Parlemen India Kunjungi Lobar

  021_2387 Giri Menang, 12 Oktober 2016 – Kabupaten Lombok Barat (Lobar), sepertinya tak pernah habis dikunjungi tamu-tamu penting. Mereka datang dari dalam dan luar negeri. Tujuannyapun beragam. Ada yang ingin berinvestasi, studi banding atau sekedar jalan-jalan mengunjungi destinasi wisata.

Selasa (11/10) kemarin, rombongan parlemen India juga berkunjung ke daerah yang memiliki moto; Patut Patuh Patju ini. Delegasi ini berjumlah 13 orang yang didampingi oleh Kementerian Kesehatan RI, BKKBN Pusat, BKKBN NTB, Dikes NTB, dan Yayasan Cipta Cara Padu (YCCP)-Jakarta. Tim delegasi tiba di kantor Bupati Lobar tepat pukul 16.00 WITA. Mereka diterima langsung oleh Bupati Lobar melalui Sekda, H.Moh.Taufiq, Kadikes Lobar, Kepala Bappeda Lobar, Kadikes NTB, Kepala BP3AKB NTB, BKKBN NTB serta sejumlah tim KB kecamatan dan desa. Kegiatan penyambutan berlangsung di Ruang Jayengrana Kantor Bupati Lobar.

Pimpinan delegasi sekaligus Member Parlemen of India, DR.Sanjay Jaiswal melalui penerjemahnya menyatakan terima kasih, karena telah mempersiapkan kedatangan tamu delegasi. Pihaknya merasa terhormat bisa datang ke Lombok Barat ini. Tim delegasi ini terdiri dari parlemen dan kementerian kesehatan India. Mereka datang ke Lombok Barat ini untuk belajar dan mengaplikasikan masalah Keluarga Berencana (KB), kemudian memperesentasikan hasil kunjungan ini di negaranya.

Sesungguhnya, tim ingin memperoleh masukan dan laporan beberapa hasil dari revitalisasi program KB yang melibatkan pemerintah kecamatan sampai desa. Pemerintah provinsi NTB dan Lobar, secara rinci bergantian memberikan pandangan terkait program KB ini. Pihak Dikes NTB sendiri memberikan laporan revitalisasi program KB selama 3 tahun terakhir. Demikian pula laporan dari Dikes Lobar, disampaikan dengan bahasa Inggris yang cukup fasih.

Tim delegasi sendiri mengakui, walaupun di India sendiri, program KB ini merupakan program yang terus dilaksanakan. Namun hasil yang dicapai belum maksimal. Untuk itu, tim ini ingin belajar terutama kaitannya dengan tokoh agama dalam menerapkan program KB ini. “Kami berterima kasih karena sambutan yang meriah dan di tempat yang indah ini,” papar Sanjay melalui penerjemahnya usai menerima cinderamata dari Pemkab Lobar. (LPA-Ardi/Humas)

021_2383 021_2387 021_2376 021_2361

Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu di Kantor Desa Senteluk

NIKAH2Giri Menang, 11 Oktober 2016 – Siang tadi, Bupati H. Fauzan Khalid didampingi Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), H. Muridun serta Camat Batulayar, Suparlan menghadiri acara Itsbat nikah terpadu di Kantor Desa Senteluk, Kecamatan Batulayar, Selasa (11/10/2016). Dilaporkan oleh camat bahwa ada 50 pasangan yang terdaftar mengikuti itsbat nikah di Kecamatan Batulayar. Namun dua diantaranya berhalangan hadir.

Di Lombok Barat sendiri secara keseluruhan ada 500 pasang yang mengikuti Itsbat nikah sejak Maret lalu. “Dari kuota 500 pasutri yang ada di Lombok Barat sudah ada 492 orang yang diitsbatkan oleh Pemda. Sisanya ada yang meninggal dan cerai,” ungkap Kadis Dukcapil. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat tertib dokumen kependudukan mulai dari surat nikah kemudian kartu keluarga dan lainnya. Diharapkan tahun depan masyarakat Lobar lainnya sudah memiliki dokumen kependudukan.

