Usaha Bibit Buah Di Lingsar, Laris Manis Hingga Istana Presiden

Foto0295

Durian, rambutan, manggis merupakan tiga komoditi tanaman hortikultura andalan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Ketiga komoditi ini menjadi branding menarik dan menjadi komoditas varietas unggulan tanaman buah di kabupaten ujung barat, Nusa Tenggara Barat ini. Keistmewaan ketiga komoditas horti tersebut terletak pada rasanya yang manis, legit serta aroma yang harum mewangi dan menambah selera penggemar buah-buahan.

Bahkan begitu terkenalnya buah-buahan yang sengaja dikembangkan secara luas di wilayah Kecamatan Narmada dan Lingsar ini tidaklah mengherankan pada saat-saat musim ketiga komoditi tersebut seperti sekarang ini, banyak pedagang buah bermunculan di pinggir jalan dari kota Mataram, hingga ke Pulau Sumbawa. Jika ditanyakan buahnya darimana, maka merekapun serentak menjawab dari Narmada atau Lingsar.

Salah seorang pengusaha pembibitan buah-buahan di Lingsar, Senah ketika ditanya rahasia akan banyaknya pesanan manggis, durian, rambutan dan tanaman buah lainnya dari Lingsar karena rasanya yang manis dan beda dari produk sejenis dari daerah lain.

“Yang terpenting karena perawatan maupun pemupukan yang diterapkan di sini sebagian besar menggunakan pupuk kandang (organic). Dan untuk mendapatkannya sangatlah mudah, karena para peternak sapi ataupun unggas di sini cukup banyak,” kata Geser.

Seiring dengan permintaan buah-buahan yang begitu tinggi juga berimbas dan berbuah berkah pada usaha turunannya. Usaha turunan dimaksud yakni banyaknya usaha tani pembibitan buah-buahan yang kemunculannya sudah lama sejak kurang lebih 10 tahun lalu, bahkan banyak yang bermunculan secara dadakan. Tidak saja dari kedua kecamatan tersebut, tapi sudah merambah ke sejumlah wilayah lainnya seperti di Kediri, kota Mataram, Lombok Tengah hingga Lombok Timur. Rata-rata ia mengaku bibitnya sebagian besar dari Lingsar atau Narmada

“Tidak hanya dalam bentuk buah yang sudah siap panen yang banyak dicari konsumen baik untuk kebutuhan lokal sendiri maupun yang diantar-pulaukan, tapi juga kebutuhan dan permintaan akan bibit buah-buahan berbagai jenis ini juga diusahatanikan secara pembibibitan,” kata Angga Sofyan pengusaha pembibitan tanaman buah yang ditemui beberapa waktu lalu.

Jenis tanaman buah yang dibibitkan selain yang tersebut diatas, juga sejumlah tanaman buah lainnya seperti belimbing, mangga, anggur (hijau, merah, hitam), cempedak, kedondong, nangka prabu, nangka genjah, jambu biji, jambu bangkok, jambu merah, jambu jamaika, sawo, sirsak, jeruk lumajang, limau, salak, kelengkeng, matoa, jeruti, jeruk sankis, apel, jeruk gedang (besar), papaya berbagai jenis, buah vir dan masih banyak varkietas lainnya.

Berbagai jenis produk buah unggulan yang dikembangkan oleh pengusaha pembibitan di Narmada dan Lingsar ini terbukti telah banyak dilirik petani hortikultura dari luar daerah seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Bima, Dompu hingga Nusa Tenggara Timur. Bahkan menurut Angga diamini pengusaha lainnya, Sadli dan Geser.

Bahkan tahun sebelumnhya seorang pengusdaha tanaman buah dari Bali memesan bibit manggis dan rambutan dari Lingsar ini hingga puluhan ribu bibit. Justru yang mencengangkan Ibu megawati Soekarno Putri mangtan Presiden RI juga pernah memesan manggis dan rambutan Lingsar dalam jumlah besar untuk ditanami di kebunnya,” ungkap Senah menambahkan.

