Malean Sampi Tradisi Khas Petani Lombok Barat

Malean Sampi

Khasanah budaya di Lombok tak akan pernah habisnya. Potensi budaya banyak yang belum tergarap dan mengemuka. Meski selama ini ada sejumlah pentasan budaya yang mencuat, itu hanya baru separuhnya saja. Masih banyak sisi lain dari khasanah kearififan budaya lokal yang masih terpendam bak mutiara yang siap memendarkan cahayanya. Salah satunya  yakni budaya Malean Sampi.

Budaya Malean Sampi ini di Lombok biasanya digelar pada areal persawahan yang ada di Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada.

Dalam terminology bahasa Sasak-Lombok Malean Sampi artinya mengejar sapi. Beda dengan karapan sapi di Madura yang bertujuan untuk lomba. Namun di Lombok Malean Sampi merupakan wujud rasa syukur para petani yang sudah selesai melaksanakan panen dan menyambut musim tanam berikutnya. Ditengah kegembiraan petani dengan hasil produksi pertanian itulah, petani memilih jeda untuk menggelar Malean Sampi yang dilaksanakan di area persawahan berlumpur.

Menurut Sahnan, SH buadayawan Lombok yang juga warga Lingsar menjelaskan, Malean sampi di Lombok juga menjadi salah satu even tradisional budaya turun-temurun yang dilestarikan hingga sekarang. Kecuali itu gelaran Malean Sapi diselenggarakan untuk menyambut kegiatan musim tanam berikutnya dan sebagai wadah bagi petani peternak untuk rekreasi, menghibur diri dan menjalin hubungan silaturrahmi sesama petani peternak agar lebih kuat.

Dalam kontes Malean Sampi ini, para peserta selain berasal dari petani/peternak, juga berasal dari para saudagar sapi se-Pulau Lombok. Sapi yang akan dilombakan terlebih dahulu dikemas atau dihias dan dipercantik dengan sebaik-baiknya agar menarik perhatian penonton. Hiasan tersebut bisa berupa bendera, stiker atau umbul-umbul kecil dan piranti pelengkap lainnya indah dan elok dipandang mata.

Sapi yang dikonteskan dalam ajang Malean Sampi biasanya dipilih atau diambilkan dari yang pejantan yang tanduknya sudah kelihatan keras dan sudah dibante (disuntik). Sistem bante dilakukan guna memudahkan para pemilik sapi dalam mengajarkan cara bertanding yang semestinya. Sapi yang dikonteskan tersebut disandingkan jadi satu pasar dan ditunggangi oleh joki yang tangguh dan berpengalaman.

Secara perlahan satu demi satu pasangan sapi ini dikonteskan dengan berlari melewati jalur lurus yang sudah disiapkan dilahan berlumpur. Namun dalam Malean Sampi ini tidak dikenal  istilah menang dan kalah. Namun sapi yang larinya bagus, tak berbelok, maka praktis sapi dimaksud akan menjadi incaran para saudagar sapi untuk dibeli dengan harga tinggi. Para saudagar berani membeli sepasang sapi tersebut seharga Rp. 30-35 juta.

H. Rawitah. budayawan Lombok lainnya mengungkapkan, jika Malean Sampi ini merupakan tradisi turun-temurun dari para leluhur mereka. Namun keberadaannya perlu lebih dimaksimalkan oleh pemerintah. Padahal Malean Sampi ini dikenal budaya unik di Lombok.

Event Malean Sampi diawali dengan parade atau defile pasangan sapi mengelilingi arena lomba. Kecuali itu sebelum dimulai, para wisatawan dan tamu undangan disuguhi permainan menarik khas Lombok yakni Peresean. Usai prosesi ini, para tamu undangan tidak terkecuali para wisatawan turut larut dalam acara makan bersama secara ala Sasak yakni Begibung. Deretan dulang (baki tinggi) diletakkan pantia untuk para wisatawan dan tamu undangan.
Mereka makan bersama-sama ala Sasak sebagai perwujudan krsamaan dan kekompakan masyarakat dengan lauq-pauq tradisional yang cukup sederhana.