Dalam arahannya Bupati menghimbau agar masyarakat bisa menyadari pentingnya memiliki dokumen kependudukan. “Seperti surat nikah, menjadi wajib hukumnya memiliki surat nikah karena akan mempengaruhi pelaksanaan ibadah-ibadah lain seperti haji dan lainnya,” jelasnya. Tahun 2017 rencananya Pemda akan menyiapkan 1000 pasutri untuk mengikuti Program Itsbat Nikah gratis. Namun bupati menghimbau bagi masyarakat yang mampu untuk tidak menunggu program itsbat nikah gratis dari Pemda, tapi berinisiatif mandiri melakukannya.
Dalam kesempatan itu Bupati juga menyerahkan secara simbolis buku nikah, kartu keluarga dan akta kelahiran kepada masyarakat. (romi/rian/humas)

NIKAH4 NIKAH2 NIKAH1 NIKAH

Samsat Drive Thru Gunungsari Beroperasi

F-SAMSATGIRI MENANG – Upaya Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi NTB, mempermudah layanan pembayaran pajak kendaraan bagi masyarakat kembali dibuktikan. Dispenda NTB meresmikan pelayanan Samsat Drive Thru di Gunungsari, Sabtu (8/10).

Kepala Dispenda NTB Ir Iswandi mengatakan, Drive Thru di Gunungsari ini merupakan yang ke 14 di NTB, dan yang ketiga di Kabupaten Lobar. Penambahan Samsat Drive Thru akan terus dilakukan sesuai kebutuhan.

”Target pendapatan daerah setiap tahun terus meningkat. Kita terus mendekatkan pelayanan kepada wajib pajak (WP) dengan memberi kenyamanan dan kemudahan,” jelasnya.

Beroperasinya Samsat Drive Thru Gunungsari ini diharapkan mempermudah masyarakat dalam bayar pajak kendaraan. Nantinya, setiap WP akan dilayani dengan cukup membawa KTP asli, dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) asli.

”Masyarakat sekitar Gunungsari sekarang tidak perlu bayar pajak ke Gerung,” kata Iswandi.

Kabupaten Lobar merupakan salah satu kabupaten penyumbang pajak kendaraan tertinggi di NTB. Untuk tahun 2016, Lobar ditargetkan meraup Rp 29, 6 miliar. Tercatat, hingga September 2016 realisasinya baru mencapai 21,7 miliar atau sekitar 73,5 persen.

Samsat yang berlokasi di Gerung telah melayani pembayaran pajak kendaraan bermotor sebanyak 9.266 unit selama bulan Agustus 2016. Dengan penerimaan PKB mencapai Rp 2 Miliar lebih.

Karena itu, kehadiran Drive Thru di Kecamatan Gunungsari ini diharapkan mampu mempercepat pemenuhan target dalam sisa waktu tiga bulan ke depan.

”Semoga target tahun ini bisa terealisasi,” harapnya.

Dalam hal pajak, Dispenda NTB memang terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain dengan membuka Drive Thru di beberapa titik strategis,  peningkatan pelayanan juga jadi prioritas.

Karena itu, selain mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal, mereka juga meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dari kepolisian dan Jasa Raharja. Pelayanan prima dan zero keluhan menjadi tujuan utama.

”Kami akan bekerja lebih keras lagi, terus mencari terobosan,” tandas Iswandi.

Sejak 2009 lalu, Dispenda NTB juga telah merintis penerapan pembayaran samsat online. Online hanya untuk wilayah pajak Provinsi NTB. Plat nomor DR dan EA dapat dibayar di semua kantor samsat, samsat mobil,  dan samsat drive thru se NTB. (zen/r3)

Sumber:http://www.lombokpost.net/2016/10/10/samsat-drive-thru-gunungsari-beroperasi/

