SMAN 1 Gerung Juara I Nasional Adiwiyata Kemen LH

Lomba Lingkungan Hidup

GIRI MENANG-SMAN 1 Gerung, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) berhasil keluar sebagai peringkat satu nasional program Adiwiyata. Sekolah ini mendapatkan penilaian terbaik dari Kementerian Lingkungan Hidup, sehingga menyisihkan sekolah lain di Indonesia.
Sertifikat tanda peringkat satu nasional diterima kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Mulyadin. Selain peringkat satu nasional, Kabu¬paten Lobar juga masuk nominasi nasional untuk jenjang sekolah dasar. Sedangkan jenjang sekolah menengah pertama hanya mendapatkan peringkat ketiga di tingkat Provinsi NTB.
“Ini adalah juara nasional pertama yang diraih sekolah di Kabupaten Lobar, untuk bidang lingikungan hidup,” kata Mulyadin, kepada Lombok Post, di kantornya, kemarin.
Dijelaskan, Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dahulu dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif. Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, nurid dan pekerja lainnya). Sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung awab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma-norma dalam berperikehidupan. Antara lain kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Menurut Mulyadin, ada empat aspek penilaian program Adiwiyata, yakni kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Selain itu, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan berbasis partisipatif dan sarana prasarana pendukung ramah lingkungan. “Aspek penilaian utama adalah sekolah hijau. Dalam artian bahwa lingkungan sekolah itu hijau, bersih rapi dan asri. Kemudian pengolahan limbah, terutama sampah,” jelasnya.
BLH, kata dia, juga menjalin kerja sama den¬gan JICA dalam membina sekolah-sekolah yang mengikuti program Adiwiyata. Selain menjalin koordinasi dengan masing-masing pengelola sekolah. “Dalam tiga bulan kami benar-benar kompak dengan sekolah untuk menjalankan tuntutan dari program Adiwiyata tersebut,” ujarnya.
Di Lobar, sambung Mulyadin, ada 77 sekolah yang ikut dalam program Adiwiyata. Mulai dari jenjang SD hingga SMA. Termasuk di dalamnya madrasah. Namun, hanya SMAN 1 Gerung yang berhasil mendapatkan peringkat satu nasional.
Ke depan, kata dia, pihaknya akan menyasar seluruh sekolah di Lobar, untuk diberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup. Sebagai salah satu bentuk informasi bagi mereka bahwa Lobar mampu menjadi juara satu nasional green school.
Melalui upaya itu diharapkan pembinaan tentang lingkungan hidup mulai usia dini bisa membuahkan hasil. “Kami juga akan memberikan penghargaan kepada SMAN 1 Gerung berupa mesin pengolah sampah. Itu untuk memotivasi mereka mempertahankan prestasi sekaligus menjadi sa¬rana edukasi bagi siswa,” tandas Mulyadin.

Sumber: Lombok Post, Selasa 10 Juni 2014

Dapat DAK Revitalisasi Gedung

GIRI MENANG-SMPN 4 Gerung Lombok Barat mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN senilai Rp 1,3 miliar pada tahun 2012/2013. Dana tersebut diperuntukkan untuk revital¬isasi gedung ruang kelas sebanyak empat lokal. Proyek sekolah ini kerjakan secara swakelola dengan batas waktu pengerjaan tiga bulan. “Sekarang sudah tuntas,” kata wakasek SMPN 4 Gerung Nahar kemarin.
Diungkapkan, pengerjaan proyek ini tidak ditender karena dari APBN. Kalau dananya dari APBD kemungkinan akan ditender walaupun nilainya kecil. Namun, lantaran dana dari APBN tidak dilakukan proses tender. Pengerjaan revitalisasi ini untuk empat lokal. Kata dia, ruang kelas dibangun ini empat lokal bertingkat menggunakan gedung lama. Artinya gedung sekolah ditingkatkan dengan menggunakan dana DAK ini dengan bangunan lama di sekolah. Namun karena ada sisa dana maka ada tembahan dua RKB.
Dijelaskan, pengerjaan revitalisasi tidak ada masalah. Semua dikerjakan tepat waktu sesuai anggaran. Bahkan sekarang seko¬lah lebih terasa megah dengan adanya gedung berlantai dua yang sudah dimanfaatkan siswa untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Diungkapkan semua dana dari APBN biasanya dilaksanakan secara swakelola. Seperti pembanguan gedung sekolah di sepanjang jalan menuju BIL. ‘’Semuanya dilakukan secara swakelola,” paparnya.
Ditambahkan, rencananya, pada tahun ini pihaknya juga akan merubah pintu masuk sekolah yang terletak di sebelah selatan bundaran Giri Menang Square yang akan menghadap jalan menuju BIL. Rencananya, dalam waktu dekat ini sekolah akan menghadap jalan BIL. Namun untuk pintu semula juga akan tetap dibuka bagi siswa untuk mengindari hal yang tidak diinginkan.”Biasanya kendaraan di jalan BIL tidak ada yang pelan. Maka kami tetap akan membuka pintu yang dulu,” tukasnya.

