaya Pemkab Lombok Barat (Lobar) untuk merelokasi pengungsi dari Duduk, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar masih menemui jalan buntu.

Jumat (19/9) lalu, pemkab menggelar rapat dengan muspida, kecamatan, desa dan pihak banjar untuk menyelesaikan persoalan pengungsi Duduk. Dalam pertemuan itu dikabarkan jika pihak banjar selaku pemenang dalam sengketa lahan seluas 32 hektare yang sebelumnya ditinggali warga Duduk masih enggan memberikan lahan mereka bagi para pengungsi. Sementara warga Duduk tetap bersikeras ingin tinggal di lahan yang sempat disengketakan itu. (lebih…)

Eksotisme Gili Tanada (2-Habis)

Mulai Dilirik Wisman, Sarpres Terbatas

Pesona Gili Tanada kini mulai dilirik oleh wisatawan, terutama mancanegara. Tingkat kunjungan ke obyek wisata yang kerap dijuluki pulau-pulau perawan tersebut semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sayangnya, di masing-masing gili sendiri belum banyak tersedia sarana prasarana memadai untuk memudahkan wisatawan dalam menikmati iiburannya.

BEBERAPA tahun silam, ketiga gili Tangkong, Nanggu, dan Sudak ibaratnya pulau yang tak berpenghuni. Keindahannya tersembunyi di tengah keterbatasan akses bagi wisatawan untuk menjangkau obyek wisata di wilayah Sekotong tersebut. Namun, geliat usaha wisata di Gili Tanda kian terlihat dalam kurun waktu terakhir.

Kunjungan wisatawan mulai meningkat, baik domestik, lebih- lebih turis asing. Pada tahun 2013 lalu saja, tercatat kunjungan wisatawan mancanegara ke tiga gili tersebut menembus angka 2000 lebih. Itu pun belum termasuk kunjungan dari domestik. Terutama menjelang akhir bulan saat ini, turis asal Italia biasanya yang paling ramai berkunjung.

“Wisatawan semakin banyak yang datang liburan ke sini. Terutama bulan-bulan ini, dari Italy paling banyak,” kata Abdurrahman, penggiat wisata setempat.

Semakin banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan paket berlibur ke Gili Tanada. Eksotisme ketiga gili perawan itu pun rupanya menarik minat para wisman yangh tengah berlibur di Bali maupun di Senggigi untuk singgah. Biasanya, mereka melakukan perjalanan langsung menggunakan fast boat atau kapal cepat.

“Biasanya wisman charter fast boat dari Bali atau Senggigi langsung ke sini. Jarang yang lewat perjalanan darat dulu,” kata Abdurrahman.

Sementara, melalui jalur darat, penyebrangan ke Gili Tanada sendiri bisa dilakukan melalui Tawun, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong. Di sana dapat ditemui sejumlah boat¬man (penyedia jasa penyeberangan) menuju masing-masing gili. Untuk charter boat ke setiap gili, biayanya hanya Rp 230 ribu. Namun, untuk mengelilingi ketiga gili tersebut dalam satu waktu, biaya charter boat sebesar Rp 400 ribu. Satu boat sendiri bisa diisi sekitar delapan orang.

Sayangnya, diakui Abdurrahman, obyek wisata Gili Tanada sendiri, sampai sekarang, masih minim sarana prasarana. Pantauan koran ini, di lokasi pembelian tiket penyebrangan pun tak tersedia loket khusus yang representatif. Begitu pun juga dengan ketersediaan fasilitas umum seperti MCK yang tak banyak tersedia di masing-masing gili.

“Fasilitas masih banyak yang perlu disediakan di sini. Loket tiket, MCK umum, ruang tunggu atau shelter bagi wisatawan, hingga perbaikan akses jalan harus dilakukan,” katanya.