18 Desa di Lobar Bakal Gelar Pilkades Serentak

DESA1Giri Menang, 10 Oktober 2016 – Sesuai Permendagri N0.112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), daerah diminta untuk betul-betul mengkaji ketentuan dan aturan dalam peraturan ini. Ada bab yang menuntun daerah agar menggelar pemilihan secara serentak.
Di Kabupaten Lombok Barat (Lobar), rencananya akan menggelar pilkades secara serentak. Kegiatan pilkades ini akan digelar 7 Desember 2016 di 18 desa, dan 9 kecamatan kecuali Kuripan. Dalam rangkaian persiapan pilkades, Senin (10/10/2016) digelar acara sosialisasi dan bimbingan tehnis (bimtek) pilkades serentak bagi PPS dan KPPS se Lobar. Kegiatannya berlangsung di Aula Utama kantor Bupati. Selain bupati, hadir pula Ketua KPU, Kepala BPMPD, serta sejumlah SKPD terkait.
Kepala BPMPD Lobar, H.Lalu Surapati melaporkan, sosialisasi dan bimtek ini diikuti oleh instansi terkait, 9 camat kecuali camat Kuripan, Kapolsek, Danramil, kades yang terkait pilkades, Ketua BPD, Ketua Panitia desa, sekretaris panitia desa dan ketua KPPS.
Menurut Surapati, kegiatan ini merupakan rangkaian dari tahapan kegiatan pilkades serentak di Lobar. Tahapan-tahapan ini juga merupakan tahapan penjaringan bakal calon (balon) kades di 18 desa. Kata dia, dalam bimtek ini akan disampaikan beberapa materi dari kapolres Lobar dan ketua KPU Lobar terkait dengan piulkades di Lobar. “Intinya dalam rangka pilkades serentak kami sudah melakukan beberapa pertemuan di kantor BPMPD,” jelas mantan Camat Sekotong ini.
Di tempat yang sama Bupati Lobar, H.Fauzan Khalid menyatakan, sosialisasi dan bimtek ini bisa sebagai tambahan pengetahuan, semangat dan soliditas bagi peserta. Pilkades kata Bupati, bisa dikatakan sarana demokrasi asli Indonesia. Berbeda dengan pilbub atau pilgub, diakui ada unsur tidak aslinya. “Yang asli khas demokrasi adalah di tingkat desa,” katanya.
Dia berharap demokrasi asli di tingkat desa ini harus dijaga, dikawal dan benar-benar dijalankan sesuai peraturan, tata cara serta sesuai pula dengan kondisi lokal di masing-masing desa. Selama ini, Bupati melihat, kegiatan pilkades di sejumlah tempat, sering menimbulkan konflik. Namun dia berharap, kegiatan yang sama di kabupaten Lobar semoga tidak ada konflik. Konflik ini bisa saja terjadi, karena balon kades banyak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Untuk menjaga kondusifitas pilkades ini, ada beberapa saran yang dikemukakan Bupati. Saran pertama adalah, semua unsur penyelenggara menjaga kebersamaan dan soliditas internal. Bisa dibayangkan jika penyelenggara saling berbeda pendapat. “Panitia dan pelaksana tidak boleh berbeda pendapat,” harapnya.
Saran lainnya, supaya mentaati semua peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan pilkades. “Jangan menafsirkan sesuatu yang tidak bisa ditafsirkan,”pinta mantan Ketua KPU NTB ini. Saran lain yang dikemukakan, dalam setiap permasalahan dan ingin menyelesaikan permasalahan, tetapi jika ada suatu kepentingan dalam permasalahan itu, maka menurut Bupati sulit rasanya untuk bisa menyelesaikan masalah itu. (LPA-HUMAS).

DESA3 DESA2 DESA

Ihsan, Petani Berprestasi Asal Sekotong Sulap Lahan Kering dan Tadah Hujan Menjadi Produktif

foto ihsan petani berprestasi tingkat nasional asal      Sekotong

Wilayah Sekotong dikenal dengan daerah yang kering, banyak lahan tadah hujan di daerah itu yang sulit digarap. Petani setempat pun kerap kali dilanda masalah, disebabkan air minim apalagi dimusim kekeringan. Namun ditengah keterbatasan itu, petani setempat tak kehabisan upaya. Dimotori oleh Ihsan (35) petani asal Dusun Berambang Desa Sekotong Tengah, para petani setempat pun mampu menggarap lahan yang tadinya kering menjadi lahan produktif.

Berangkat dari persoalan yang dialami petani setempat, Ihsan mencoba mengembangkan teknologi sederhana. Berkali-kali gagal, namun ia mencoba terus menerus sehingga mampu menghasilkan produksi 9 ton per hektar itupun dilahan non irigasi (lahan kering). “Sejak 2013 lalu kami bersama-sama petani disini mencari solusi bagaimana menggarap lahan tidur (lahan kering) menjadi lahan produktif,”katanya ditemui Selasa (27/9).