Sumber: Lombok Post, Senin 9 Juni 2014

PDAM Tanam 3000 Pohon

Rangkaian HUT ke-34

pdamGIRI MENANG- Kepedulian terhadap kelestarian sumber mata air kembali ditunjukkan PDAM Giri Menang. Setelah sebelumnya menggerakkan kelompok sekitar mata air melakukan penanaman secara massif, Jumat (6/6) lalu, jajaran PDAM melaksanakan penanaman 3000 pohon. Lokasinya sama seperti tahun lalu, di sekitar sumber mata air Sarasute, Lingsar. (lebih…)

Suami yang Menyiapkan Istri

Sering kali kita mendengar pembagian yang lazim dalam rumah tangga di Tanah Air. Suami bertugas mencari uang, sementara istri mengurus anak-anak.
Sebagai konsekuensi atas pembagian tugas tersebut, ketika seorang perempuan bekerja, saat mengikat tali pernikahan, terutama setelah anak- anak lahir, sang istri harus berhenti bekerja dan membiarkan pihak suami saja yang mencari nafkah. Demi pembagian tugas tersebut, tak jarang seorang istri meski mempunyai pencapaian lebih bagus harus mengorbankan jenjang karier yang dirintisnya sebelum menikah.
Pembagian tugas istri di rumah dan suami bekerja semakin mengakar di dalam kehidupan masyarakat. Bukan sekadar “patuh” pada produk budaya Timur yang cenderung bersifat patriarki, melainkan juga didasari “keyakinan” agama.
Namun, pertanyaan saya yang paling mendasar atas pembagian tugas ini adalah apakah berarti wanita tidak boleh punya penghasilan? Saya tidak keberatan wanita menjalankan tugas sebagai ibu bagi anak-anak di rumah, justru sa ngat mendukung ide ini, dengan catatan tentu tidak berarti keberadaan wanita di rumah sama dengan tidak berpenghasilan.
Sebuah kisah yang saya baca pada buku Catatan Hati Pengantin membuat saya semakin yakin pentingnya membangkitkan kesadaran para suami untuk menyiapkan istri mereka agar mandiri, termasuk secara finansial.
Kisah yang menjadi perhatian saya merupa kan pengalaman nyata seorang perempuan yang begitu disayang suami. Segala hal disiapkan oleh suaminya, mulai dari mobil, rumah, dan kebutuh an sehari-hari. Urusan administrasi pun ditangani suami dengan baik sejak awal mereka menikah. Tugas sang istri hanya menyiapkan makan untuk sang keluarga, menyambut dan menemani suami sehari-hari ketika lelaki itu di rumah, serta menjaga anak-anak.
Kehidupan keluarga kecil yang tampak sangat bahagia. Banyak teman sang istri yang iri akan nasib baik rekan mereka tersebut. Suami berperan sebagai imam yang bertanggung jawab dan istri bertugas membahagiakan suami serta menjaga anak-anak.
Namun, kehidupan berubah drastis ketika tanpa diduga suaminya terserang sakit jantung dan meninggal dalam usia muda. Beban istri yang syok karena kehilangan, bertambah gamang sebab sama sekali tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengelola administrasi rumah tangganya. Selama ini kebutuhan rumah seperti listrik, air, dan lainnya selalu diurus suami. Lebih buruk lagi beberapa tahun sebelumnya sang istri baru kehilangan orang tua dalam sebuah kecelakaan.
Kehilangan beruntun yang tidak diimbangi ke mandirian membuat sang istri terombang- ambing jiwanya. Tiga bulan lamanya dia tidak mampu berbuat apa-apa. Penghasilan keluarga selama ini hanya bersumber dari suami sehingga praktis tidak ada sumber penghasilan lain ketika lelaki itu meninggal.