Dengan pembenahan sejumlah fasilitas tadi, ia pun optimis bahwa tingkat kunjungan ke tiga gili Tanada akan semakin pesat. Terutama, dapat memancing investor untuk masuk dan membantu mengembangkan usaha wisata setempat. Secara tidak langsung, perkembangan wisata Gili Tanada juga bakal menjadi harapan baru bagi masyarakat sekitar untuk mencari tambahan rezeki sehingga dapat menopang kesejahteraan mereka.

“Kalau lebih serius ditata, Gili Tanada ini kedepannya tak kalah dengan ketiga gili di Lombok Utara. Apalagi, akses Bandara Internasional Lombok (BIL) juga sudah lebih dekat dengan lokasi ini,” pungkas laki-laki yang kerap mengenakan topi tersebut. (*)
Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 17 September 2014

BPN Dalami Kepemilikan Lahan

Sengketa Lahan Eks Kantor Karantina Hewan

GIRI MENANG-Sengketa kepemilikan lahan eks kantor Karantina Hewan di Lembar antara Pemkab Lombok Barat (Lobar) dengan pengusaha CCM (inisial, Red) mendapat perhatian serius Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat. Saat ini, BPN tengah mendalami soal kepemilikan atas lahan seluas 7.085 meter persegi itu.

Kepala BPN Lobar Lukman Husain mengatakan, jika memang ternyata sertifikat kepemilikan lahan oleh CCM itu terbit setelah ada sertifikat milik pemkab maka sertifikat yang kedua perlu diklarifikasi. ‘’Ini adalah salah satu masalah yang tengah kami tangani. Semoga ini kami bisa selesaikan, sehingga masyarakat tidak dirugikan dan pemerintah bisa mempertahankan asetnya,” kata Lukman bijak di hadapan wartawan, kemarin.

Diwartakan sebelumnya, anggota tim penertiban aset Lobar Hasbi menyebut tanah pemda di loksi eks Kantor Karantina Hewan di Lembar telah dikuasai masyarakat. Di tanah itu kini telah berdiri gudang kayu yang dimiliki pengusaha CCM yang dibeli dari seorang oknum PNS pemprov LW (inisial, Red) yang mengaku tanah tersebut merupakan tanah warisan orang tuanya.

Tanah ini telah dipindahtangankan kepemilikannya dari LW ke CCM pada tahun 2007 dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 539. Sementara di kubu pemkab, tanah tersebut diklaim sebagai aset daerah dengan bukti Buku Tanah Hak Pakai No 34 yang diterbitkan tahun 1995 oleh badan pertanahan nasional (BPN) setempat.

Perihal keinginan tim aset yang akan mengajukan pembatalan sertifikat hak milik (SHM) CCM atas tanah itu, menurut Lukman, bisa ditempuh melalui dua jalur. Yakni melalui persidangan ataupun mediasi di luar sidang.

Jika kasus sengketa tanah sampai di persidangan, maka pembatalan baru bisa dilakukan setelah menunggu putusan pengadilan yang inkrah (berkekuatan hukum tetap). Sementara jika melalui mekanisme luar sidang maka bisa diselesaikan secara musyawarah dengan pernyataan bersama antara pihak yang bersengketa.

‘ ‘Tapi kan kenyataannya orang tahu jika lahan itu digunakan untuk kantor karantina. Dan ternyata yang memiliki karantina adalah pemda. Inilah kelemahan-kelemahan yang mungkin dilakukan pihak- pihak tertentu,” terangnya.

Lukman pun berharap saat sengketa tanah terjadi seperti ini, BPN tidak lagi menjadi kambing hitam. Karena kemungkinan kesalahan dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa. (ida)
Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 17 September 2014

Lobar Optimis Juara

Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Nasional

Poto CGIRI MENANG-Meski lomba baru akan dilaksanakan November mendatang, persiapan untuk tampil mewakili NTB terus dilakukan TP PKK Lombok Barat (Lobar). Melihat hal itu, Ketua TP PKK Lobar Hj. Nanik Zaini Arony menyatakan optimis jajarannya akan mampu tampil sebagai juara dalam lomba cipta menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) tingkat Nasional yang digelar di Makassar. (lebih…)

1 22 23 24 25 26 27