Jurnalis Warga: H. Wardi, S, warga Labuapi Lombok Barat

Begasingan, Tradisi Menunggu Beduq Magrib Berbunyi

begasingan

Banyak aktivitas masyarakat di Pulau Lombok yang tak perlu dilewatkan begitu saja untuk diapresiasi. Terlebih di bulan suci Ramadhan ini beragam kegiatan dimanfaatkan, sembari menungggu beduq magrib pertanda buka puasa sudah mulai tiba.

Warga Jerneng, Bagik Polak Barat, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat rupanya cukup menghargai waktu dengan mengisinya dengan permainan gasingan, permainan tradisonal suku Sasak yang sudah cukup dikenal dan melegenda ini. Permainan ini tidak hanya muncul saat memeriahkan haribesar nasional semacam peringatan HUT kemerdekaan RI. Ataukah saat Pemilu yang digelar salah satu parpol atau konstentan Pilkada. Namun aktivitas ini muncul juga di bulan Ramadhan menjelang tibanya waktu berbuka.  “Kegiatan ini bagus dan positif, disamping sebagai hiburan juga upaya pelestarian budaya,” kata tokoh warga setempat, Gupron.

Ketika melintas di kawasan Jerneng, permainan gasing ini rupanya banyak digandrungi remaja maupun orang dewasa. Suasana arena tempat bermain gasing memang terlihat ramai. Dari jalan raya arah Gerung ataupun Cakranegara terlihat kerumunan orang sedang asik bermain gasing di salah satu lapangan kecil.

Amaq Huriah, salah seorang warga setempat juga menjelaskan, bermain gasing merupakan tradisi. “Bukan hanya di bulan puasa saja, tapi khusus puasa kami main setiap sore sambilan nganteh (menu nggu waktu buka,” ujar pria yang buka warung nasi di seputaran pasar labuapi ini.

Dijelaskannya,  dalam permainan tersebut ada kesempatan memukul gasing lawan yang dalam bahasa Sasak disebut “memantok”. “Tergantung siapa yang pintar mukulnya,” katanya.

Amaq Huriah mengaku saling bergantian mendatangi kandang lawan. “Sekarang ini kami yang dari Telaga Waru Barat dating ke Jerneng. Berikutnya giliran waktu kita saling undang,” jelas pria rtamah ini.

Biasa pembuatan gasing yang berukuran cukup besar sekitar RP 150-200 ribu. Meski berat, para pemain mengaku sudah terbiasa karena melakukannya sejak kecil. Amaq Huriah juga mengaku,  kalau tidak ditonton, para pemain gasing terlihat kurang bersemangat. “Bermain gasing sambil ngabuburit ini adalah upaya kami mempertahankan tradisi,” terangnya.

Jurnalis Warga: H. Wardi, S. Warga Labuapi.

Gamelan, Seni Tradisi Sasak Yang Mendunia

gamelan lombokGamelan, alat musik tradisional bagi masyarakat sasak-Lombok sudah demikian mentradisi (dikenal, red). Gamelan, sama halnya dengan asset berkesenian yang dimiliki oleh masyarakat Jawa, Bali atau bahkan Kalimantan dimanfaatkan sebagai sarana atau alat pendukung berkesenian. Gamelan sasak, saat ini keberadaannya justru menjadi pemikat khusus bagi wisatawan mancanegara. Sejumlah wisatawan dari berbagai Negara justru menikmati jika gamelan Lombok dimainkan. Jadi alat seni tradisional ini sudah mendunia.

Gamelan multifungsi bagi masyarakat Sasak. Sebutlah misalnya untuk menyemarakkan (meramaikan) kegiatan beracara begawe atau kenduri (selamatan) sesuatu bagi masyarakat Lombok. Gamelan juga bisa diminkan dalam acara merarik (kawin), nyunatan (khitanan), pengiring peresean (adu ketangkasan), pagelaran wayang Sasak dan sebagainya.

Gamelan Sasak selain multifungsi juga lebih lentur tidak terikat dimainkan hanya pada acara-acara tertentu saja. Namun ia lebih dinamis, atraktif guna mengikuti di mana dan ke mana kegiatan kesenian itu diselenggarakan. Sebutlah, misalnya yang kerap ditemui pada acara Nyongkolan, Gamelan dijadikan sebagai music tradisi pengiring bagi pasangan pengantin yang berjalan mengiringi music tradisi lainnya berupa Gendang Beleq.