Usaha pembibitan yang ditekuni oleh sejumlah pengusaha pembibitan di Lingsar dan di Narmada ini dilakukan dengan berbagai system pembibitan. Diantaranya dengan model penanaman menggunakan biji, sambungan, okulasi. Sistem pembibitan tersebut masing-masing punya kelemahan dan kelebihan. Secara biji kelebihannya memiliki pohon yang tegak, tumbuh secara alami namun masa berbuahnya cukup lama antara 5 tahun ke atas. Sebaliknya dengan system okulasi batangnya bengkok tidak teratur, namun cepat berbuah. Pembuahan baru bisa terjadi antara 2-3 tahun.

Jurnalis Warga: WARDI   

Hj.Nurul Aini,S.Pdi Srikandi Penyelamat Buramnya Gerabah Banyumulek

Menyebut desa Banyumulek, akan terbayang dalam ingatan, bagaimana pembuatan dan produksi kerajinan gerabah di sana. Bagaimana pula tangan-tangan terampil warganya dalam menciptakan seni gerabah. Dari gerabah ukuran besar hingga kecil, bernilai artistik tinggi, bisa diperoleh sebagai cenderamata. Dari kebutuhan rumah tangga sampai ornamen interior dan eksterior.

DSC_4064Sebelum desa Banyumulek itu lahir, tangan-tangan terampil warganya sudah mulai tumbuh dari generasi ke generasi. Itu diawali hanya dengan memproduksi gentong  atau kendi. Gentong atau kendi ini, orang Sasak di Lombok menyebutnya ‘bong’ Dalam pemasarannya, warga setempat harus memikul produksi ‘bong’ tersebut hanya dengan berdagang keliling dari kampung ke kampung, bahkan dari satu desa ke desa lain. Inilah tantangan dan resikonya. (lebih…)

Sumberdaya Hutan Untuk Pariwisata Alam Lobar

DSC_0012Lombok Barat (Lobar), merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam berupa hutan. Kondisi daratan yang luas, hampir separoh berupa hutan dengan keanekaragaman ekosistem yang tinggi. Di dalam ekosistem ini, kaya akan sumberdaya lanskap. Selain berupa vegetasi dengan segala isinya, juga berupa pemandangan alam gunung, lembah, ngarai, air terjun, sungai, danau dan goa. Semuanya merupakan sumberdaya alam yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. (lebih…)

Komunikasi Non Verbal dalam Pergaulan Orang Sasak

Komunikasi antar manusia sangat mungkin akan membosankan bila hanya dilakukan dengan kata-kata. Karena itu, selebihnya dapat dilakukan secara menarik dengan menggunakan bahasa tubuh yang ditunjukkan dengan posisi dan gerak tubuh  ketika seseorang berkomunikasi.

 

Bahasa tubuh (body language) ini masih dapat diperinci lagi melalui penggunaan anggota tubuh, seperti gerak bibir, mulai dari gerak bibir yang membuat posisi tersenyum sampai posisi bibir yang menyiratkan perasaan dongkol, kecut dan masam.

Komunikasi non verbal dapat juga dilakukan dengan anggukan, tatapan mata (eye contack) atau melalui pancaran air muka. Bahkan dari tanganpun dapat dibangun komunikasi non verbal dengan memperlihatkan bagaimana posisi tangan ketika sedang berbicara. Bagaimana jabat tangan dilakukan, juga memberi isarat kepada lawan bicara. (lebih…)

Peluang Pengembangan Wisata Bahari

044SEBAGAI daerah yang kaya akan laut, Lombok Barat (Lobar) harus mendayagunakan semua potensi yang ada. Jangan sampai ada dikotomi antara laut dan darat. Potensi kelautan dan perikanan, hendaknya tidak hanya jadi urusan dan dinikmati oleh masyarakat pesisir saja. Di daerah terpencil pun yang tidak berbatasan dengan pantai, perikanan dan kelautan tetap diperlukan. Semua potensi kelautan harus di export ke darat. Selanjutnya, Lobar dapat benar-benar menjadi daerah maritim, apabila semua masyarakat berorientasi pada laut. (lebih…)

Gili Nanggu, Wisata Bulan Madu Halal

F-Nanggu-1GIRI MENANG – Tak kalah dengan Gili Trawangan, Gili Nanggu Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong semakin berbenah. Pulau kecil dan sunyi ini kini juga dipersiapkan sebagai destinasi bulan madu (honeymoon) halal yang sangat romantis.