Ia mengaku, awal mula mengembangkan pertanian di wilayah setempat tahun 2013 lalu. Saat itu minim infrastruktur penunjang seperti irigasi dan bantuan benih. Ia pun mencoba mengembangkan benih dengan pola demplot padi melalui program SLPTT. Lalu bibit hasil demplot itu ditanam disawah, hasil panennya kurang memuaskan karena hanya 4 ton dalam satu hektar. Ia bersama petani lain pun mencoba mencari apa masalahnya sehingga produktivitas rendah. Ia mencari apa yang kurang lalu digali dan dicarikan solusinya. Saat itu, barulah diketahui bahwa petani belum menerapkan pemupukan berimbang. Ia pun berupaya berbagi informasi dengan petani lain, terkait langkah apa saja yang dilakukan untuk menanam padi. Ia turun ke petani untuk memberi tahukan terkait bagaimana cara menanam yang menghasilkan padi yang tingi.

Atas pembinaan itupun, musim tanam tahun berikutnya ia memperbaiki dengan menerapkan pemukukan berimbang. Sehingga diperoleh hasil yang terus meningkat, hingga saat ini diperoleh produktivitas menembus 9 ton per hektar cuaca yang bagus. Ditengah upayanya menggarap lahan kering tersebut, pihaknya memanfaatkan teknologi yang ada. Bahkan, untuk memuhi kebutuhan air irigasi pertnaian ia dengan petani lain slaing pinjam mesin pompa air. Ia juga membuat alat sederhana untuk bercocok tanam, alat ini dibuat hasil belajar dengan belajar di petani daerah lain. Ditengah kemarau panjang, ia pun menuai kendala sulitnya air. Ia pun secara sawadaaya membuat sumur, sebelum dibantu Dinas Pertanian. Sumur ini sedikit membantu petani untuk mengairi sawahnya.Selain memafatkan air sumur, patani juga menyedor air sungai dan embung yang masih tersisa. Ketika sulit aair, petani setempat terpaksa harus menginap di lo di areal pertanian.

Saat ini jelasnya petani setempat sudah teknologi pemupukan berimbang, jajar logowo, handtraktor, tanpa olaha tanah dan pengolahan pasca panen.”Kami juga sudah membuat alat panen sederhana buatan kami,”ujarnya. Teknologi lain yang dikembangkan, saat ini jajar legowo, sistem ini mampu menghemat benih dan biaya. Ia bersama petani setempat tidak mau tergiur menjual padinya dengan harga murah, atas bantuan pemerintah dibangunkan gudang penampungan gabah. Gabah tersebut sebelum dijual diolah dan dikeringkan, ketika harga lumayan mahal,. Selain itu, petani juga diarahkan untuk mengolah gabahnya menjadi beras barulah setelah iti dijual dalam bantu beras. “Nanti ibu rumah yang jual beras itu,”ujarnya.

Selain mengembangkan padi, ia juga mengembangkan sejumlah komditi lain seeprti sayuran dan cabe. Tanaman ini dikembangkan secara swadaya dengan menerapkan teknologi sederhana. Ia menggarap lahan seluas 7 hektar, dari luas tersebut 3 hektar milik pribadi sedangkan sisanya milik pengusaha yang nganggur. Karena lahan menganggur maka ia pun menawarkan kepada pemiliknya agar digarap. Ia membagi lahan itu untuk menanam padi, jagung dan hortikulura. Ia mengaku perjuangannya mengembangkan lahan pertanian di wilayah setempat teryata dinilai oleh tim pusat. Ia pun berhasil mewakili NTB menjadi petani berpestasi tingkat nasional. Beberapa paramter yang dinilai, analisa di lapangan, mislanya untung rugi menggunakan pola penanaman yang dikembangkan.