Seorang perajin gamelan Sasak Komang Kantun berdomisili di Gunungsari, Lombok Barat malah memproduksi gamelan dari bahan-bahan yang ringan dibawa. Diantaranya dari pohon  kapuk, kayu gesting, kayu goak, kayu guruk, kayu randu dan sebagainya. Dipilinya kayu ringan sebenarnya untuk simple saja, agar gamelan mudah dibawa` kemana-mana terlebih saat pentas suatu acara.

Banyak perajin gamelan selain Kantun. Di Lombok saja pengrajin-pengrajin gamelan bisa ditemui di Krembong, Janapriya Lombok Tengah, Lelede, Labu Api Lombok Barat, Banyumulek, Bongor Selatan, Parampuan, Pagutan Mataram, dan Lombok Timur. Komang Kantun terbilang pengrajin yang bisa membuat semua jenis alat musik tradisional Sasak.

Mendapatkan bahan baku untuk membuat gamelan bagi seorang perajin taklah sulit. Contohnya, kayu, kulit kambing dan sapi untuk gendang, bambu tali dan lainnya. Perajinpun bersyukur tak pernah kosong pesanan.

Hasil kerajinannya berupa perangkat gamelan telah banyak menjadi suvenir atau oleh-oleh bagi wisatawan asing dari Taiwan, Jepang, Singapura dan Australia hingga Amerika Serikat.  Wisatawan biasanya membeli gendang saja, seruling atau bagian lainnya untuk oleh-oleh.

Satu set gamelan lengkap biasa dijual dengan harga Rp 150 juta. Susunan perangkat gamelan satu set, terdiri dari: 1 pemugah, 4 set saron, 2 set kantil, 2 set calung, 2 set jegog, 1 set reog, 1 buah kempul, 1 buah gong, 1 set rincik, 1 buah petuk, 1 buah seruling, 2 buah gendang yang umum disebut lanang dan wadon (laki-laki dan perempuan).

Pemugah dalam gamelan Sasak adalah komandan yang memberikan komando kepada keseluruhan bunyi dan tata posisi pemusik, misalnya komando nada sedang ke nada rendah, fungsinya memimpin mempunyai kuasa mengatur dinamika. Saron sendiri merupakan penyumbang 5 nada sedang dan 5 nada tinggi dalam musik gamelan.

Lain halnya dengan kantil, yang terdiri dari 5 nada tinggi dan 5 nada tinggi sekali. Calung dan jegog menyeimbangkannya dengan nada sedang dan nada rendah. Kempul berfungsi sebagai nada sela seperti koma dalam tanda baca. Misalnya ketukan suara ke 4 kempul, 8 alat musik lain, 12 kempul lagi dan ke 16 gong. Rincik berfungsi untuk meramaikan dan saron sebagai melodi.

Jurnalis Warga: H. Wardi, S, warga Labuapi

Presean Bentuk Pelestarian Budaya Sasak

610_1372Giri Menang – Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid membuka pagelaran budaya Peresean dan Batek Baris dalam rangka menyambut “RoahSegare” yang nantinya akan digelar pada bulan September di DesaKuranjiDalang (28/08/2016). Hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Subandi, Kasat Pol PP Baiq Yeni, Camat Labuapi dan puluhan pepadu-pepadu yang berasal dari seluruh desa di Lombok Barat. (lebih…)

Sukses Bertani Sang Guru, Aplikasikan Pupuk Organik Di Gontoran Timur

Bunda Henny Anwar di kebunnya di Gontoran Timur, Lingsar (12)

Pondok sederhana, tertata rapi, kerimbunan pohon mengitari halaman tak seberapa luasnya. Letaknya di Gontoran Timur, Kecamatan Lingsar Lombok Barat, Henny Leonita Anhar, SH menyalurkan hobinya berkebun sedari lima tahun lalu. Berbagai jenis tanaman obat, hortikultura, tanaman buah, sayur-mayur apalagi ia tanam di lahannya seluas 5 are itu. Jika berandai-andai atau mungkin mengimpikan rumah singgah yang nyaman, sejuk, terbebas polusi baik polusi hiruk pikuk keramaian kota ataupun polusi udara atau zat timbal adiktif beracun lainnya, maka hobi yang diterapkan ibu Henny yang juga Kepala SDN 19 Cakranegara Mataram ini patut diapresiasi, bahkan layak bernilai plus.