Wayan, Front Staff Gili Nanggu Resort mengatakan, ini merupakan ide langsung dari manajemen resort. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap pengembangan wisata di Lombok Barat.

“Ini inisiatif manajemen,” ungkapnya

Beragam fasilitas telah disiapkan untuk mendukung rencana tersebut. Nanggu Resort menyediakan penginapan sekaligus juga tempat peribadatan. Sebanyak  delapan buah cottage dipersiapkan bagi pasangan yang ingin berbulan madu.

“Kisaran harga per cottage hanya Rp 500 ribu untuk high season, sedangkan low season sebesar Rp 400 ribu,” paparnya.

Sementara untuk makanan, wisatawan tak perlu khawatir. Gili Nanggu Resort menyediakan restoran dengan makanan yang dijamin halal 100 persen.

Ia mengaku Gili Nanggu memang cocok sebagai destinasi bulan madu. Pulau kecil ini menawarkan suasana ketenangan dan keromantisan kepada setiap pengunjung.

Di Pantai Gili Nanggu, pasangan pengantin dapat menikmati kicauan-kicauan burung di sekitar pepohonan yang asri. Di bibir pantainya, pengunjung dapat merasakan sejuk udara pantai dan ombak-ombak tenang menyapu kaki-kaki. Selain itu, Gili Nanggu menawarkan air laut yang sangat jernih, dimana ikan-ikan berwarna-warni terlihat jelas.

“Sangat mengasyikkan bagi mereka yang tak suka keramaian,” pungkas Wayan. (fer/r4)

Sukses Yani Budidayakan Gaharu Di Lahan Kering

 

Yani Petani Gaharu (2)Obsesi Nur Akhmad Yani bertahun-tahun untuk menemukan species tanaman bernilai ekonomis tinggi berupa tanaman gaharu di lahan kering berujung pada upaya mendongkrak pendapatan petani kini berbuah manis. Seakan lepas dari rasa haus berkepanjangan Yani begitu biasa ia akrab disapa, dianggap telah   menjadi pahlawan tanpa pamrih di tempat tinggalnya Desa Bukit Tinggi dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Kerja keras dan dedikasi sosok Yani akhirnya diganjar penghargaan bergensi sebagai Fellow Ashoka. PSPSDM, lembaga yang didirikannya, dinilai sebagai 15 mitra terbaik GEF-SGP di Indonesia. Ia dianggap memiliki kiprah besar dalam pemberdayaan masyarakat di lahan kering.

Sistem pengelolaan lahan kering berupa teras miring yang diciptakan Yani di desa binaannnya, awalnya telah dikembangkan oleh pegiat LSM pada era tahun 1980-an seperti Konsorsium Masyarakat Dataran Tinggi Nusa Tenggara (KMDTNT) di wilayah NTT, NTB, Bali dan Timor Leste, serta CARE Internasional di NTB.

Hanya saja yang menjadikan kiprah Yani dinilai member cirri tersendiri yakni dia berhasil melakukan uji coba budidaya tanaman gaharu pada lahan kering. Sebagaimana diketahui pengembangan gaharu di desanya biasanya hidup hidup optimal di lahan lembab, namun berkat eksperimen Yani bisa dibudidayakan dengan baik pada lahan kering.

Hal yang lazim terjadi bagi para petani, tanaman utama yang dikembangkan pada program lahan kering adalah jenis tanaman kayu dan buah-buahan, namun ironisnya tak mampu memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan petani lahan kering. “Penemuan bibit gubal gaharu oleh Dr Parman (almarhum) dari Unram telah menginspirasi saya untuk melakukan uji coba agar tanaman gaharu dapat dibudidayakan di lahan kering,” terang Yani membuka pembicaraan.

Uji coba keberhasilan Yani pada lahan kering dua warganya yang disulap menjadi hijau dan subur, telah membuka aura masyarakat sekitar mulai tertarik mengadopsi inovasi ini pada lahan mereka. Pada tahun 1999, jumlah petani di Desa Mekarsari yang mengadopsi inovasi ini berkembang menjadi 40 keluarga tani. Pengembangan program ini mendapat dukungan dana hibah dari GEF-SGP/UNDP.