Ia mengaku meskipun menjadi petani berprestasi, ia mengaku perhatian terhadap petani setempat masih belum memadai. Sebab kendala yang dialami petani masih terkait air dan akses permodalan. Terkait kebutuhan air, Meskipun sudah dubangun embung Ribu kuning di daerah itu namun kapasitas tampungannya terbatas. Embung itu hanya mengair 250 hektar saja dari ribuan hektar lahan yang ada. Menyangkut modal katanya, banyak petani terpaksa mengijonkan padinya karena sulit akses modal. Petani menjual murah padinya, karena tidak ada modal untuk membeli kebutuhan pertanian. Ia mengaku hampir semua petani di wilayahnya ngijonkan padi untuk membeli kebutuhan pertanian. ‎

Pengirim Jurnalis Warga  : Zubaidi- Sekotong

Malean Sampi Tradisi Khas Petani Lombok Barat

Malean Sampi

Khasanah budaya di Lombok tak akan pernah habisnya. Potensi budaya banyak yang belum tergarap dan mengemuka. Meski selama ini ada sejumlah pentasan budaya yang mencuat, itu hanya baru separuhnya saja. Masih banyak sisi lain dari khasanah kearififan budaya lokal yang masih terpendam bak mutiara yang siap memendarkan cahayanya. Salah satunya  yakni budaya Malean Sampi.

Budaya Malean Sampi ini di Lombok biasanya digelar pada areal persawahan yang ada di Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada.

Dalam terminology bahasa Sasak-Lombok Malean Sampi artinya mengejar sapi. Beda dengan karapan sapi di Madura yang bertujuan untuk lomba. Namun di Lombok Malean Sampi merupakan wujud rasa syukur para petani yang sudah selesai melaksanakan panen dan menyambut musim tanam berikutnya. Ditengah kegembiraan petani dengan hasil produksi pertanian itulah, petani memilih jeda untuk menggelar Malean Sampi yang dilaksanakan di area persawahan berlumpur.

Menurut Sahnan, SH buadayawan Lombok yang juga warga Lingsar menjelaskan, Malean sampi di Lombok juga menjadi salah satu even tradisional budaya turun-temurun yang dilestarikan hingga sekarang. Kecuali itu gelaran Malean Sapi diselenggarakan untuk menyambut kegiatan musim tanam berikutnya dan sebagai wadah bagi petani peternak untuk rekreasi, menghibur diri dan menjalin hubungan silaturrahmi sesama petani peternak agar lebih kuat.

Dalam kontes Malean Sampi ini, para peserta selain berasal dari petani/peternak, juga berasal dari para saudagar sapi se-Pulau Lombok. Sapi yang akan dilombakan terlebih dahulu dikemas atau dihias dan dipercantik dengan sebaik-baiknya agar menarik perhatian penonton. Hiasan tersebut bisa berupa bendera, stiker atau umbul-umbul kecil dan piranti pelengkap lainnya indah dan elok dipandang mata.

Sapi yang dikonteskan dalam ajang Malean Sampi biasanya dipilih atau diambilkan dari yang pejantan yang tanduknya sudah kelihatan keras dan sudah dibante (disuntik). Sistem bante dilakukan guna memudahkan para pemilik sapi dalam mengajarkan cara bertanding yang semestinya. Sapi yang dikonteskan tersebut disandingkan jadi satu pasar dan ditunggangi oleh joki yang tangguh dan berpengalaman.

Secara perlahan satu demi satu pasangan sapi ini dikonteskan dengan berlari melewati jalur lurus yang sudah disiapkan dilahan berlumpur. Namun dalam Malean Sampi ini tidak dikenal  istilah menang dan kalah. Namun sapi yang larinya bagus, tak berbelok, maka praktis sapi dimaksud akan menjadi incaran para saudagar sapi untuk dibeli dengan harga tinggi. Para saudagar berani membeli sepasang sapi tersebut seharga Rp. 30-35 juta.

H. Rawitah. budayawan Lombok lainnya mengungkapkan, jika Malean Sampi ini merupakan tradisi turun-temurun dari para leluhur mereka. Namun keberadaannya perlu lebih dimaksimalkan oleh pemerintah. Padahal Malean Sampi ini dikenal budaya unik di Lombok.

Event Malean Sampi diawali dengan parade atau defile pasangan sapi mengelilingi arena lomba. Kecuali itu sebelum dimulai, para wisatawan dan tamu undangan disuguhi permainan menarik khas Lombok yakni Peresean. Usai prosesi ini, para tamu undangan tidak terkecuali para wisatawan turut larut dalam acara makan bersama secara ala Sasak yakni Begibung. Deretan dulang (baki tinggi) diletakkan pantia untuk para wisatawan dan tamu undangan.
Mereka makan bersama-sama ala Sasak sebagai perwujudan krsamaan dan kekompakan masyarakat dengan lauq-pauq tradisional yang cukup sederhana.