Situasi semakin sulit ketika akhirnya seluruh ta bungan habis untuk membayar kebutuhan sehari-hari. Sopir berhenti dan pembantu pun pergi karena tidak ada lagi yang mengurus gaji. Anak- anak bahkan harus diambil oleh keluarga suami karena ibu mereka yang stres tidak menyadari lagi keberadaan anak-anak.
Sebuah pengalaman pahit yang menyisakan pelajaran, betapa seorang istri harus disiapkan untuk mandiri, ya iman, ya finansial. Boleh-boleh saja membuat pembagian tugas. Suami mencari uang, istri menjaga anak dan mengurus rumah tangga.
Akan tetapi, siapa yang menjamin kepala keluarga akan berumur panjang? Siapa yang menjamin suami akan selalu sehat untuk menafkahi anak-anak? Siapa yang menjamin suami tidak lebih dulu pergi menghadap Tuhan?
Jika Rasulullah SAW bersabda perhatikan hidupmu sebelum datang matimu, sehatmu sebelum datang sakitmu, mudamu sebelum datang tuamu, maka hadis ini juga bisa diterapkan dalam kehidupan rumah tangga.
Para suami wajib menyiapkan istri mereka untuk mandiri dan me miliki penghasilan, sebagai upaya antisipasi, berjaga-jaga apabila suami lebih dulu berpulang. Terlebih, banyak pekerjaan saat ini bisa dilakukan seorang wanita tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga.

Saat ini, dengan perkembangan zaman, cukup banyak daftar pekerjaan yang bisa dilakukan wanita di rumah tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga serta tanpa meninggalkan kewajiban mengurus anak-anak.
Pihak suami juga harus menyiapkan istrinya mandiri selagi mereka masih sehat karena tidak ada jaminan suami akan sehat selamanya. Bukan mustahil terjadi musibah kecelakaan yang membuat kepala keluarga tidak lagi sanggup bekerja secara optimal.
Siapa pun harus menyadari banyak hal yang mungkin muncul di luar rencana. Sesuatu yang berada di luar kemampuan manusia, yaitu umur, nyawa, dan kesehatan. Karena itu sejak dini, kita, ter utama para suami, harus menyiapkan istrinya menjadi pribadi yang potensial, tegar, mandiri, dan siap menjadi sandaran yang kuat. Sesuatu yang sejak lama menjadi perjuangan saya lewat buku-buku yang saya tulis, demi senyum anak- anak kita pada masa depan.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/14/05/31/n6fzcj-suami-yang-menyiapkan-istri

Inilah Besaran Biaya Ibadah Haji 2014 Masing-Masing Embarkasi

haji_ind

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 30 Mei 2014 lalu telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2014 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Tahun 1435H/2014M. Dibandingkan dengan BPIH tahun 1434H/2013M, besaran rata-rata BPIH Tahun 1435H/2014M ini mengalami penurunan sebesar 308,52 dollar AS dari semula 3.527 dollar AS menjadi 3.218,48 dollar AS. (lebih…)

Sekolah di Lobar Mulai Data Aset

GIRI MENANG-Guru dan kepala sekolah semua jenjang pendidikan Lombok Barat disibukkan mengirim Sistem Menejemen Informasi Aset Daerah (Simda) ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan ini dilakukan untuk menertibkan aset-aset yang ada di lingkup sekolah.
Pantauan koran ini, kemarin, guru dan Kepala SDN 1 Labuapi sibuk menyiapkan Simda sekolah tersebut. Para guru mengambil tugasnya masing-masing, ada yang mencetak, ada yang mengambil foto. Satu persatu aset sekolah seperti alat praktik, gedung, dan sebagainya difoto untuk menjadi laporan di DPPKA Lombok Barat.
“Kami secara begiliran menyiapkan Simda karena ada jam mengajar,” kata Kepala SDN 1 Labuapi Sabariah, pada Lombok Post, kemarin.
Terpisah, Kepala Tata Usaha (KTU) SMPN1 Gerung Lombok Barat Ahmad Zaed menuturkan, persiapan aset di sekolah dinilai waktunya cukup singkat yang membuat sekolah harus lembur dengan kegiatan ini. Meski demikian, pihaknya telah tuntas menyiapkan aset sekolah yang diminta DPPKA Lombok Barat.
“Persiapan aset tersebut membuat kepala sekolah sakit,” paparnya.
Menurutnya, DPPKA harusnya menginformasikan jauh hari sebelumnya pendataan aset di sekolah Lombok Barat. Sehingga, pihak sekolah bisa menyiapkan dengan cara yang tidak tergesa-gesa seperti sekarang ini.
“Kalau seperti ini kan membuat pihak sekolah harus kerja ekstra,” terangnya.