Kecuali Desa Penimbung dan tiga desa di sekitarnya di Lombok Barat, Yani juga telah mengimplementasikan program pertanian lahan kering model ini ke Desa Selaparang di Lombok Timur, Desa Mbajo dan Desa Dodi Dungga di Bima dan Desa Malaka di Kabupaten Lombok Utara.

Saat ini, petani binaan Yani di Desa Mekar Sari telah dapat menikmati hasil panen tanaman semusim dengan lebih baik, termasuk tanaman gaharu dan tanaman kayu lainnya. Satu pohon gaharu umur 5 – 6 tahun bisa menghasilkan 1 – 3 kilogram (kg) gubal gaharu. Harga 1 kg gaharu dapat mencapai Rp 1 juta hingga 9 juta di lapangan, tergantung kualitas gubalnya.

Selain itu Yani menambahkan, salah satu anggota kelompok tani yang mengelola lahan seluas 1 hektare dapat membeli sepeda motor cash dari memelihara 3 ekor sapinya. Pakan ternak tidak perlu dicari ke hutan atau tempat lain seperti sebelumnya.  Tetapi cukup dari daun gamal yang ada di kebunnya.

Kapasitas kelembagaan dan individu kelompok tani yang dibina Yani juga meningkat. Ketua kelompok dan kelompok taninya telah menjadi pemrakrasa berdirinya SDN 4 Mekarsari.  Nyoman Suyasa, anggota kelompok lainnya, telah berhasil memfasilitasi pembangunan sarana air bersih dan pembukaan jalan baru di desanya.

Ujicoba tanaman gaharu di lahan kering di Desa Mekarsari dan Bukit Tinggi telah menjadi laboratorium training lapangan. Telah banyak kunjungan yang dilakukan oleh petani, kelompok tani maupun ormas lain dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Timor Leste untuk belajar bersama dengan petani setempat.

Pendampingan program yang diberikan kepada masyarakat saat ini tidak lagi terbatas pada bidang pertanian, tetapi juga bidang kesehatan, air bersih dan pendidikan. Jumlah desa dampingan yang telah mendapat sentuhan program PSPSDM sebanyak 129 desa, 121 desa diantaranya tersebar di NTB.

Jurnalis Warga: WARDI

Gili Kedis, Sepotong Surga Di Lombok Barat

gili kedisAnugrah Ilahi yang melimpah ruah dengan suguhan alam yang indah mempesona di Pulau Lombok khususnya di Lombok Barat memang diakui tiada banding tiada sanding dengan daerah lainnya. Begitu kaya akan beragam potensi alam yang menakjubkan sejatinya menjadi saksi bisu pemberian Tuhan yang layak  disyukuri.  Jika Pulau Bali terkenal lebih dahulu dengan potensi alam pantainya karena promosinya lebih awal, namun jangan terlena, jika suatu saat nanti Pulau Lombok akan mampu  menandingi Bali. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke negeri belahan surga dari deretan Sunda Kecil di wilayah Nusa Tenggara ini.

Bentangan pantai pasir putih bak merica tiada batas nyaris tak terlewatkan kita temukan di  alam pantai maupun di Gili-Gili (pulau kecil,red) yang ada di Lombok. Yang sudah mendunia yakni gili trawangan, gili meno dan gili air merupakan kekayaan wisata yang sangat terkena di pulau Lombok. Tiga icon pariwisata ini merupakan branding yang dimunculkan untuk menarik sejuta wisatawan untuk datang ke Lombok. Namun tidak terhenti sampai di situ saja, selain tiga gili ini ternyata Lombok juga menhyimpan  gili lain yang keindahannya tidak kalah dengan tiga gili yang ada. Itulah Gili Kedis.

Gili Kedis sendiri berada disebelah barat desa Sekotong Tengah dusun Batu Kijuk kecamatan Sekotong, kurang lebih 1000 m. Wilayah yang kurang diperhatikan oleh pemerinth daerah ini menyimpan keindahan yang sangat eksotis, dengan pantainya yang dibalut pasir putih lebih bagus dari pantai Senggigi. Hal yang menarik dari gili satu ini adalah gelombang lautnya yang tidak ada lebih persis terlihat seperti danau. Selain itu gili ini masih bersih dan alami tidak ada sampah yang terlihat sampai menurut pengakuan salah seorang warga disana lokasi ini (gili kedis) pernah dijadikan sebagai lokasi shoting film asing..