Jurnalis Warga: H. Wardi, S, warga Labuapi Lombok Barat

Begasingan, Tradisi Menunggu Beduq Magrib Berbunyi

begasingan

Banyak aktivitas masyarakat di Pulau Lombok yang tak perlu dilewatkan begitu saja untuk diapresiasi. Terlebih di bulan suci Ramadhan ini beragam kegiatan dimanfaatkan, sembari menungggu beduq magrib pertanda buka puasa sudah mulai tiba.

Warga Jerneng, Bagik Polak Barat, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat rupanya cukup menghargai waktu dengan mengisinya dengan permainan gasingan, permainan tradisonal suku Sasak yang sudah cukup dikenal dan melegenda ini. Permainan ini tidak hanya muncul saat memeriahkan haribesar nasional semacam peringatan HUT kemerdekaan RI. Ataukah saat Pemilu yang digelar salah satu parpol atau konstentan Pilkada. Namun aktivitas ini muncul juga di bulan Ramadhan menjelang tibanya waktu berbuka.  “Kegiatan ini bagus dan positif, disamping sebagai hiburan juga upaya pelestarian budaya,” kata tokoh warga setempat, Gupron.

Ketika melintas di kawasan Jerneng, permainan gasing ini rupanya banyak digandrungi remaja maupun orang dewasa. Suasana arena tempat bermain gasing memang terlihat ramai. Dari jalan raya arah Gerung ataupun Cakranegara terlihat kerumunan orang sedang asik bermain gasing di salah satu lapangan kecil.

Amaq Huriah, salah seorang warga setempat juga menjelaskan, bermain gasing merupakan tradisi. “Bukan hanya di bulan puasa saja, tapi khusus puasa kami main setiap sore sambilan nganteh (menu nggu waktu buka,” ujar pria yang buka warung nasi di seputaran pasar labuapi ini.

Dijelaskannya,  dalam permainan tersebut ada kesempatan memukul gasing lawan yang dalam bahasa Sasak disebut “memantok”. “Tergantung siapa yang pintar mukulnya,” katanya.

Amaq Huriah mengaku saling bergantian mendatangi kandang lawan. “Sekarang ini kami yang dari Telaga Waru Barat dating ke Jerneng. Berikutnya giliran waktu kita saling undang,” jelas pria rtamah ini.

Biasa pembuatan gasing yang berukuran cukup besar sekitar RP 150-200 ribu. Meski berat, para pemain mengaku sudah terbiasa karena melakukannya sejak kecil. Amaq Huriah juga mengaku,  kalau tidak ditonton, para pemain gasing terlihat kurang bersemangat. “Bermain gasing sambil ngabuburit ini adalah upaya kami mempertahankan tradisi,” terangnya.

Jurnalis Warga: H. Wardi, S. Warga Labuapi.

Program Pemanfaatan Biogas Dari Distamben Lobar dan HIVOS

pertaGiri Menang, 28 September 2016 – Dengan menguatnya isyu krisis energi dan dalam rangka pengentasan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, melalui Dinas Pertambangan dan Energi sedang getol mengkampanyekan pemanfaatan energi terbarukan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Dengan basis pada rumah tangga, program tersebut menyasar pada jenis energi alternatif yang ada di lingkungan masyarakat. Program Pemanfaatan Biogas menjadi salah satu terobosan di SKPD yang dipimpin oleh Bapak Budi Dharmajaya bekerja sama dengan HIVOS (lembaga dari Belanda bidang lingkungan ) melakukan sosialisasi dan Bintek pemanfaatan Biogas di Dusun Bantir Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Rabu (28/9/2016).

Program Pemanfaatan Biogas ini dilaksanakan berdasarkan MoU antara Pemda Lobar dengan HIVOS Pada tanggal 17 April 2016 lalu. Dalam kegiatan tersebut masyarakat diajarkan bagaimana memanfaatkan Biogas Kotoran ternak terutama sapi menjadi bahan bakar untuk memasak, sumber energi listrik dan pupuk organik buat tanaman. Untuk diketahui bahwa saat ini Distamben memiliki 99 unit program biogas.Hal ini juga terkait dengan Penempatan Desa Mandiri Energi yang tersebar di tiga wilayah yakni Pembangkit Tenaga Surya di Sekotong Tengah, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro di Sedau dan Biogas di Bantir yang saat ini menjadi lokasi pelatihan dan bintek. (budi/humas)