Meski untuk ukuran mengembangkan tanaman sayur maupun buah tak cukup dengan lahan sempit seperti miliknya, namun Henny yang tinggal di Jl. Merdeka 7 No. 3 Pagesangan Mataram ini mengaku puas akan hobi berkebunnya yang bisa tersalurkan. Kepuasan itu sendiri datang ketika melihat tanaman sayur maupun buah-buahan yang ada di taman pondok yang ia sebut “Dagul Garden” ini tumbuh dengan subur, cepat berbunga lantas berbuah banyak dan mencengangkan.

Atas semua itu bagi istri dari salah seorang pengacara di PTUN Mataram ini mengungkapkan kegembiraannya setelah cukup lama menerapkan alih teknologi pertanian menggunakan pupuk organic dari berbagai kotoran ternak milik warga setempat. Seorang tenaga pengajar yang ramah dan keibuan ini justru mengaku sangat puas atas hasil produktivitas tanaman yang semakin mencengankan utamanya dari sisi pertumbuhan dan pembuahan yang begitu cepat setelah aplikasi pupuk kompos produksi warga Gontoran.

Sejumlah tanaman buah misalnya tumbuh subur berjejer di pekarangannya seperti yang lagi trendi saat ini buah naga. Kecuali itu di lahan ini juga ada tanaman jeruk, delima merah, jeruk limau, kemunting, matoa, jeruti, jambu air, joet hitam, joet putih, rosela, singkong Sumatera dan sejumlah tanaman sayur-mayur lainnya. “Khusus tanaman buah naga sejak menggunakan pupuk kompos dalam satu buah naga berat bisa mencapai 1,3 Kg. Untuk satu pohon/satu tiang bisa menghasilkan 100 kg,” bunda Henny menjelaskan.

Aplikasi pupuk kandang bagi Bunda Henny telah menjadi jantung pergerakan dan pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunannya yang ia terapkan sejak tuju tahun lalu. Karena itu ia mengaku sulit menerapkan produk pupuk organic selain yang produksi peternak di Gontoran Timur. Karena sudah terbukti secara terus-menerus bisa meningkatkan nilai produktivitas tanaman. Ia sendiri mengaku sudah terlanjur jatuh “Cinta” dengan pupuk kompos dari kotoran ternak.

“Bahkan banyak teman-teman lainnya yang bertanya-tanya terkait pupuk yang saya pakai. Di sekolahpun ke depan akan saya kembangkan tanaman sayur dan tanaman toga lainnya dengan formulasi pemupukan menggunakan pupuk kandang,” tukasnya.

Cara bertanam alami yang diaplikasikan Bunda Henny ini dengan pola pemupukan dari kotoran ternak ini cukup praktis bisa dilakukan siapa saja. Artinya tidak terlampau rumit apalagi hendak membikin pupuk sendiri. Sebelum mulai menanam Bunda Henny menaburkan pupuk padat cair dari campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah ditaburi pupuk kandang.

“Hasilnya luar biasa. Pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat, daunnya tumbuh berkembang menjadi lebih tebal dan besar. Bunga menjadi lebih cepat keluar dan menghasilkan buah lebih cepat, banyak dan bobotnya lebih banyak. Pemupukan dengan EM4 ini tergantung dari kebutuhan. Namun jika pemupukan lebih banyak, tentu hasilnya juga sepadan,” ungkapnya.

Alih terapan system pemupukan organic dengan pupuk kandang ini tidak saja diberlakukannya di lahan hortikultura. Namun di lahan sawah untuk tanaman pangan ia juga menerapkan pupuk kandang. Meski tanaman padi hanya lima are luasnya. Namun Bunda Henny sudah menikmati sendiri hasilnya. Produktivitas padinya meningkat drastis setelah menggunakan pupuk pupuk kandang ini.

“Pada tanaman bunga dan tanaman hias lainnya di pekarangan rumahpun saya dan keluarga menerapkan pemupukan organik. Tanaman tumbuh menjadi lebih segar, lebih hijau dan pembungaan juga semakin banyak. Anjuran saya gunakanlah pupuk organic seperti di Gontoran Timur dalam merawat tanaman,” saran Bunda Henny yang juga sering mengirim bibit naga ke Lombok Timur, Lombok Barat hingga ke Pulau Dewata-Bali.