Sumber: Lombok Post, Rabu 4 Juni 2014

Pengusaha Kuliner Diminta Munculkan Brand Makanan khas Lobar

peserta pelatihan jasa kulinerKadis Pariwisata Lobar, Gde Renjane minta kepada pengelola jasa kuliner di Lobar agar menciptakan menu alternatif yang berkualitas dan khas Lobar. Makanan khas yang dimiliki Lobar cukup banyak tapi masih belum dimunculkan. Contohnya Sate Bulayak, Ebatan, Ares dan Rebong. Makanan ini cukup lezat, hanya sayangnya belum menjadi brand. (lebih…)

Wartawan Diminta Gali Informasi Pajak Online

GIRI MENANG-Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Arony meminta kepada anggota Forum Wartawan (Forta) Lobar untuk menggali berbagai informasi mengenai pajak online di Kota Bogor. Hal itu penting dilakukan karena bisa diadopsi di daerah.
Pesan itu disampaikan bupati saat memberikan pembekalan kepada anggota Forta Lobar, di ruang kerjanya kemarin. ‘’Wartawan dikirim untuk melakukan press tour dengan harapan memberi wawasan komprehensif mengenai pelaksanaan pajak online di Kota Bogor,” katanya.
Sebanyak 10 orang anggota Forta Lobar akan berangkat studi banding ke Kota Bogor untuk mempelajari penerapan sistem pajak online oleh Pemkot Bogor. Kegiatan itu dilaksanakan selama empat hari, mulai 4-7 Juni 2014. Hasil dari studi banding itu diharapkan bisa diinformasikan melalui media masing-masing.
Dikatakan, pendapatan asli daerah (PAD) Lobar dari sektor pajak pariwisata, hotel, restoran dan reklame (PHRR) setiap tahun ada peningkatan. Namun belum semua potensi pajak dikelola dengan optimal, sehingga mungkin dengan pajak online bisa lebih baik lagi.
Wartawan bisa mengkaji cara meningkatkan pajak melalui online yang sudah diterapkan Pemkot Bogor. Baik itu, tentang cara pengelolaan pemanfaatan pajak dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Selain itu, bagaimana strategi Pemkot Bogor menggali sumber pajak baru. Serta apa kelemahan dari sistem pajak online. “ Apakah betul bisa lebih baik. Sektor apa yang paling menonjol yang terdongkrak pajaknya dengan sistem pajak online,” tandasnya.
Sekretaris Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Dae¬rah (DPKD) Lobar, Fauzan Husniadi, mengakui, potensi besar di sektor PHRR di daerahnya cukup besar. Namun, yang tergarap belum seluruhnya. Kondisi ini tidak saja karena faktor teknis. Tapi juga adanya dugaan kecurangan dari wajib pajak (WP).
Untuk itu, pihaknya mencoba untuk menekan kebocoran itu. Langkah yang diambil adalah menyiapkan tim deteksi intelijen bisnis. Mereka nantinya bertugas mengawasi dan melaporkan WP yang nakal dalam membayar kewajibannya kepada pemerintah daerah.
“Deteksi intelijen bisnis ini sudah kami pikirkan,” kata Sekretar¬is Dispenda Lobar Fauzan Humiadi, kepada wartawan kemarin.
Dijelaskan, intelijen bisnis itu akan bergerak setelah pembayaran pajak di sektor PHRR secara online diluncurkan. Rencananya sistem itu resmi digunakan pada 2014. Setiap WP nantinya akan membayar kewajibannya tanpa harus menyetor ke Dispenda atau didatangi petugas.
Masing-masing WP memiliki kas register yang terhubung dengan alat yang sudah disiapkan oleh vendor mitra Dispenda Lobar. “Dari vendor ikut menyiapkan perangkat deteksi. Kalau bergeser sedikit, alat itu akan memberikan sinyal ke kami yang mengelola server,” jelasnya.
Fauzan menambahkan, pihaknya juga sedang membentuk tim reaksi cepat. Mereka nantinya ditugaskan untuk menangani masalah pada sistem online. Misalnya, jika listrik mati atau sengaja dimatikan oleh WP. “Jadi kalau sistem di kas register mati, kami akan terima sinyal sebagai pemberitahuan,” terangnya.
Dengan sistem online, sambung Fauzan, semua transaksi pembayaran di sektor PHRR bisa terekam. Selama ini, pihaknya cukup kesulitan menarik pajak dari sektor tersebut dan terkadang terjadi kebocoran. Terutama dari bisnis jasa hiburan. “Berbeda dengan hotel dan restoran lebih mudah karena sudah ada tim independen yang melakukan audit,” tandasnya.

Sumber: Lombok Post, Selasa 3 Juni 2014

1 162 163 164 165 166 242