Bupati Tandatangani MoU Smart City dengan Walikota Bandung

bandung1Giri Menang, 28 September 2016 – Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat memang layak menjadi mentor bagi Kabupaten/Kota lain se-Indonesia. Dengan kinerja dan akuntabilitas pemerintahan yang mengalami lompatan mencengangkan, dari nilai point 55/cc di LPPD dan LKPJ di tahun 2012 menjadi nilai point 80, membuat Pemerintah Kota Bandung di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil merengsek ke ranking 1 secara nasional. Setelah melalui penggalian isyu dan informasi, ternyata keberhasilan tersebut adalah akibat program digitalisasi di Kota Bandung yang dimulai dalam 3 tahun terakhir.

Smart City” yang menjadi ikon program tersebut telah memanfaatkan secara aktif keterlibatan warga dalam berinteraksi dengan kebijakan pemerintah. Dengan pengguna facebook sebanyak 2,1 juta, Kota Bandung benar-benar menjadi Kota yang smart yang membuat Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bersama Kabupaten Lombok Utara jatuh hati dan beranjangsana untuk membangun kerja sama.

Kerja sama tersebut digagas sejak 3 bulan lalu yang diawali dengan teleconfrence pada tanggal 28 Agustus lalu, maka hari Selasa kemarin (27/9/2016) kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk penanda tanganan Memorandum of Understanding (MoU) “Kerja Sama Jaringan Lintas Daerah” antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara.

Hadir dalam penanda tanganan tersebut Bapak Fauzan Khalid dan Bapak Najmul Akhyar yang diterima secara langsung oleh sang Wali Kota. Kerja sama tersebut mencakup Pengembangan Smart City, Pengembangan SDM, Perencanaan Daerah, Kebudayaan dan Pariwisata, Promosi dan Pengembangan Industri Perdagangan Investasi, Kebersihan dan Pertamanan, dan hal-hal lain yang dianggap perlu oleh semua pihak. Khusus untuk Smart City, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara ditunjukkan kemajuan pembangunan dan pelayanan publik akibat digitalisasi di Kota Bandung. Bahkan para tamu cukup tercengang dengan penerapan aduan masyarakat berbasis aplikasi media sosial, dan terakhir penerapan “early warning system” untuk penanganan banjir.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat cukup antusias dengan pemaparan tersebut, setidaknya semangat dasarnya untuk meningkatkan kualitas pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat yang layak ditiru dari penerapan digitalisasi di Kota Bandung.
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid cukup berharap agar pola digitalisasi dapat diterapkan di lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Dengan struktur APBD yang masih minim untuk program digital tersebut, beliau mengarahkan agar aplikasi-aplikasi yang tersedia di dalam program digitalisasi smart city tersebut dipilah dan dipilih berdasarkan ragam dan prioritas persoalan serta kemampuan anggaran di APBD Kabupaten Lombok Barat. Bupati Lombok Barat pun memberikan perhatian yang tinggi terhadap kerja sama di bidang kepariwisataan dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Bandung. Dengan tingkat kunjungan yang mencapai 6 jutaan setiap tahun, Bandung yang APBDnya mencapai 6,5 Trilyunan dapat dijadikan sebagai daerah penyangga dan penyebar informasi dan promosi pariwisata di Kabupaten Lombok Barat. (humas)

bandung3 bandung2

Bupati Kukuhkan Pengurus Kelompok Tani Nelayan

Sebanyak 12 ang112gota pengurus kelompok tani dan nelayan dikukuhkan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid di Halaman UPT-BP Lingsar, Senib (26/9/2016) lalu.
Pembentukan Pengurus Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) diharapakan dapat membentuk jejaring yang lebih kuat dalam koordinasi dan komunikasi antar petani dan nelayan.
Bupati juga berharap petani kedepannya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi untuk kemajuan Lombok Barat.
“Saya percaya kepada ketua petani Nurul Hidayah mampu memajukan KTNA ini menuju yang lebih baik dan mampu berprestasi,” harapnya.
Bupati juga berharap agar disetiap UPT harus bisa memfasilitasi pembentukan koperasi agar membantu dari sisi permodalannya sampai pemasarannya.(dedy/humas)

111 113

1 6 7 8 9 10 27