Jurnalis Warga oleh: WARDI

DATU KELING DAN DATU DAHA

Jurnalis Warga Oleh : Aulia Islamiati Yusuf (SMAN 1 Labuapi)

 Dikisahkan, ada dua Datu (raja) bersaudara, namanya Datu Keling dan Datu Daha. Mereka tinggal di Kerajaan yang berbeda. Datu Keling di Kerajaan Keling dan Datu Daha di Kerajaan Daha. Selama mereka menjadi Datu, mereka belum mempunyai bije (anak). Karena terlalau lama menjadi Datu, mereka merasa bingung. Kelak, siapa yang akan meneruskan tahta kerajaan mereka. Semua usaha telah dicoba, tetapi tidak satupun yang membuahkan hasil, hingga terdengar di telinga Datu  sebuah cerita tentang makam keramat. Konon,  semua keinginan dan permintaan pasti akan di kabulkan jika berdoa di makam tersebut. Cerita ini membuat kedua Datu itu berniat mengunjungi makam yang dimaksud. (lebih…)

Usaha Bibit Buah Di Lingsar, Laris Manis Hingga Istana Presiden

Foto0295

Durian, rambutan, manggis merupakan tiga komoditi tanaman hortikultura andalan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Ketiga komoditi ini menjadi branding menarik dan menjadi komoditas varietas unggulan tanaman buah di kabupaten ujung barat, Nusa Tenggara Barat ini. Keistmewaan ketiga komoditas horti tersebut terletak pada rasanya yang manis, legit serta aroma yang harum mewangi dan menambah selera penggemar buah-buahan.

Bahkan begitu terkenalnya buah-buahan yang sengaja dikembangkan secara luas di wilayah Kecamatan Narmada dan Lingsar ini tidaklah mengherankan pada saat-saat musim ketiga komoditi tersebut seperti sekarang ini, banyak pedagang buah bermunculan di pinggir jalan dari kota Mataram, hingga ke Pulau Sumbawa. Jika ditanyakan buahnya darimana, maka merekapun serentak menjawab dari Narmada atau Lingsar.

Salah seorang pengusaha pembibitan buah-buahan di Lingsar, Senah ketika ditanya rahasia akan banyaknya pesanan manggis, durian, rambutan dan tanaman buah lainnya dari Lingsar karena rasanya yang manis dan beda dari produk sejenis dari daerah lain.

“Yang terpenting karena perawatan maupun pemupukan yang diterapkan di sini sebagian besar menggunakan pupuk kandang (organic). Dan untuk mendapatkannya sangatlah mudah, karena para peternak sapi ataupun unggas di sini cukup banyak,” kata Geser.

Seiring dengan permintaan buah-buahan yang begitu tinggi juga berimbas dan berbuah berkah pada usaha turunannya. Usaha turunan dimaksud yakni banyaknya usaha tani pembibitan buah-buahan yang kemunculannya sudah lama sejak kurang lebih 10 tahun lalu, bahkan banyak yang bermunculan secara dadakan. Tidak saja dari kedua kecamatan tersebut, tapi sudah merambah ke sejumlah wilayah lainnya seperti di Kediri, kota Mataram, Lombok Tengah hingga Lombok Timur. Rata-rata ia mengaku bibitnya sebagian besar dari Lingsar atau Narmada

“Tidak hanya dalam bentuk buah yang sudah siap panen yang banyak dicari konsumen baik untuk kebutuhan lokal sendiri maupun yang diantar-pulaukan, tapi juga kebutuhan dan permintaan akan bibit buah-buahan berbagai jenis ini juga diusahatanikan secara pembibibitan,” kata Angga Sofyan pengusaha pembibitan tanaman buah yang ditemui beberapa waktu lalu.

Jenis tanaman buah yang dibibitkan selain yang tersebut diatas, juga sejumlah tanaman buah lainnya seperti belimbing, mangga, anggur (hijau, merah, hitam), cempedak, kedondong, nangka prabu, nangka genjah, jambu biji, jambu bangkok, jambu merah, jambu jamaika, sawo, sirsak, jeruk lumajang, limau, salak, kelengkeng, matoa, jeruti, jeruk sankis, apel, jeruk gedang (besar), papaya berbagai jenis, buah vir dan masih banyak varkietas lainnya.