Keindahan gili kedis ini sayang sekali tidak banyak diketahui oleh orang, bahkan sngat tidak terurus. Masyarakat sangat membutuhkan fasilitas seperti dermaga untuk dijadikan sebagai bersandarnya perahu yang digunakn sebagai alat transportasi bagi tamu yang ingin mengunjungi gili satu ini.

Jika diambil dari poto udara, bentuk Gili Kedis ini memang unik. Seperti bentuk jantung atau lambang cinta (love). Karena itu bagi siapa saja yang baru pertama ke Gili Kedis ini akan langsung takjub dan berdecak kagum tiada henti dengan keindahan pulau mungil yang berpasir putih dan lembut ini.

Gili Kedis memang mempesona untuk dipandang. Dengan ukuran mungilnya, pulau ini menjadi tampak cantik. Tak perlu waktu lama untuk menjelajahi seluruh pulau dengan ukuran lebih kecil dari lapangan bola ini. Sekitar sepuluh atau sebelas menit, seluruh pantainya akan habis kita jejaki.

Melihat makin derasnya arus kunjungan wisatawan, dimana wisatawan ingin menikmati hal-hal baru dan spesifik, setiap akhir pekan ataupun saat musim liburan tiba, Gili Kedis makin ramai pengunjung tidak saja wisatawan domestic, namun wisatawan mancanegarapun tak menyia-nyiakan kesempatan liburannya untuk menimati hamparan keindahan Gili Kedis.

Berada di pantai memang panas menyengat, namun rimbunnya pepohonan tertiup angin semilir di pantai, menjadikan pengunjung di Gili Kedis ini terasa betah untuk lebih lama dinikmati. Kecuali itu Pemerintah Daerah Lombok Barat juga membangun gazebo dan berugak kecil sebagai tempat para wisatawan melepas lelah. Kelebihan pantai ini adalah airnya yang jernih. Selain kejernihan yang mengelilingi gili ini, Gili Kedis memiliki alam bawah laut yang indah.

Keindahan terumbu karangnya masih cukup terjaga sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Di satu sisi terdapat pasir putih yang lembut dengan ombak yang relatif tenang, sedangkan di sisi lainnya teradapat bebatuan yang tergerus oleh ombak. Bagai penyuka snorkeling, bawah laut gili Kedis layak dijadwalkan dalam daftar penjelajahan.

Multiflyer effeck dari berkembangnya pariwisata di suatu daerah secara langsung memberikan nilai berganda bagi terdongkraknya ekonomi masyarakat. Masyarakat yang berdekatan tinggal dengan Gili Kedis rupanya cerdas membaca peluang  ini dengan berjualan berbagai jenis makanan, minuman, kuliner khas setempat. “Saya dan masyarakat di sini berharap agar dari waktu ke waktu Gili Kedis ini akan semakin dikenal dan ramai dikunjungi banyak orang. Karena dengan ramainya pengunjung kami bis aneka jenis makanan dan minuman yang dibutuhkan wisatawan. Dengan demikian kami bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan hidup akan menjadi lebih baik,” ungkap Rahmah(46), warga Batu Kijuk yang kesehariannya berjualan makanan dan minuman ringan di bibir pantai menuju kawasan Gili Kedis.

Kecuali itu, masyarakat nelayan juga meraup untung dari penyewaan perahu mereka yang menyeberangkan wisatawan ke Gili Kedis ini. “Hanya saya pungut Rp. 200.000 penyeberangan PP ke Gili Kedis untuk satu perahu dengan isi maksimal 10 orang,” kata Rajiman nelayan setempat.