Berbagai jenis produk buah unggulan yang dikembangkan oleh pengusaha pembibitan di Narmada dan Lingsar ini terbukti telah banyak dilirik petani hortikultura dari luar daerah seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Bima, Dompu hingga Nusa Tenggara Timur. Bahkan menurut Angga diamini pengusaha lainnya, Sadli dan Geser.

Bahkan tahun sebelumnhya seorang pengusdaha tanaman buah dari Bali memesan bibit manggis dan rambutan dari Lingsar ini hingga puluhan ribu bibit. Justru yang mencengangkan Ibu megawati Soekarno Putri mangtan Presiden RI juga pernah memesan manggis dan rambutan Lingsar dalam jumlah besar untuk ditanami di kebunnya,” ungkap Senah menambahkan.

Usaha pembibitan yang ditekuni oleh sejumlah pengusaha pembibitan di Lingsar dan di Narmada ini dilakukan dengan berbagai system pembibitan. Diantaranya dengan model penanaman menggunakan biji, sambungan, okulasi. Sistem pembibitan tersebut masing-masing punya kelemahan dan kelebihan. Secara biji kelebihannya memiliki pohon yang tegak, tumbuh secara alami namun masa berbuahnya cukup lama antara 5 tahun ke atas. Sebaliknya dengan system okulasi batangnya bengkok tidak teratur, namun cepat berbuah. Pembuahan baru bisa terjadi antara 2-3 tahun.

Jurnalis Warga: WARDI   

Hj.Nurul Aini,S.Pdi Srikandi Penyelamat Buramnya Gerabah Banyumulek

Menyebut desa Banyumulek, akan terbayang dalam ingatan, bagaimana pembuatan dan produksi kerajinan gerabah di sana. Bagaimana pula tangan-tangan terampil warganya dalam menciptakan seni gerabah. Dari gerabah ukuran besar hingga kecil, bernilai artistik tinggi, bisa diperoleh sebagai cenderamata. Dari kebutuhan rumah tangga sampai ornamen interior dan eksterior.

DSC_4064Sebelum desa Banyumulek itu lahir, tangan-tangan terampil warganya sudah mulai tumbuh dari generasi ke generasi. Itu diawali hanya dengan memproduksi gentong  atau kendi. Gentong atau kendi ini, orang Sasak di Lombok menyebutnya ‘bong’ Dalam pemasarannya, warga setempat harus memikul produksi ‘bong’ tersebut hanya dengan berdagang keliling dari kampung ke kampung, bahkan dari satu desa ke desa lain. Inilah tantangan dan resikonya. (lebih…)

Sumberdaya Hutan Untuk Pariwisata Alam Lobar

DSC_0012Lombok Barat (Lobar), merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam berupa hutan. Kondisi daratan yang luas, hampir separoh berupa hutan dengan keanekaragaman ekosistem yang tinggi. Di dalam ekosistem ini, kaya akan sumberdaya lanskap. Selain berupa vegetasi dengan segala isinya, juga berupa pemandangan alam gunung, lembah, ngarai, air terjun, sungai, danau dan goa. Semuanya merupakan sumberdaya alam yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. (lebih…)

Komunikasi Non Verbal dalam Pergaulan Orang Sasak

Komunikasi antar manusia sangat mungkin akan membosankan bila hanya dilakukan dengan kata-kata. Karena itu, selebihnya dapat dilakukan secara menarik dengan menggunakan bahasa tubuh yang ditunjukkan dengan posisi dan gerak tubuh  ketika seseorang berkomunikasi.

 

Bahasa tubuh (body language) ini masih dapat diperinci lagi melalui penggunaan anggota tubuh, seperti gerak bibir, mulai dari gerak bibir yang membuat posisi tersenyum sampai posisi bibir yang menyiratkan perasaan dongkol, kecut dan masam.

Komunikasi non verbal dapat juga dilakukan dengan anggukan, tatapan mata (eye contack) atau melalui pancaran air muka. Bahkan dari tanganpun dapat dibangun komunikasi non verbal dengan memperlihatkan bagaimana posisi tangan ketika sedang berbicara. Bagaimana jabat tangan dilakukan, juga memberi isarat kepada lawan bicara. (lebih…)

1 53 54 55 56 57 70