Tips ke Gili Kedis: Berwisata ke Gili Kedis tidaklah sulit. Dari ibukota Lombok Barat di Gerung perjalanan sejauh 30 Km bisa ditempuh kea rah selatan baik dengan mengendarai sepeda motor maupun kendaraan roda empat (travel). Tidak kurang dari satu jam perjalanan sudah sampai di Gili Kedis. Menyeberang ke Gili Kedis banyak penyewaan perahu bernotor yang siap mengantar anda pulang pergi ke lokasi yang indah ini. Adapun tarifnya Rp. 200.000 PP/perahu dengan isi penumpang maksimal 10 orang.

Jurnalis Warga Oleh: WARDI.

Taman Narmada, Taman Paling Favorit Di Lombok

Taman Narmada                 Taman Narmada di Lombok Barat  menjadi salah satu pilihan favorit bagi masyarakat di Pulau favorit bagi masyarakat di Pulau Lombok, mulai dari Lombok Timur hingga Kota Mataram, sebagai tempat berlibur dan melepas penat. Hari Sabtu dan Minggu, Taman Narmada menjadi begitu padat dengan kunjungan. Kolam renang dalam areal Taman Narmada menjadi tempat yang paling diminati pengunjung. Minat kunjungan ke Taman Narmada juga didominiasi oleh para pelajar yang ingin mengetahui sejarah Taman Narmada yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem, tahun 1727 Masehi (meski ada sebagian literatur yang mengatakan dibangun tahun 1805 Masehi).

           Taman Narmada merupakan duplikai dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, tempat yang biasa dipakai Sang Raja untuk melakukan ritual kurban. Konon, ketika usia raja makin tua, ia tak dapat lagi melakukan ritual di puncak Gunung Rinjani pada ketinggian 3.726 meter dpl, maka ia memerintahkan seluruh arsitek kerajaan untuk memindahkan nuansa Gunung Rinjani ke tengah kota yang kini bernama Narmada. Pada masa itu, Taman Narmada merupakan tempat khusus bagi raja untuk untuk memuja Dewa Siwa sekaligus sebagai tempat peristirahatan raja.
Taman Narmada ditata berbentuk gunung. Sumber mata air yang jernih mengaliri tiga kolam di bagian bawah taman ini. Salah satu dari kolam inilah yang merupakan kolam renang alami dan menjadi tempat mandi favorit pengunjung. Di bagian atas taman terdapat sebuah pura bernama Pura Kalasa. Untuk mencapainya, melewati anak tangga yang sangat banyak. Ketika menuju pura ini, nuansanya seperti tengah mendaki Rinjani.
Inilah salah satu lokasi wisata air yang paling banyak dikunjungi. Data Dinas Pariwisata Lombok Barat, kunjungan ke Taman Narmada terus meningkat setiap tahun.
Wisatawan asing biasanya lebih suka datang untuk mengetahui sejarah Taman Narmada, sedangkan wisatawan lokal menikmati keindahan dan keasriannya. Kebanyakan masyarakat yang berkunjung tidak terlalu tertarik dengan sejarahnya, melainkan menikmati kolam permandian Taman Narmada saja. Pengunjung terbanyak adalah keluarga dan anak-anak.
Kunjungan ke Taman Narmada akan sangat ramai, selain pada hari Sabtu dan Minggu, juga pada hari-hari libur sekolah, hari raya dan libur lainnya. Bulan Maret sampai Mei, biasanya sepi karena saat efektif sekolah. Demikian juga di bulan puasa, kunjungan turun. Sedangkan pada Bulan Juli sampai Agustus kunjungan akan meningkat karena libur sekolah. Termasuk juga di bulan Desember.

Saat-saat libur seperti ini kunjungan meningkat tajam, 3-4 ribu seminggu. Taman Narmada yang berada di tengah kota ini, lokasinya sangat mudah dijangkau dan relatif berbiaya murah meriah. Sekali masuk, pengunjung hanya mambayar tiket Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Biaya rekreasi yang sangat terjangkau dan lokasinya di tengah kota ini, membuat Taman Narmada menjadi tempat berwisata yang menyenangkan. Murah meriah dan sangat terjangkau.

            Pengunjung dapat menikmati kenyamanan taman ini dengan leluasa. Hanya ketika akan berenang di kolam renang alami, mesti membayar tiket masuk lagi Rp 5.000. Cukup murah. Dalam lokasi ini juga terdapat taman dan air awet muda. Inilah salah satu ciri khas Taman Narmada. Para pengunjung biasanya mencuci muka dan minum air awet muda yang dipercaya dapat membuat awet muda.
Di Taman Narmada, pengunjung tidak usah repot membawa makanan dari rumah, karena warung-warung tradisional tertata rapi di dalam areal taman. Disana dijual makanan khas Lombok, seperti pelecing dan sate bulayak. Di samping itu, di pintu keluar taman, para penjual kaos khas Lombok terutama dengan disain khas Taman Narmada juga bisa menjadi salah satu pilihan oleh-oleh selain kerajinan khas Lombok lainnya.

Jurnalis Warga: WARDI

Melihat Pesona Wisata Hutan Madani, Sedau Narmada

Lombok Barat memiliki hutan yang sangat menakjubkan. Namun sebagian besar telah terbabat habis oleh aksi illegal logging. Hutan Madani lantas diadakan, sebagai bentuk reboisasi sekaligus wisata alam.

F-BOKS-3-1TERLETAK 25 kilometer dari Kota Mataram, Hutan Madani ini terletak di Desa Sedau kawasan Gunung Jae Kecamatan Narmada.

Akses jalan menuju ke sana memang belum memadai. Namun hal ini justru menjadi tantangan yang menyenangkan.

Hutan Madani sebelumnya merupakan sebuah hutan hijau yang sangat indah. Namun perlahan keindahan ini memudar. Satu persatu pohon  hutan ini habis dibabat pembalak liar.

Kondisi hutan yang gundul sangat memprihatinkan. Pohon dibabat tanpa ditanami kembali. Hal ini menimbulkan pemanasan global yang cukup parah.

TGH Hasanain Juaini, aktivis lingkungan yang juga pimpinan Ponpes Nurul Haramain Narmada, merupakan salah satu orang yang prihatin terhadap kondisi. Ia berfikir bagaimana mengatasi hal ini. Akhirnya ia menemukan ide untuk mengembangkan hutan buatan. Sebab jika mengandalkan penanaman kembali, membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada 2013 lalu, ia akhirnya melakukan pengembangan hutan buatan ini. Ia menanam ribuan pohon baru pengganti pohon yang telah dibabat.

Tak hanya pohon, di hutan ini juga dibangun sebuah pondok pesantren. Ponpes ini merupakan cabang dari Ponpes Nurul Haramain.

Ponpes ini dijadikan sebagai tempat bagi santri yang memiliki kelemahan dalam penyerapan ilmu pengetahuan. Suasana hutan alam yang menyejukkan sangat mendukung proses konsentrasi.

“Sangat cocok bagi siapapun yang ingin mencari inspirasi,” ujarnya.

Hutan ini belakangan banyak dikunjungi wisatawan asing. Wisatawan dari Jerman, Australia, hingga Rusia pernah datang ke tempat ini. Mereka tertarik dengan konsep alam yang ditawarkan hutan Madani. Mereka bahkan ikut berpartisipasi dalam pengembangan hutan Madani.

“Beberapa berugak juga merupakan sumbangan para turis tersebut,” lanjutnya.

Hutan seluas 54 hektare tersebut kini ditanami ribuan pohon tinggi. Hutan ini sangat cocok dijadikan arena adventure bagi pengunjung yang suka berpetualang.

Hasanain mengungkapkan jika hutan Madani ini menggunakan konsep kampung Inggris di Pare. Ia bahkan akan menerapkan infrastruktur berbentuk bunker atau ruang bawah tanah.

“Sekarang dalam proses penggalian,” pungkasnya.

Meski mengadopsi konsep yang ada di Pare, namun output di Hutan Madani tak kalah berkualitas. Banyak santri yang digembleng di hutan tersebut menorehkan prestasi yang cemerlang

Hasanain melanjutkan, kedepannya ia akan membangun ponpes dengan konsep lebih modern. Selain itu, hutan Madani juga akan dijadikan sebagai pusat pelatihan.

“Jadi fungsinya nanti tak hanya jadi tempat wisata hutan,” tandasnya.(FERIAL AYU, Giri Menang*/r4)

Sumber:http://www.lombokpost.net/2016/08/08/turis-sumbang-berugak-bangun-bunker/

1 54 55 56 57 58 71